Share

5. Pusaka

Author: Bebby
last update Huling Na-update: 2022-10-02 01:00:11

Raksa Wangsa, ayah Kirani, yang merasakan pemberontakan di hati Kirani, mulai mengawasi anak gadisnya ini dengan ketat.

Dia melihat Kirani yang sedang menolong Sakya Kumara untuk keluar dari rumah, tapi dia membiarkannya karena firasatnya mengatakan sudah saatnya Kirani menemukan seseorang yang bisa melindunginya, daripada terus-terusan bersamanya hidup dalam pelarian yang tidak jelas.

Raksa juga sudah merasakan hawa kegelapan yang dibawa anggota Sekte Teratai Merah yang sudah mengetahui keberadaan rumahnya yang sekarang.

“Paling tidak, Kirani aman untuk sementara ... dia tidak tahu seberapa pentingnya dia bagi kelanjutan kehidupan manusia di Dunia Mortal ini. Aku sudah menduga kalau pemuda bernama Sakya Kumara itu pendekar sakti yang sedang kehilangan kekuatannya. Semoga dia bisa melindungi Kirani kelak," harap Raksa.

Belum sempat Raksa berpikir lagi, pintu rumahnya sudah didobrak dari luar dengan kerasnya.

Braakk ...!

“Raksa Wangsa ... kamu sembunyikan dimana pusaka Sekte Teratai Merah? tanya Abimanyu Mangkubumi si Pendekar Pedang Setan.

“Aku tidak tahu maksudmu," jawab Raksa singkat.

"Jangan pura-pura kamu Raksa! Serahkan pusaka yang dibawa istrimu ini maka aku akan mengampuni nyawamu," kata Abimanyu.

"Aku penasaran siapa sebenarnya yang membunuh Sahira. Kamu atau si Abinawa itu ...” kata Raksa dengan nada sinis.

“Raksa ...! Raksa ...! Kamu tidak pernah belajar dari masa lalu! Sahira itu milik sekte Teratai Merah, bukan milikmu!" kata Abimanyu.

“Sahira itu istriku ... Dia sudah bukan anggota Sekte Teratai Merah lagi! Sekte mana yang tega menghabisi pilar dari sekte itu sendiri ... atau jangan-jangan kamu juga menyimpan perasaan sama Sahira?” ejek Raksa lagi.

“Jangan banyak bicara kamu! Tunjukkan pusaka sekte Teratai Merah, maka akan kuampuni nyawamu!" seru Abimanyu.

“Kalau tidak, jangan salahkan Pedang Setan ini akan mampir di lehermu ...” ancamnya lagi.

“Dasar Setan ... kamu tidak pantas berada di dunia manusia! Pergi kamu dari Dunia Mortal ini. Kamu dan si Iblis Abinawa itu tidak pantas berada di dunia ini!” teriak Raksa.

Buugggh ...

Tendangan dari Abimanyu tepat mendarat di dada Raksa yang membuatnya terjungkal ke belakang.

Raksa memegang dadanya yang terasa sakit dan sesak terkena tendangan yang keras dari Abimanyu.

“Cepat beritahukan dimana kamu menyimpan Pusaka Teratai Merah yang diinginkan ketua!" tegas Abimanyu lagi.

“Lebih baik aku mati. Pusaka itu tidak pantas berada di tangan ketuamu!” tantang Raksa.

“Baiklah ... kalau itu keinginanmu, akan kukabulkan," jawab Abimanyu penuh kemarahan.

Pendekar Pedang Setan ini langsung mengarahkan pedangnya ke dada Raksa. Tentu saja Raksa Wangsa juga bukan pendekar sembarangan. Dengan mudahnya dia menghindari tusukan pedang dari Abimanyu.

Raksa Wangsa semasa jayanya terkenal sebagai Pendekar Tangan Geledek. Tangan saktinya ini bisa mengeluarkan jurus pukulan yang energinya sanggup membuat lawan terdiam dan terluka parah. Tangannya juga sekuat baja, bisa menanhan tebasan pedang setajam apapun.

