Share

BAB 4

Author: Ciaz
last update Huling Na-update: 2024-05-29 23:33:11

LEANNE

Hari ini di mana aku akan menikah. Setelah beberapa minggu yang lalu di adakannya acara pertunangan yang sederhana. Hanya keluarga saja yang menghadiri itu pun di rumahku.

Hotel berbintang salah satu aset milik Romanov Grup, yang di mana acara pernikahan akan di selenggarakan.

Seorang diri di kamar salah satu Hotel yang ku tempati saat ini setelah penata rias menyelesaikan semuanya.

Kini aku tengah berdiri di depan cermin melihat pantulan diriku sendiri, yang sudah di balut dengan gaun pengantin. Berwarna putih tulang, berlengan panjang yang memperlihatkan bahu telanjangku serta punggungku, dan ekor gaun yang menjuntai panjang.

Wajahku yang sudah di make-up senatural mungkin, tidak menutup kemuraman di raut wajahku. Helaan napas kasar yang bisa ku keluarkan, hinga terdengar pintu yang terbuka dan wanita paruh baya tak lain ibuku berjalan masuk ke arahku yang masih menatapnya dari cermin.

"Kamu sangat cantik sekali sayang." Ucapnya sambil mengusap pipiku dengan lembut.

"Jika pernikahan ini tidak kamu inginkan, tapi ibu berharap kamu akan bahagia dengannya dan saling mencintai. Jadilah istri yang berbakti, siapkan segala sesuatu yang di perlukan suamimu, layanilah dia dengan baik, dan maafkan ibu dan ayah yang menghendaki semuanya. Kami lakukan ini demi dirimu. Semoga kebahagiaan selalu menyertai kalian." Lanjut ibuku dengan air mata yang sudah mengalir deras dari wajahnya. Aku pun hanya berdiam diri apa yang ia katakan, tanpa mengeluarkan sekata patah pun yang keluar dari bibirku.

"Ayo kita keluar semua orang telah menunggumu." Ucapnya setelah menghapus air matanya. Kami pun beranjak dari ruangan ini menuju aula tempat di pernikahanku akan terjadi.

Resepsi pernikahan yang meriah dan megah, setelah acara sakral telah usai. Dekorasi aula yang sangat indah, perpaduan antara purple dan golden soft tampak sangat mewah. Kini aku dan pria di sampingku yang sudah jadi suamiku satu jam yang lalu, tengah berdiri menyambut tamu yang mengucapkan selamat pada kami.

Senyum tipis paksa yang ku tampilkan, saat waktu resepsi berlangsung. Sama seperti Damian yang sedari tadi tidak memudarkan senyumannya.

Banyak sekali tamu yang berdatangan dari rekan bisnis orangtua kita dan Damian serta teman-teman dekatnya juga.

"Selamat Bro. Akhirnya lo nikah juga. Kalau di jodohin dapet istri seperti Anne, gue sih mau." Seorang pria yang menghampiri kami, setahuku dia Rafael sepupunya Damian.

Damian yang mendengar ucapan Rafael melotot tajam, entah apa maksudnya? Mungkin menjaga harga dirinya yang kini sudah menjadi suamiku.

"Just kidding Brother." Ucap Rafael seraya tertawa membuat para tamu melihat ke arah kami.

"Sepupu ipar, happy wedding yang sabar-sabar ya, sama sifatnya. Jika dia membuatmu bosan datang saja padaku. " Ucapnya kembali dan memelukku lama yang di lepas paksa oleh Damian.

"Kau! Pergi sana!" Usir Damian dengan sorot mata tajamnya.

"Tenang Brother. Jangan terlalu posesif begitu." Ucap Rafael berlalu dari panggung pelaminan. Setelah sekali lagi menggoda Damian agar terlihat kesal.

"Jaga sikapmu! Jangan mau di peluk oleh laki-laki sembarangan. Apalagi di pesta pernikahan kita, jangan membuat ku malu." Suara sinis yang tajam dan kasar menyapa telingaku yang membuat senyumanku lenyap seketika.

"Kak Athena, " Ku alihkan pandanganku ke asal suara yang memanggilku. Seorang wanita serta laki-laki di sampingnya , Kenny dan Justin berjalan ke arahku.

