Share

Akting di antara mereka

Author: Errenchan
last update Last Updated: 2023-12-08 10:32:14

“Lo yakin kita harus ngelakuin sejauh ini?” tanya Haruna yang meragukan strategi Ravindra. Lelaki itu menoleh sekilas dengan satu anggukan.

“Semakin kita romantis, gue yakin nyokap nggak akan curiga,” jawab Ravindra seraya merangkul pinggang Haruna. “Senyum,” peringatnya yang membuat wanita itu langsung tersenyum.

Mereka mendekati Della dan Delia yang sudah menunggu di depan butik. Haruna pun memberikan kode pada Ravindra untuk melepas rangkulannya, tapi Ravindra menolak dengan satu decakan dan gelengan kepala.

Delia yang memperhatikan hanya menggelengkan kepala dengan kekehan pelan. “Kalian belum menikah saja sudah nempel seperti ini, apalagi kalau sudah menikah? Berarti nggak salah dong kalau mama minta cucu dalam waktu dekat ini?” tanya wanita setengah baya itu yang berhasil membuat Ravindra langsung melepaskan rangkulannya.

“Ma, bukannya aku udah bilang kalau aku nggak mau punya anak dalam waktu dekat ini?” tanya Ravindra yang membuat Delia tertawa kecil.

“Iya, mama inget, tenang saja.”

“Sudah, sudah, ayo, masuk,” ucap Della yang berjalan lebih dulu diikuti oleh Delia.

Ravindra yang hendak masuk pun langsung ditahan oleh Haruna dan membuat lelaki itu menoleh dengan tatapan bingung. “Lo udah ngomong masalah anak ke nyokap?” tanyanya yang hanya dijawab satu anggukan. “Itu artinya … nyokap lo nggak akan minta cucu?”

“Mungkin?” jawab Ravindra seraya melepas tangan Haruna dari pergelangannya dan berjalan masuk ke dalam butik terlebih dahulu.

Haruna hanya berdecak pelan, entah kenapa ia merasa kalau lelaki itu mempunyai kepribadian ganda yang tidak bisa ditebak. Tak mau pikir panjang, dia pun ikut masuk ke dalam butik meski rasanya sangat ingin pergi jauh dari tempat ini.

“Haruna, kamu pilih ini atau ini?” tanya Delia yang memberikan dua pilihan gaun.

Haruna memperhatikan dua gaun tersebut, dia merasa kalau keduanya tidak ada yang beda. Wanita itu langsung menunjuk gaun yang ada di sebelah kanan agar cepat selesai dan bisa kembali ke rumah.

“Kamu yakin? Bukannya kamu lebih suka gaun yang sebelah kiri?” tanya Della yang membuat Haruna kembali memperhatikan kedua gaun tersebut.

“Bukannya sama aja, Ma?” tanya Haruna dengan suara pelan.

“Atau mau dicoba dulu? Jadi, Haruna bisa tau perbedaan kedua gaun ini,” usul Delia.

“Ide yang bagus.”

“Mari saya antar,” ucap pelayan butik yang mempersilahkan Haruna berjalan lebih dulu.

Haruna yang terpaksa menuruti kemauan mereka hanya bisa pasrah dan berjalan pergi. Dia melirik ke arah Ravindra yang sibuk dengan ponselnya. Haruna merasa kalau di sini hanya dirinya yang menderita. “Awas aja lo, Rav!” ucapnya dari dalam hati dengan tatapan tajam saat kebetulan lelaki itu melihat Haruna.

***

Setelah mencoba dua gaun, Haruna duduk di samping Ravindra dengan helaan napas panjang. Dia melirik ke arah lelaki itu yang masih sibuk, hari ini ia tampak tidak banyak bicara. Haruna memilih untuk mengeluarkan ponsel dan memainkan sosial media. Namun, tiba-tiba saja Ravindra menyandarkan kepala di bahu dan tangan yang ia letakkan di perut wanita itu.

“Lo ngapain, sih?” tanya Haruna saat melihat posisi Ravindra.

“Udah, diem aja,” jawabnya.