"Begitu saja keahlianmu ... Pendekar Pedang Setan?" sindir Raksa Wangsa.

Abimanyu yang merasa dipermalukan oleh Raksa Wangsa marah besar dan memerintahkan anggota sekte Teratai Merah mengeroyok Raksa Wangsa.

"Habisi dia!" teriaknya kepada anak buahnya.

"Hahaha ... dasar pengecut ... beraninya main keroyok! Mana kemampuanmu yang hebat itu? Ternyata dirimu hanya pecundang!" ejek Raksa Wangsa.

Raksa Wangsa terus menghina Abimanyu yang dianggapnya turut andil dalam kematian istrinya ini.

"Beraninya kamu menghinaku ... pendekar sialan!" teriak Abimanyu penuh kemarahan.

"Kalau berani, sini hadapi aku ... jangan hanya bisa mengandalkan anak buah! Dasar pengecut!" ejek Raksa lagi.

Hanya dalam sekejab, seluruh anggota sekte Teratai Merah tergeletak tidak berdaya oleh pukulan tangan geledek dari Raksa Wangsa.

"Anggota Teratai Merah bukanlah lawanku! Maju sini!" tantang Raksa Wangsa.

"Kamu memang hebat! Pantas Sahira memilihmu sebagai pasanganmu ... tapi aku harus menghabisimu! Sayang sekali ...!" ujar Abimanyu yang sebenarnya kagum dengan kehebatan Raksa Wangsa.

*****

Kirani yang sudah menyelamatkan nyawa Sakya Kumara bermaksud untuk kembali ke rumahnya yang terletak di tengah hutan ini.

Dia berharap ayahnya tidak mengetahui perbuatannya ini. Jadi, dia mempercepat langkahnya menuju rumah. Kalau ayahnya tahu dia mengeluarkan Sakya Kumara dari rumahnya, maka bisa jadi keselamatan pemuda ini terancam, karena ayahnya akan terus mencari pemuda ini sampai ketemu.

Asap tebal tampak mengepul ke angkasa dari kejauhan yang dilihatnya saat dia mulai mendekati rumahnya. Asap ini berwarna hitam yang menandakan ada sesuatu yang besar yang sedang terbakar.

Perasaan cemas mulai menghinggapi diri Kirani, karena hanya rumah mereka satu-satunya yang berada di dekat hutan ini. Dia berharap bukan rumah satu-satunya milik mereka yang terbakar.

“Apakah ayah baik-baik saja? tanyanya dalam hati.

Tapi gadis ini sadar ayahnya tidak akan baik-baik saja. Terlebih, dengan segala kejadian yang sudah pernah mereka alami.

Semakin dekat ke rumahnya semakin nyata dilihatnya asap tebal ini, yang memang ternyata berasal dari rumahnya. Rasa cemas berubah menjadi rasa panik di dalam hatinya.

Kirani berlari kencang menuju ke arah rumahnya yang sudah terbakar habis untuk mencari ayahnya.

Tidak ada tanda-tanda keberadaan ayahnya di rumah ini.

Bahkan mayat ayahnya juga tidak berhasil dia temukan, jika ayahnya terbakar bersama rumahnya.

Kirani tertunduk lesu, terduduk diam sambil menangis. Sekarang dia sebatang kara di dunia ini. Bahkan sampai sekarang, dia tetap tidak tahu kenapa mereka harus bersembunyi dan berpindah-pindah tempat terus.