"Selamat atas pernikahanmu, Kak." Ucap Kenny sambil memelukku.

"Waahh! Ini calon suamimu? Tampan juga aku mau dong satu yang seperti ini." Lanjutnya sambil menunjuk ke arah Damian yang menatap kami bingung.

"Siapa laki-laki yang mau dengan dirimu, wanita yang sangat cerewet." Ejek Justin yang membuat Kenny langsung menginjak kakinya.

"Aww!! Sakit tahu!!" Geram Justin dengan ringisannya.

"Rasakan." Ucap Kenny dengan wajah puasnya.

"Kalian di mana-mana selalu saja ribut!!" Ucapku melerai mereka berdua yang seperti anak kecil.

"Kenalkan ini Damian, dan Damian mereka teman dan pegawai di toko ku." Ucapku yang memperkenalkan mereka.

"Hallo Kak, aku Kenny. "

"Damian."

"Saya Justin, "

"Damian."

"Toko amankan?" Tanyaku setelah mereka bersalaman.

"Tenang saja, serahkan pada kami. Semuanya pasti akan baik-baik saja." Ucap Justin sambil menepuk dadanya.

"Aku tidak ingin di saat aku masuk bunganya layu atau sampai mati." Ucapku memperingati mereka berdua.

"Aku potong gaji kalian jika itu terjadi." lanjutku pura-pura mengancam.

"Haish! Kakak ipar istrimu kejam sekali. " Adu Justin pada Damian yang menatap mereka datar.

"Ya sudah Kak, kami turun dulu mau memburu makanan gratis. Sekali lagi selamat untuk kalian, bye....." Ucap Kenny sambil menarik Justin dari hadapanku membuatku menggelengkan kepala dengan tingkah mereka berdua.

"Sepertinya kamu sangat dekat sekali dengan mereka." Suara Damian mengalihkan atensi ku padanya.

"Ya, bagiku mereka bukan hanya sekedar teman atau pegawaiku saja, tapi mereka lebih dari itu."

Ucapanku menutup pembicaraan kami. Aku maupun Damian hingga sampai pesta usai pun tidak ada kata lagi yang kami keluarkan.

*****

Pesta pernikahan telah usai tiga puluh menit yang lalu, dan kini aku sudah tiba di dalam kamar hotel kembali. Duduk di kursi meja rias, memijit pergelangan kaki yang sangat pegal. Setelah berdiri beberapa jam di atas pelaminan menyalami para tamu yang datang lebih dari seribu orang yang datang.

Seorang diri di kamar, karena Damian masih bercengkrama dengan beberapa rekan bisnisnya. Dan aku meminta izin terlebih dahulu untuk pergi dari sana, karena tidak tahan jika harus berdiri di atas high heel ini.

Melihat sekeliling kamar, yang di hias sedemikian rupa. Ku lihat kasur pengantin dengan seprai berwarna putih, dan taburan kelopak bunga mawar merah berbentuk hati yang sangat indah.

Sama seperti seluruh lantai yang di taburi kelopak bunga, juga lilin-lilin untuk mempercantik dekorasi kamarnya.

Berbeda dengan keadaan pernikahan yang akan ku jalani, jauh dari kata indah apalagi untuk bahagia.

Pernikahan yang hanya membutuhkan waktu satu tahun ini, yang akan aku bina dan jalani.

Hanya bisa tersenyum miris, dengan jalan hidupku.

Kebahagiaan yang sempat ku rasakan, harus terenggut cepat dari genggamanku, dan kini sebuah pernikahan, yang akan penuh drama ini membuatku menjadi wanita yang sangat menyedihkan.

Menghela nafas pelan, dan melepaskan segala hiasan di rambut, serta membersihkan make-up yang tidak terlalu sulit untuk di hapus. Segera ku beranjak dari kursi untuk segera membersihkan diri masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa baju ganti yang sudah aku siapkan terlebih dahulu.

Memasuki kamar mandi dan membuatku terpaku , disini tidak jauh berbeda seperti di luar yang sudah di hias.

