Abimanyu berkata-kata sendiri seakan hati kecilnya sangat mengagumi kehebatan Raksa Wangsa.
Traaang ...!
Pedang yang tiba-tiba diayunkan Abimanyu langsung ditangkis oleh tangan baja Raksa.
Wuussh ... Buuuk .... Duaarr ....
Sebuah pukulan langsung didaratkan Raksa Wangsa ke dada Abimanyu saat celah pertahanannya terbuka yang menimbulkan ledakan kecil.
Pedang terlepas dari tangan Abimanyu, sedangkan dirinya terdorong jauh ke belakang oleh tenaga pukulan geledek dari Raksa Wangsa.
"Uhuk ...!"
Abimanyu terbatuk mengeluarkan darah dari mulutnya, menandakan kalau pukulan tangan geledek dari Raksa Wangsa tepat mengenai organ dalamnya.
"Kamu memang hebat ... Raksa Wangsa! Aku menyerah! Seharusnya aku melindungi keluargamu, bukannya menuruti perintah Bimasena!" kata Abimanyu sambil tersenyum.
Raksa Wangsa terkejut mendengar pengakuan dari Abimanyu. tapi dia tidak bisa begitu percaya saja terhadap mulut manis Pendekar Pedang Setan ini.
"Jangan-jangan dia lagi melakukan muslihatnya yang terkenal itu," pikir Raksa Wangsa.
"Kamu bisa bantu aku berdiri, Raksa?" kata Abimanyu sambil menyodorkan tangan kanannya.
"Kamu bisa berdiri sendiri, tidak perlu dibantu!" kata Raksa Wangsa yang masih curiga dengan perkataan Abimanyu.
"Aku hanya memintamu membantuku berdiri sebagai tanda perdamaian kita ... aku bisa membantumu agar tidak dikejar-kejar lagi oleh Bimasena! Kamu hanya perlu menarik tanganku untuk berdiri sebagai tanda kepercayaanmu padaku!" ujar Abimanyu.
Tanpa curiga, Raksa langsung mengulurkan tangannya untuk mengangkat Abimanyu.
Creepp ...
Tiba-tiba Raksa Wangsa merasakan sesuatu yang dingin menembus tubuhnya.
Pedang Setan menancap di perut Raksa yang mungkin langsung akan mengakhiri hidupnya saat itu juga karena pedang ini sangat beracun dan akan mematikan seketika.
Ternyata Abimanyu menyembunyikan Pedang Setannya di belakangnya. Saat Raksa lengah, tangan kirinya langsung meraih pedang dan menusuk Raksa begitu saja.
“Abimanyu ... kenapa kamu bunuh dia!” teriak Abinawa Adyawangsa yang baru tiba di tempat ini.
“Dia tidak tahu menahu tentang Pusaka Teratai Merah. Jadi buat apa lagi dia kubiarkan hidup," kata Abimanyu tanpa rasa bersalah.
“Ketua pasti marah jika mengetahui satu-satunya petunjuk untuk menemukan Pusaka Teratai Hitam telah kamu habisi," ujar Abinawa lagi.
“Jangan ikut campur urusanku Abinawa! Aku tahu kamu juga mencintai Sahira! Bahkan pukulan Tapak Iblismu yang telah menghabisi nyawanya ... Kalau aku adukan ke ketua, pasti kamu dihabisinya saat itu juga," ancam Abimanyu.
Perkataan Abimanyu membuat wajah Abinawa agak pucat. Dia kemudian pergi tanpa mengusik Abimanyu lagi.
*****
Sekte Teratai Merah merupakan sekte terbesar di Kota Kintamani yang merupakan sebuah kota yang terletak di gugusan pulau besar Nusantara.
Walaupun sekte ini beraliran hitam tapi tidak ada satupun pejabat kota yang berani mengusik keberadaan sekte ini.
Pendiri Sekte Teratai Merah adalah seorang pendekar beraliran iblis yang dikenal sebagai Pendekar Cakar Iblis yang bernama Bimasena Citraprasada.
Tidak ada yang tahu asal usul dari Bimasena Citraprasada ini. Apakah dia manusia atau iblis yang banyak terdapat di Dunia Mortal ini.
Bimasena memiliki tiga pengurus sekte yang sangat dipercayainya yaitu :
Abimanyu Mangkubumi yang mempunyai julukan Pendekar Pedang Setan.