Ayahnya yang diharapkannya bisa menjelaskan semuanya, sekarang lenyap entah ke mana. Semuanya hanya menjadi misteri baginya, sampai dia bisa menemukan ayahnya kembali.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Joe Parman
Pusaka apa ya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Perjalanan Sang Pendekar Naga Iblis   80. Dewa Pedang

    Sakya menetap selama sebulan di Hidden Village sambil mengajari pemuda-pemuda nag adi desa ini sedikit ilmu bela diri aagar mereka bisa melindungi desa mereka dari serangan penjahat baik yang berasal dari dunia manusia ini mapun dari dunia lainnya.Mimpi-mimpi yang terus mengusiknya membuat sakya mengambil keputusan untuk berpetualang mengikuti mimpi-mimpiny auntuk menemukan Kitab Pedang Dewa Langit dan Kitab Pedang Iblis Bumi yang telah lama menghilang."Aku pamit, Davendra!" ujar Sakya."Ajak Lavini keluar dari Hidden Village ini, Sakya! Mungkin dia bisa membantumu untuk menmukan Kitab pedang yang sedang kamu cari berdasarkan mimpi-mimpimu ini!" saran Davendra."Apa kamu ingin ikut bersamaku berpetualang di Dunia Mortal ini, Lavini?" tanya Sakya.'"Tentu saja, Sakya!" jawab Lavini singkat.Sepak terjang Sakya Kumara dengan Lavini di Dunia Mortal terkenal sebagai Pendekar Pedang Iblis dan Pendekar Pemanah Naga.Sambil mengikuti mimpi-mimpi Sakya, kedua pendekar ini terus membela keb

  • Perjalanan Sang Pendekar Naga Iblis   79. Masa Lalu

    "Apa benar, kamu ini anak dari Shivani? Ada di mana dia sekarang? Apakah dia masih hidup?" tanya pria yang usianya sepantaran dengan dirinya."Apa benar kamu ini ayahnya Lavini?" tanya Sakya."Benar! Shivani adalah istriku di Lembah Rinjani saat kekacauan itu datang menghampiri lembah kami!" ujar pria ini."Kekacauan seperti apa maksudmu?" tanya Sakya."Kekacauan yang menyebabkan Shivani menghilang dan tidak pernah kembali lagi, padahal dia baru melahirkan Lavini saaat itu! Aku tidak tahu kenapa dia tidak kembali ke Lembah Rinjani?""Karena ibuku memang tidak bisa kembali! Menurut yang pernah kudengar, ibuku adalah putri Raja Naga di Dunia Naga! Kemungkinan besar yang menyerbu Lembah Rinjani adalah pasukan naga dari Dunia Naga atas perintah Raja Naga yang merupakan ayah dari ibuku!" jelas Sakya."Kamu salah, anak muda! Scaraxian adalah ayah dari Shivani! Aku menikahi putri dari pemimpin naga. Jadi saat Scaraxian menghilang, aku yang memimpin semua naga menuju Hidden Village! Selama in

  • Perjalanan Sang Pendekar Naga Iblis   78. Gadis Naga

    Hidden Village benar-benar bagaikan surga setelah melalui perjalanan yang berat untuk menuju ke desa tersembunyi ini.Udara yang sesak di dalam goa besar tergantikan oleh udara yang segar dan bersih dari desa ini.Pepohonan hijau yang tampak rapi menghiasai seluruh desa serta air terjun dengan sungai yang jernih di bawahnya membuat mata Sakya terkesima melihatnya."Indah sekali Hidden Vilalge ini, Lavini! Pantas kalian sangat betah tinggal di desa yang bagaikan surga di dunia ini," ujar Sakya."Ayo! Kita temui ayahku! Beliau sering cerita tentang ibumu yang merupakan pendekar yang hebat saat masih tinggal di Lembah Rinjani," ajak Lavini."Ayahmu pemimpin Hidden Village ini?" tanya Sakya Kumara."Benar, Sakya! Ayah sudah lama mencari ibumu yang menghilang dari Lembah Rinjani!" sahut Lavini."Kenapa kamu antusias sekali? Bukannya kamu seharusnya marah karena ayahmu begitu memuja ibuku?" tanya Sakya yang mulai bingung melihat sikap Lavini."Aku tidak marah, karena Shivani Iswara adalah i