Haruna pun langsung menyadari kalau sang mama memperhatikannya meski kedua mama itu asyik mengobrol. Wanita itu hanya bisa menghela napas dan mengikuti permainan yang dibuat oleh Ravindra. “Setelah ini ke mana? Nyokap lo ada bilang?”

“Pulang lah, ke mana lagi?”

“Papa mu udah reservasi restoran, ayo, kita pergi,” ucap Delia pada Ravindra dan Haruna.

“Ma, tapi aku harus—”

“Ada yang mau mama bahas juga masalah pernikahan kalian. Tenang aja, tempatnya tertutup, Haruna nggak perlu takut,” ujar Delia beralih melihat Haruna.

Haruna yang tidak bisa menolak hanya bisa mengangguk canggung dengan tersenyum paksa, dia memberikan kode pada Ravindra agar bisa duduk dengan benar tanpa harus bersandar di bahunya. Beruntung lelaki itu langsung paham. “Bisa nggak, sih, lo jangan berlebihan? Gue takut nyokap lo malah makin curiga,” tanyanya dengan berbisik pelan.

“Lo nggak liat nyokap gue selalu senyum tiap gue manja ke lo.”

“Nyokap lo senyum, gue yang risih!” gumamnya dengan penuh penekanan.

Ravindra pun berdecak. “Lo mau semuanya berantakan?”

“Kalian lagi bahas apa? Kenapa kelihatan serius?” tanya Della yang duduk di hadapan Haruna.

Haruna langsung menggelengkan kepalanya cepat. “Nggak, nggak bahas apa-apa. Iya, kan,” tanyanya pada Ravindra.

Ravindra mengangguk dengan senyuman. “Iya, cuma bahas kalau Haruna ingin satu kamar,” jawabnya asal yang membuat Haruna langsung membulatkan matanya lebar dan refleks memukul lengan lelaki itu. Delia dan Della yang mendengar itu langsung tertawa kecil.

“Rav, kenapa kamu tidak peka? Itu artinya Haruna—”

“Ma, bukannya kita harus segera pergi ke restoran?” tanya Haruna menyela perkataan Delia, seolah dia tau apa yang akan di katakan oleh mama mertuanya itu. Haruna terus menatap Ravindra yang membuat lelaki itu hanya memberikan senyuman tipis.

“Ah, iya, benar.” Delia dan Della lebih dulu berjalan keluar.

“Maksud lo apa ngomong kayak gitu? Udah gila lo?!” tanya Haruna dengan suara pelan karena jarak mereka dengan sang mama tidak terlalu jauh.

“Gue cuma mau lihat reaksi mama.”

Haruna hanya berdecak, sejak awal bertemu sampai sekarang, ia sama sekali tidak mengerti pola pikir Ravindra. Seharusnya dari awal dia tidak menerima perjodohan ini dan fokus dengan kariernya yang juga ada diujung tanduk.

***

“Na, kenapa kamu diam saja?” tanya Della dengan suara berisik.

Haruna yang sedang makan tampak bingung dengan maksud sang mama, dia menoleh dan mengangkat satu alisnya. “Jadi, aku harus apa? Bukannya kalo lagi makan emang harus diem?”

“Kamu bisa bantu Ravindra kupas udang, atau kasih dia daging di piringnya. Kau harus belajar melayani suami mu saat di meja makan,” jelas sang mama membuat Haruna langsung menghela napas pelan, ditambah lagi dia merasa kesal setiap kali Della mengatakan kalau Ravindra adalah suaminya.

Haruna yang tak ingin memperpanjang masalah langsung mengambil potongan daging dan meletakan ke piring Ravindra. “Makan yang banyak, biar otak lo bisa berfungsi,” ucapnya dengan suara pelan dan senyuman paksa.

Ravindra yang masih bisa mendengar perkataan Haruna langsung tersenyum, ia mengambil daging itu dan memakannya. “Makasih, calon istri.”

Delia dan Indra saling bertatapan dengan bibir membentuk senyuman, dia tak menyangka kalau keputusan untuk menjodohkan dengan Haruna adalah pilihan yang tepat. “Mama sangat senang melihat kalian bisa akrab satu sama lain seperti itu, jadi mama tidak salah pilih tanggal pernikahan kalian.”