Sahira Wicaksena yang mempunyai julukan Pendekar Cambuk Petir.
Abinawa Adyawangsa yang mempunyai julukan Pendekar Tapak Iblis
Tiga pilar penyangga sekte ini yang kemudian berhasil memajukan sekte Teratai Merah sehingga disegani oleh seluruh kalangan, padahal sekte ini bukanlah sekte aliran putih.
Nusantara hanya satu dari sekian gugusan pulau besar yang terdapat di Dunia Mortal. Sekte-sekte banyak yang didirikan di Nusantara alih-alih di gugusan pulau lainnya.
Nusantara merupakan pusat pemerintahan dari Kerajaan Dunia Mortal sehingga seluruh pusat kegiatan pendekar juga berada di gugusan pulau besar ini.
*****
Sahira Wicaksena merupakan pendekar wanita yang sangat cantik. Bahkan, Bimasena Citraprasada sangat mencintai Sahira dan ingin mempersuntingnya menjadi istrinya. Namun, Sahira menolak keinginan ketua sekte Teratai Merah ini.
Pendekar wanita ini lebih memilih seorang pendekar dari aliran putih yang bernama Raksa Wangsa untuk menjadi kekasihnya. Hatinya sudah dia persembahkan kepada Pendekar Tangan Geledek ini.
Tentu saja pilihannya ini membuat Bimasena murka terhadapnya. Bukan penolakan Sahira yang membuat Bimasena marah tapi pilihan Sahira terhadap pendekar beraliran putih, sedangkan Sahira beraliran hitam dan tergabung di sekte Teratai Merah yang juga beraliran hitam.
Pemimpin sekte Teratai Merah ini langsung menurunkan jabatan Sahira yang awalnya salah satu dari Pilar Sekte menjadi anggota sekte yang biasa saja.
Sahira tidak peduli dengan hukuman dari Bimasena dan tetap melanjutkan hubungannya dengan Raksa Wangsa yang kemudian menjadi suaminya.
Bimasena akhirnya menyerah dan tidak mencampuri urusan Sahira lagi.
Pasangan Sahira dan Raksa akhirnya dikarunai seorang anak perempuan bernama Kirani.
Sejak kelahiran Kirani, hidup pasangan ini mulai terancam dengan fitnahan-fitnahan yang beredar mengenai diri mereka.
Sahira dan Raksa akhirnya melarikan diri dari sekte Teratai Merah.
Tapi Bimasena tidak ingin melepaskan mereka begitu saja karena Sahira membawa sesuatu yang diinginkan oleh sekte Teratai Merah.
Pengejaran yang terus berlangsung ini akhirnya merenggut nyawa Sahira saat dia mati-matian membela keluarganya dari incaran sekte Teratai Merah.
Sejak kematian Sahira, perangai Raksa berubah menjadi kasar dan kejam. Dia melindungi Kirani dengan caranya sendiri melarang Kirani berhubungan dengan dunia luar.
Mereka sering berpindah-pindah karena sekte Teratai Merah terus mengejar mereka untuk mendapatkan keinginannya.
Brak!
Tongkat yang sedang dipegang Bimasena dibuangnya. Dia tidak akan berhenti untuk mengejar keluarga ini hanya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya--yang telah dibawa pergi oleh Sahira!
"Tunggu, saja!" desis Bimasena.
Bersambung ....