  • Perjalanan Sang Pendekar Naga Iblis   77. Hidden Village

    Gadis pemanah ini tampak lincah menyusuri Lembah Rinjani untuk mencari tempat yang lebih aman untuk beristirahat dan menyiapkan makanan dari hasil buruan ini."Aku tidak pernah melihatmu berada di Lembah Rinjani ini? Ada apa sampai kamu tersasar ke sini?" tanya Sakya.Gadis ini tampak tidak peduli dengan pertanyaan Sakya terhadap dirinya.'Jangan banyak tanya! mau daging kelinci hutan ini atau tidak?" tanya gadis ini dengan ketus."Bukan banyak tanya, tapi aku memang baru melihatmu di Lembah Rinjani ini!" sahut Sakya."Bagaimana kamu bisa baru melihatku ada di Lembah Rinjani kalau kamu sendiri juga baru pertama kali ke Lembah Rinjani ini?' tanya gadis pemanah ini."Kamu tahu kalau aku hanya melintas di lembah ini?" tanya Sakya."Tentu saja, Pendekar! Aku hidup di Lembah Rinjani ini, tentu saja aku tahu kalau kamu adalah pelintas jalan!" seru gadis pemanah ini."Kenapa aku tidak melihat adanya desa atau pemukiman di Lembah Rinjani ini? Aku menyangka kalau sudah tidak ada penghuni di le

  • Perjalanan Sang Pendekar Naga Iblis   76. Gadis Pemanah

    Sakya masih memalingkan wajahnya untuk melihat ke arah air terjun tapi tidak tampak lagi Naga Scaraxian di sana. "Suatu kesalahan pergi ke arah goa air terjun ini. Semoga saja ini terakhir kalinya aku menginjak tempat persembunyian Scaraxian ini, terlepas dia ini kakek moyangku atau bukan!" ujar Sakya Kumara. Kruuyuuuk ...! Bunyi perut lapar Sakya Kumara membuat Pangeran Iblis ini memutuskan untuk berburu di Lembah Rinjani. "Scaraxian sialan! Aku tidak akan menemui naga raksasa yang tidak pedulian itu! Kalau bukan karena ibu, aku tidak aakan menemui naga sombong itu!" ujar Sakya dalam hati. Seekor kelinci hutan lewat di hadapannya, membuat semangat Sakya untuk berburu langsung muncul. "Aku akan menyergap kelinci hutan yang lincah ini," ujarnya. Sakya bergerak perlahan-lahan untuk mendekati kelinci hutan ini agar kelinci hutan ini idak terkejut dengan kehadirannya dan berusaha melarikan diri. Perlu banyak kesabaran bagi Sakya Kumara untuk mendapatkan hewan buruannya ini. Posi

  • Perjalanan Sang Pendekar Naga Iblis   75. Naga Scaraxian

    "Ingat, Sakya! kalau kamu tidak menemukan Naga Scaraxian di Lembah Rinjani, kamu harus ke arah pegunungan Rinjani untuk menemukannya! Ayahku biasanya suka mengajakku bermain di belakang air terjun di sekitar Pegunungan Rinjani ini."Sakya terbangun dan menoleh ke arah samping.Hari masih gelap di Lembah Rinjani."Ternyata aku sedang bermimpi! Tapi kenapa jelas sekali ibu menyuruhku menuju Pegunungan Rinjani? Ada apa sebenarnya yang ingin ditunjukkan oleh ibu?" pikir Sakya. "Apa mimpiku ini nyata atau hanya sekedar ilusi saja? Tidak akan pernah kuketahui kalau aku tidak ke sana!"Sakya Kumara memutuskan akan menuju Pegunungan Rinjani untuk menguak misteri yang menyelimuti Lembah Rinjani."Aku harus tahu penyebab lenyapnya semua naga-naga di Lembah Rinjani ini! Ada kejadian apa yang membuat semua naga di sini menghilang, termasuk Scaraxian. Apa Scaraxian ini kakekku? Tadi dalam mimpi, ibu menyebut ayah terhadap naga ini!" ujar Sakya.Begitu banyak misteri yang tidak terpecahkan.Bahkan