Bath-up yang sudah terisi air, dengan taburan kelopak bunga yang mengambang, serta lilin-lilin yang menguarkan aroma wangi, membuatku sudah tidak sabaran untuk segera berendam.

Melepaskan gaun yang ku pakai, setelah resleting yang ku turunkan, untungnya tidak ada drama resleting yang sulit di lepas. Hingga tidak ada suatu insiden yang mengharuskan aku untuk meminta bantuan orang lain untuk membukanya.

Setelah semuanya terlepas dari tubuhku, segera ku tenggelamkan separuh badan ku sampai sebatas leher.

"Ah!! Nyaman sekali." Gumamku setelah berendam dengan air hangat, aroma terapi yang ku hirup dari lilin membuat seluruh tubuh dan otakku sangat rileks.

Membuatku terbuai untuk memejamkan mata sejenak.

▪️▪️▪️▪️▪️

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Perfect Wife (Dangerous)   BAB 134

    ***** Leanne dan bayinya sudah di pindahkan di ruang rawat. Tentunya dengan kelas VVIP, ruang rawat Leanne di hias begitu indahnya dengan pernak-pernik warna biru keemasan. Leanne tengah menggendong bayinya dan Damian duduk di atas brankar di samping Leanne. Merangkul bahu Leanne dengan mesra. Untuk saat ini hanya ada mereka. Orang tua Leanne maupun Damian mereka yang tengah di luar kota sedang dalam perjalanan pulang dan menuju rumah sakit. "Sudah ada nama untuk anak kita, Regan." Mendengar istrinya menyebut 'anak kita' membuat perasaan Damian selalu menghangat. "Ya." Sahut Damian dengan ibu jarinya yang mengusap pipi merah anaknya. Leanne menatap Damian. "Apa?" Tanyanya. Damian menatap istrinya. "Leander Ergan Alpha Romanov. Putra kita yang akan menjadi pemimpinnya Romanov." Ucapnya. Leanne tersenyum. "Bagus sekali." Ucapnya, lalu tatapan Leanne mengarah kembali pada bayinya yang sudah di beri nama Leander Ergan Alpha Romanov. "Sangat cocok untukmu, Sayang."

  • Perfect Wife (Dangerous)   BAB 133

    ***** NAKARI HOSPITAL UNIVERSITY Damian yang berada di depan pintu ruangan persalinan terus saja mondar-mandir. Bukan tanpa alasan kenapa Damian seperti itu dengan suasana hatinya yang terus cemas. Sebab hari ini Leanne akan segera melahirkan. Satu jam lalu lebih tepatnya sebelum Leanne di bawa ke rumah sakit. Leanne yang berada di rumah bersama dengan damian yang sudah mulai cuti untuk tidak ke kantor semenjak kandungan Leanne sudah memasuki HPL. Mereka berdua menghabiskan waktu bersama dengan berjalan-jalan menyusuri halaman belakang. Awalnya Leanne baik-baik saja saat mereka masih mengelilingi halaman, namun saat Damian masuk kembali ke mansion untuk mengambilkan topi untuk Leanne pakai di kamarnya. Tiba-tiba saja Leanne merasakan sakit di perutnya. Ada dua orang pelayan yang menemani Leanne, namun melihat Leanne yang kesakitan mereka di buat panik. Hingga harus Leanne 'lah yang mengingatkan mereka jika mereka harus memanggil Damian. Salah satu dari mereka berlar

  • Perfect Wife (Dangerous)   BAB 132

    ***** Damian yang baru saja selesai meeting, masuk ke dalam ruangannya. Ia segera mengecek ponselnya yang tadi ia tinggalkan sebab ia charger. Damian melihat ada beberapa notifikasi yang masuk. Di antaranya sebuah pesan dari bawahannya yang selama ini ia perintahkan untuk menjaga dan mengawasi istrinya secara diam-diam. "Apa ini?!!" Damian terlihat marah saat melihat potret istrinya yang di kirimkan oleh mata-matanya. Foto pertama di mana foto itu berisi istrinya yang tengah memasuki mobil hendak pergi keluar. Damian marah karena saat ini pakaian istrinya begitu sexy sekali. Gaun pendek berwarna maroon yang sebatas paha dengan sebuah blazer hitam menutupi bahunya, namun tetap saja istrinya sangat terlihat sexy apalagi dengan perutnya yang sudah membesar. Kandungan Leanne saat ini sudah memasuki trimester ketiga. Dalam beberapa bulan ini begitu banyak perubahan pada istrinya semenjak hamil. Selain moodnya yang sering berubah- ubah, cara berpakaian istrinya pun selalu me