Sakya Kumara terbangun dengan sinar matahari terik yang masuk melalui celah dedaunan pohon-pohon di hutan, yang menyinari matanya membuat penglihatannya menjadi silau oleh cahaya matahari ini.Posisi Sakya Kumara saat ini dalam keadaan terduduk bersandar pada salah satu pepohonan besar di hutan ini. Matanya juga masih belum terbiasa dengan suasana terang akibat terik matahari ini.Pandangannya masih belum jelas akibat teriknya cahaya matahari yang masuk ke hutan melalui celah-celah dedaunan ini.“Aku di mana? Kenapa aku tidak berada di dalam rumah petani itu lagi?” Sakya merasa heran dengan kondisinya sekarang yang berada di dalam hutan belantara yang dia tidak tahu ada di mana.Badannya masih terasa lemas dan sakit di seluruh punggungnya. Kaki dan tangannya hampir tidak bisa digerakkan seakan tubuh manusia ini sudah mati. Sakya menyesali dirinya, kenapa harus masuk ke dalam tubuh manusia yang sepertinya sudah mati ini.Saat tertidur tadi, dia telah mendapatkan kembali sedikit ingatan
Setelah rasa sakit itu, Sakya Kumara tahu bahwa perjalanannya baru saja dimulai. Dia harus segera berangkat ke Kota Singkarak hanya dalam waktu tiga hari saja karena kemampuan Kirani hanya bisa membuat tubuh mati ini bergerak bebas selama itu. Jika dia gagal, maka butuh minimal empat hari lagi untuk membuatnya kembali segar bugar kembali.Rasa sakit yang luar biasa dirasakan Sakya Kumara saat energi Kirani memasuki seluruh tubuhnya. Tubuhnya terasa terbakar hingga hendak berteriak sekencang-kencangnya seperti tadi. Untung saja, hasilnya sepadan dengan yang didapatkannya. Sekarang, semua kekuatannya kembali lagi kepadanya walaupun hanya sementara waktu saja. Setidaknya, sampai Tabib Sakti Adheswara bisa menyembuhkan dirinya dengan mengembalikan tubuh aslinya di Dunia Mortal ini.Untung saja, kemampuan Kirani terbatas membangkitkannya saja. Bau busuk orang mati masih melekat di tubuh yang digunakan Sakya ini bisa dinetralisir, sehingga tidak menyebar keluar lagi. *****"Maaf, Sakya
Kota Singkarak merupakan salah satu kota di Dunia Mortal yang sangat padat penduduknya. Semua kegiatan perdagangan berlangsung terus menerus di kota ini tanpa henti seharian penuh. Jadi Kota Singkarak adalah kota yang hidup terus menerus. Jika malam tiba, pusat hiburan bertebaran di kota ini yang buka sampai pagi hari.Kota ini masih berada di gugusan pulau Nusantara yang merupakan gugusan pulau terpadat di Dunia Mortal. hampir semua penduduk Dunia Mortal memilih tinggal di gugusan pulau Nusantara yang serba lengkap dibandingkan gugusan pulau lainnya.Hampir semua penduduk Dunia Mortal terutama yang menghuni gugusan pulau Nusantara tinggal di sini."Ramai sekali kota ini, Sakya!" ujar Kirani. "Baiknya kamu beli pakaian ganti, karena badanmu sudah bau sekali!""Memangnya ada yang jual pakaian di kota ini? Setahuku pakaian itu kita buat sendiri!" ujar Sakya."Kalau di sini, kamu bisa beli pakaian dengan beberapa perak saja!" jelas Kirani.Kirani kemudian membawa Sakya ke salah satu pen
Setelah seharian menelusuri Kota Singkarak, akhirnya Sakya Kumara menemukan iblis bernama Thaxos yang bisa mengantarnya ke iblis juga yang mengetahui seluk beluk Kota Singkarak ini.“Kita sudah sampai!” ujar Thaxos saat mereka tiba di pinggiran kota dekat hutan yang jauh dari keramaian kota."Aku hanya lihat hutan saja, Thaxos! memangnya iblis ini tinggal di mana?" tanya Kirani."Ikuti saja aku ... dia tidak tinggal di dalam hutan tapi di bawah hutan!" jawab Thaxos."Maksudnya?" tanya Kirani lagi.Sakya tetap waspada, khawatir Thaxos menipunya karena mereka belum benar-benar kenal dengan iblis ini."Ikuti saja langkahku ... banyak jebakan di dalam hutan ini,jadi jangan sampai melangkah di luar langkah kakiku!" kata Thaxos memperingatkan Sakya dan Kirani."Kenapa mesti menaruh jebakan? Apa temanmu ini banyak diincar pendekar atau iblis?" tanya Sakya penasaran."Tidak begitu Pangeran ... hanya iuntuk berjaga-jaga saja dari perampok dan sejenisnya!' jelas Thaxos.Thaxos kemudian bergerak