  • Perjalanan Sang Pendekar Naga Iblis   74. Lembah Rinjani

    Matahari pagi perlahan muncul dari arah pegunungan yang sejuk di Lembah Rinjani. Sinar matahari pagi yang hangat menerpa wajah Sakya Kumara yang sedang tertidur di salah satu goa yang banyak terdapat di Lembah Rinjani. Lembah Rinjani dahulunya adalah lembah yang hijau dan subur, yang menjadi tempat tinggal naga-naga yang memutuskan tinggal Di Dunia Mortal daripada di Dunia Naga mereka sendiri. Naga-naga yang warna warni dahulunya terbang dengan bebas menghiasi pegunungan Rinjani yang sebagian puncaknya tertutup es dan salju abadi. Lembah Rinjani bahkan sering disebut sebagai Lembah Naga, karena semua naga yang memutuskan tetap di Dunia Mortal ini, tinggal di lembah ini. Baik naga yang bisa menjadi manusia dan memiliki ilmu bela diri layaknya pendekar di Dunia Mortal ataupun naga yang tidak bisa berwujud manusia. Pemimpin Naga yang terkenal saat itu yang membawa Lembah Rinjani ke masa kejayaan adalah Naga Scaraxian yang memiliki bekas luka di wajahnya. Mata Scaraxian yang merah m

  • Perjalanan Sang Pendekar Naga Iblis   Arc 2. Bangkitnya Dewa Pedang

    # Kitab Sakti #Sakya Kumara, Sang Naga Iblis yang juga Pangeran Kerajaan Iblis kembali berpetualang sendiri setelah berpisah dengan tiga gadis yang mencintainya."Aku harus kembali ke Dunia Mortal! Firasatku mengatakan kalau Mustika Naga Abadi telah berpindah tempat ke sana!" ujar Sakya dalam hati.Perjalanan Sakya lebih cepat daripada sebelumnya karena tidak ada lagi halangan yang merintanginya."Sakya ...!"Terdengar oleh Naga Iblis ini suara memanggilnya, saat dia berada di Lembah Rinjani."Siapa di sana? Kenapa kamu bisa mengenalku?" tanya Sakya.Sakya Kumara langsung memeriksa hutan di dekat lembah untuk memastikan asal suara yang memanggilnya."Sakya! Penuhi takdirmu sebagai Dewa Pedang!"Suara ini terdengar lagi di kepalanya yang membuat Sakya sakit kepala."Keluar dan tunjukkan dirimu!" seru Sakya lagi dengan lebih lantang.Tidak ada jawaban dari seruan lantang Sakya.AAARRRGHH!Teriakan yang kencang dari arah hutan membuat pohon-pohon bertumbangan dan tubuh Sakya terlempar j

  • Perjalanan Sang Pendekar Naga Iblis   73. Dunia Surga (Eden)

    "Kemana Kavita dan Kahiyang?" tanya Kirani begitu mereka sampai di atas tebing jembatan gantung."Mereka baik-baik saja! Kita akan segera menemui mereka di dalam!" sahut Sakya Kumara."Kenapa kalian tidak meninggalkanku saja? Kenapa bersusah payah menjemputku kembali?" tanya Kirani."Karena kamu itu penting, Kirani! Aku sudah berjanji akan menjagamu dan mencari ayahmu! Janji itu pasti aku tepati, terutama janji mengantarmu ke Dunia Surga!" ujar Sakya.Keduanya sedang berjaalaan santai di Duna siluman hingga sampai di Rumah Tua."Kita masuk saja dahulu temui Kavita dan Kahiyang di dalam. Setelah itu kita lanjutkan perjalanan ke Dunia Surga!' seru Sakya lagi."Kirani! Kamu baik-baik saja?" teriak Kahiyang begitu melihat Sakya masuk ke dalam rumah tua bersama Kirani."Apa Immortal menyakitimu?" tanya Kavita."Aku tidak apa-apa! Kalian berdua baik sekali khawatir akan diriku!" sahut Kirani."Apa kita akan melanjutkan perjalanan atau menginap dahulu di rumah tua ini?" tanya Sakya Kumara."

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status