“Maksud mama?” tanya Ravindra seraya meletakan udang yang sudah dikupas ke piring Haruna.

“Pernikahan kalian akan diadakan minggu depan. Karena kita tidak mengundang siapapun, jadi kita tidak perlu menyiapkan undangan ataupun katering. Lebih cepat, lebih baik.”

Perkataan Delia membuat Haruna yang sedang mengunyah pun langsung tersedak, dengan sigap Ravindra memberikan segelas air. Tidak hanya Haruna yang terkejut, melainkan juga Ravindra. “Apa? MInggu depan?!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Gonjes91
berawal akting, berujung cinta beneran wkwkwk seru, tambah lagi, Thor...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   23 -- Angin Lalu

    “Dia tau masalah perjodohan kita?” tanya Haruna dengan suara pelan karena masih tidak mempercayai kalau Chasel tau tentang perjodohannya. Karena wanita itu yakin kalau Chasel tau, ia akan sangat marah.“Dia tau kalo gue sodara lo,” jawab Ravindra yang membuat Haruna seketika menghela napas lega dan berdecak.“Sialan, lo! Gue pikir Chasel tau masalah perjodohan ini! Kalo ngomong jangan sepatah-patah!” protes Haruna yang merasa sangat kesal pada Ravindra.“Na, buruan!” teriak Chasel dari luar ruangan dan membuat Haruna segera beranjak dari duduk seraya mematikan sambungan telpon. Dia pun langsung mengganti pakaiannya dengan cepat, lalu keluar dengan senyuman menyengir saat melihat raut wajah kesal sang manager.“Lo ngapain aja di dalem? Lama bener! Ayo, buruan.” Ucap Chasel berjalan lebih dulu. Haruna segera berjalan cepat menyamakan langkah lelaki itu. “Oh, tadi sodara lo telpon. Maaf, gue angkat telponnya,” ucapnya menoleh.“Dia ngomong apa?” tanya Haruna mengingat Ravindra belum menj

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   22 - Dia Tau Semuanya?!

    Chasel yang melihat raut wajah tegang Haruna pun tertawa dan memukul punggung wnaita itu dengan tertawa. “Gue bercanda, Na, kenapa muka lo jadi orang kayak penuh beban? Lagian kalo lo nikah, nyokap lo pasti bakal bikin pesta besar,” ucapnya yang masih tertawa hingga membuat Haruna pun ikut tertawa paksa. “Hari ini lo ada syuting bareng Cherly lagi, nggak masalah?” tanya Chasel yang menghentikan tawanya. “Nggak masalah, emang kenapa?” “Gue tau masalah kemarin, kenapa lo nggak cerita sama gue?” Haruna yang lupa hanya menyengir dan membuat Chasel menggelengkan kepala. Mobil tersebut terhenti di halaman gedung, Haruna yang awalnya ingin keluar langsung ia urungkan saat menyadari pintu mobil sudah dikepung oleh para wartawan. Dia menoleh pada Chasel dengan mengangkat satu alisnya. “Kenapa ada banyak wartawan? Ada artikel buruk lagi tentang gue?” “Lo nggak baca forum?” tanya Chasel seraya mengeluarkan ponsel dan menunjukkan satu artikel itu pada Haruna. “Masalah Cherly sengaja nampar lo

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   21 -- Chasel Curiga?

    Haruna menatap Ravindra dengan mengerutkan kening dan sedikit tatapan tak suka. “Apa maksud lo ngomong gitu?” tanyanya membuat gerakan lelaki tiu terhenti. Ravindra yang selesai memberikan salep pada pipi Haruna pun sedikit memundurkan tubuh, dia merapikan kembali kotak obat tersebut lalu berdiri dari duduknya. Haruna yang belum mendapatkan jawaban langsung menahan pergelangan tangan lelaki itu dengan decakan. “Jawab dulu baru pergi.” “Lo harus percaya sama kemampuan diri sendiri, gue yakin lo bisa.” “Kenapa gue nggak tau lo punya perusahaan lo sendiri? Kenapa lo masih mau jadi penerus perusahaan bokap?” tanya Haruna membuat Ravindra menoleh. “Gue cuma nggak mau sodara tiri jadi penerusnya, dan perusahaan itu cuma kerjasama sama sahabat gue,” jelas Ravindra yang hanya di jawab satu anggukan oleh Haruna. “Mau sampe kapan lo pegang tangan gue?” tanyanya menyadarkan Haruna dan langsung melepasnya. Lelaki itu hanya meliriknya sekilas dan pergi begitu saja meninggalkan Haruna. Haruna m