Sakya Kumara tidak mengira akan bertemu dengan Kavita Kamala, seorang gadis cantik yang sangat mengetahui seluk beluk Kota Singkarak beserta penghuninya.Baru kali ini dia menjumpai gadis iblis yang cukup cantik yang pemberani dan tanpa rasa takut terhadap siapapun."Bantuan apa yang kalian butuhkan dariku?" tanya Kavita begitu Sakya tidak menyebut-nyebut Pangeran Iblis lagi."Kami ingin kamu mengantarkan kami ke Tabib Sakti Adheswara di Kota Singkarak ini! Kalau bisa sekarang juga, karena waktu kami sudah menipis!" kata Sakya Kumara dengan perasaan cemas."Kenapa waktu kalian menipis? Kalian sudah hampir mati?" tanya Kavita."Kurang lebih begitulah Nona Kavita! Bagaimana?" desak Sakya Kumara lagi. "Kamu tahukan rumah Tabib Sakti Adheswara yang berasal dari Dunia Iblis?" "Jelas aku tahu rumah Tabib Sakti Adheswara! Tapi ada syaratnya!" ujar Kavita."Apa syaratnya Nona Kavita?" tanya Sakya Kumara.“Aku bisa mengantarkanmu bertemu Tabib Sakti, tapi semua itu ada imbalannya! seru Kavita
Sakya Kumara dan Kirani berpisah dengan Kavita Kumala yang langsung meninggalkan mereka dan kembali ke tempatnya semula."Semoga saja gadis iblis ini tidak berbohong dan menipu kita! Aku merasa dari tadi tidak percaya terhadap niat gadis iblis ini!" kata Kirani yang sudah curiga dengan tingkah laku Kavita yang aneh."Jangan berburuk sangka dahulu! Mungkin saja dia benar mau membantu kita ... hanya sifatnya saja yang jelek!" ujar Sakya."Semoga saja demikian ... aku punya firasat jelek mengenai masalah ini!" ujar Kirani lagi.Sakya naik duluan dan membuka penutup lorong rahasia ini. Benar saja kata Kavita, dia masih berada di pinggiran kota, karena yang tampak hanya pepohonan di sekelilingnya.Setelah merasa keadaan aman, Sakya meminta Kirani menyusulnya. Tapi baru beberapa saat mereka di atas permukaan, terdengar langkah kaki dan suara percakapan yang cukup jelas.Tap ... tap ... tap ...Suara langkah kaki makin mendekati tempat Sakya dan Kirani yang sedang bersembunyi."Mudah-mudahan
Batas waktu Sakya Kumara sudah makin kritis, namun dia masih saja belum menemukan Tabib Sakti Adheswara yang bisa diduga Sakya bisa mengembalikan tubuhnya seperti sedia kala. Tindakan Kavita yang menyerahkan Kirani kepada pimpinan sekteTeratai Merah membuat harapan untuk bebas dari tubuh manusia mati ini menjadi sirna. Tidak mungkin dalam waktu singkat mereka berhasil menemukan tabib ini, apalagi Kavita telah menipu mereka mentah-mentah.Bisa jadi lokasi yang ditunjukkan Kavita juga bukan lokasi sebenarnya, hanya lokasi perangkap untuk menyerahkan Kirani kepada sekawanan anggota sekteTeratai Merah yang menyusul mereka ke pinggiran hutan ini.Tik ... Tok ... Tik ... Tok ...Waktu terus bergulir bagaikan denting kematian yang menghantui Sakya Kumara. Sebentar lagi kebebasannya akan terenggut oleh waktu. Dia akan terkurung lagi selama 4 hari sampai tenaga Kirani pulih untuk membuatnya bisa bergerak bebas lagi.Itupun kalau mereka berhasil lolos dari kejaran anggota sekteTeratai Merah. J
Sakya Kumara ambruk ke tanah bagaikan tubuh yang tiada bertulang lagi. Kesadarannya hilang seketika begitu tubuh matinya tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Kali ini kondisinya jauh lebih parah dibandingkan saat dia berada di pematang sawah. Tidak ada rasa perih di badan, tapi Sakya tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali, bahkan kesadarannya mulai hilang secara perlahan-lahan.“Sakya ...!” Terdengar olehnya teriakan panik Kirani, tapi badannya tidak kuasa bergerak lagi. "Sadar, Sakya ...!"Teriakan demi teriakan Kirani berusaha menyadarkan Sakya Kumara, tanpa gadis ini menyadari kalau teriakan kerasnya telah memancing pengejarnya mengetahui lokasi tempatnya berada.Pandangan Sakya yang terjatuh juga berkunang-kunang. Sekelilingnya juga sudah kabur di matanya. Ingin dipaksakan tubuhnya berdiri kembali, tapi yang dirasakannya hanyalah tubuhnya yang kaku dan mati, tidak bisa digerakkan lagi. Kondisi tubuh mati ini benar-benar mati sekarang. Bahkan Sakya Kumara sama sekli ti