  • Perfect Wife (Dangerous)   BAB 131

    ***** Damian menuntun Leanne dengan hati-hati sebab mata Leanne masih tertutup kain dasi. Masuk ke dalam sebuah ruangan besar. Di mana di dalam ruangan itu sudah di hias indah sedemikian rupa. Bukan hanya itu saja, akan tetapi ada Rose dan Daniel serta Anita dan Harris. Dari arah lain ada Joshua yang baru saja datang sambil membawa popper party di tangannya. Damian membawa Leanne ke tengah-tengah mereka. Damian berdiri di belakang tubuh Leanne, lalu ia berkata. "Kamu sudah siap Love?" Tanya Damian berbisik pelan pada telinga Leanne. "Ya." Sahut Leanne yang sudah tidak sabar agar ikatan di matanya di lepaskan. Damian melepaskan ikatan itu dan dengan perlahan menjauhkan kain dasi itu dari Leanne. POP!!! Suara letusan keras itu terdengar disertai dengan keluarnya confetti ke udara. "SURPRISE!!!!" Seruan dari sekitarnya membuat Leanne melihat siapa-siapa saja yang ada. Bukan hanya kedua mertuanya saja, kedua orangtuanya pun ada. "Happy anniversary untuk kalian

  • Perfect Wife (Dangerous)   BAB 130

    ***** Beberapa bulan kemudian..... Hari ini weekend, Leanne dan Damian berencana pergi ke pusat perbelanjaan. Damian tengah menerima telepon di lantai bawah sambil menunggu Leanne yang belum selesai bersiap-siap. "Jo kamu harus pastikan semuanya sempurna sesuai dengan rencana." Ucap Damian mewanti-wanti Joshua di seberang sana. Damian melihat kehadiran istrinya yang tengah menuruni tangga. "Jangan ada kesalahan apapun." Tandas Damian sekali lagi ia memperingati Joshua. Belum sempat Joshua membalas ucapan Damian, sambungan telepon sudah di putuskan sepihak oleh Damian. Damian menghampiri Leanne dengan tatapan penuh pemujaan. Sebab Leanne hari ini tampil sangat cantik dengan riasannya. Bukan hari ini saja setiap hari pun istrinya selalu tampil cantik. Leanne yang biasanya tidak terlalu sering memakai dress entah kenapa sudah beberapa bulan ini selalu memakai dress dengan juga selalu merias diri. Bahkan Damian selalu di buat heran saat berada di rumah pun istrinya

  • Perfect Wife (Dangerous)   BAB 129

    ***** Venesia, Italia. Ya, mereka berdua Leanne dan Damian kini sudah berada di kota romantis itu. Kedatangan mereka tak lain adalah untuk bulan madu. Seperti apa yang sudah mereka rencanakan setelah urusan Leanne selesai mereka akan berbulan madu dan Damian menyerahkan semua tujuan mereka pada Leanne. Dan pada akhirnya Leanne memilih Venesia. Leanne dan Damian baru saja check-in kamar hotel. Sebenarnya keinginan Damian dirinya ingin tinggal di apartemen, bukan hanya menyewanya melainkan membeli salah satu apartemen di sana yang pastinya memiliki nilai tinggi dari segi kualitas dan kuantitasnya. Namun keinginan itu harus pupus karena Leanne sendiri menolak tegas, sebab mereka tinggal di Venesia hanya beberapa hari. Bagi Leanne itu pemborosan, akan tetapi berbeda dengan pemikiran bisnis Damian. Membeli apartemen di Venesia sama saja untuk investasi. Namun apalah daya karena terlalu cinta mungkin sudah masuk level budak cinta Damian pun mematuhi perkataan istrinya. Setibany

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status