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   20 -- Terkunci

    Haruna menatap pintu besar yang tertutup rapat, ia mencoba mendorong engsel pintu itu, benar dugaannya, pintu itu sudah dikunci oleh Ravindra. Ia melihat jam pada ponsel yang menunjukkan pukul dua dini hari. “Ternyata dia nggak bercanda?” gumamnya dengan helaan napas panjang.Haruna ingin sekali menelpon Ravindra agar membukakan pintu, tapi mengingat dua pesannya yang hanya di baca saja, menandakan kalau lelaki itu masih marah dengannya. Haruna pun memilih untuk duduk di anak tangga dengan menyenderkan kepala di tembok. Kalau tau Ravindra serius dengan perkataannya, ia memilih untuk langsung pulang ke apartemen yang sudah lama tak dihuni.“Kenapa hari ini gue sial banget?” gumamnya menatap langit. Mengingat hari ini terjadi banyak hal setelah Chasel meninggalkan lokasi syuting. Mulai dari Cherly yang sengaja menamparnya, tertimpa properti, terjatuh dari tangga, sopir dari agensi yang mendadak tak bisa menjemput, sulit mendapatkan taksi. “Dan sekarang, gue harus tidur di luar.”Haruna

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   19 -- Dia Sengaja?

    “Na, lo kenapa?” tanya Chasel duduk di samping Haruna dan memberikan satu gelas kopi. Haruna yang sedari tadi menatap ponsel sekilas menoleh pada sang manager dengan helaan napas panjang. “Lo nggak sakit, kan?”“Sel, gue boleh tanya sesuatu?” tanya Haruna yang tidak ada pilihan lain untuk bertanya pada Chasel.“Tanya apa? Lo mau tanya kriteria cewek gue?” tanya Chasel asal dan membuat Haruna langsung berdecak dan meliriknya dengan tajam. Lelaki itu hanya tertawa seraya merangkulnya. “Bercanda. Lo masih punya waktu sepuluh menit, mau tanya apa?”“Semisal … ada cewek yang selalu bantu lo secara diem-diem, apa artinya itu cewek mulai suka sama lo?” tanya Haruna menoleh pada Chaselino dengan mengangkat satu alisnya.“Kenapa lo berpikir kalo dia suka sama gue? Gimana kalo … dia bantu gue karena merasa itu kewajibannya? Tapi tergantung juga, sih. Konteks awalnya gimana?” tanya Chasel yang membuat Haruna terdiam dan merapatkan kedua bibirnya, dia tampak memikirkan semuanya sebelum kembali be

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   18 -- Kenapa lo pilih gue?

    Haruna terkejut melihat banyak foto saat ia bersama dengan Ravindra, padahal dia sudah sangat berhati-hati saat keluar bersama. Entah karena ia sedang dilindungi oleh dewa atau keberuntungan sedang berpihak padanya, di foto itu wajah Ravindra tidak terlalu jelas. Wanita itu langsung mengontrol wajahnya yang panik untuk terlihat biasa saja.“Saya sudah tidak mempermasalahkan masalah mu dengan sutradara yang terjadi beberapa hari lalu, tapi ini apa? Kamu diam-diam mempunyai pacar?”Haruna beralih pada Pak Ares dengan senyuman. “Pacar? Saya tidak mempunyai pacar. Pak Ares tau sendiri kalau jadwal saya akhir-akhir ini mulai padat, saya tidak punya waktu untuk mencari pacar.”Ares menatapnya dengan tatapan tak percaya. “Kalau bukan pacar, siapa? Saya tau kalau kau anak tunggal, dan semua saudara mu ada di luar negeri, bukan?”“Dia saudara saya yang akan tinggal di sini, Pak. Kebetulan dia datang sendiri, jadi saya harus menemaninya,” jelas Haruna yang berharap kalau laki-laki setengah baya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status