Pihak agensi ingin mengakhiri kontrak Haruna sebagai artis meski masa kontrak belum berakhir. Namun, wanita itu masih ingin mempertahankan kariernya sehingga memohon kesempatan terakhir. Setelah diberikan kesempatan terakhir dengan tenggat 5 bulan, Haruna justru dihadapkan dengan perjodohan yang mana dilarang oleh agensinya. Bisakah Haruna mempertahankan kariernya? Atau justru harus mengalami kegagalan?
View More“Saya ingin mengakhiri kontrak kerja sama,” ucap laki-laki setengah baya itu dengan wajah datar dan tatapan mata sedikit tajam.
Haruna terlihat sangat terkejut, dia membulatkan mata sempurna, dan tak percaya dengan apa yang dia dengar. Itu artinya karier yang selama ini dia rintis akan berakhir begitu saja? Haruna yang masih bingung harus bicara apa langsung menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan.
“Untuk apa saya mempertahankan artis yang tidak berkembang? Hanya bisa membuat agensi rugi! Apa kau pikir saya tidak rugi? Kau itu tidak ada kemampuan apapun, kemampuan akting mu juga kurang di mata sutradara, apa kau tidak menyadari hal itu? Kau hanya penghambat, Haruna. Bahkan, Emili rela mengalah dengan mu,” ucap Ares, CEO agensi yang membuat Haruna tampak menahan diri untuk tidak melawan atasannya meski pria itu terus berkata buruk.
“Saya sudah berusaha meningkatkan akting saya, Pak, bahkan beberapa orang sudah mengakui kemampuan—”
“Beberapa orang? Apakah semua sutradara mengakui kemampuan mu? Sejujurnya, saya sedikit menyesal telah merekrutmu menjadi aktris di agensi ini. Saya pikir, dalam dua tahun ini kau akan memberikan keuntungan untuk agensi,” sela Ares yang sudah terlihat sangat marah.
“Pak, tapi saya juga sudah berusaha keras untuk agensi.”
“Apa semua usaha mu sudah ada hasilnya? Keputusan saya sudah bulat, Haruna.”
“Tapi masa kontrak saya masih tersisa lima bulan, Pak.”
Ares kembali melihat ke arah Haruna dengan senyuman meremehkan. “Lalu? Apa kau bisa menjadi terkenal dalam waktu lima bulan? Jangan mimpi, Haruna.”
“Tolong berikan saya satu kesempatan satu kali lagi, Pak, saya akan berusaha lebih keras,” mohon Haruna yang tidak ingin mengakhiri kontraknya begitu saja. Apalagi mengingat kerja kerasnya saat sebelum dan sesudah menjadi aktris. Sungguh tidak mudah.
Ares menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan, dia menatap Haruna dengan serius dan memberikan satu anggukan. “Baiklah, saya akan memberikan kesempatan terakhir. Dalam lima bulan ini kau harus bisa menepati janjimu, kalau tidak … saya tidak akan mau memperpanjang kontrak. Paham?”
Haruna mengangguk dan merasa senang karena pihak agensi memberikan satu kesempatan terakhir. “Kalau begitu, saya kembali ke ruang latihan,” pamitnya sopan dan langsung berjalan keluar ruangan.
***
Ketiga wanita itu berhenti latihan akting dengan senyuman, karena latihannya lebih sempurna dibanding sebelumnya. Mereka pun kembali duduk di kursi dan masing-masing manager mereka mendekat untuk memberikan minum.
“Akting lo gue lihat udah meningkat,” puji Davina, wanita rambut pendek yang menoleh pada teman di sampingnya.
“Iya, itu juga berkat lo yang selalu bantu gue,” jawab Emily dengan senyuman dan membuat Cherly ikut menoleh melihat Emily.
“Lo harus terus tingkatin kemampuan lo, Em, jangan kayak Haruna yang jadi penghambat," ucapnya yang baru saja selesai minum. Saat melihat kedua temannya menggelengkan kepala, membuat wanita itu tampak bingung. Namun, melihat kode yang diberikan oleh Emily, wanita itu langsung menoleh ke belakang dan terkejut melihat Haruna berdiri di ambang pintu. Cherly pun langsung memberikan senyuman palsu pada Haruna.
“Gimana? Pak Ares bilang apa?” tanya Davina yang beranjak dari duduknya dan berjalan mendekat diikuti oleh Emily dan Cherly di belakang.
“Pak Ares … mau akhiri kontrak gue di agensi ini,” jelas Haruna yang membuat Davina dan Emily terkejut, tidak dengan Cherly yang hanya menunjukkan raut datar.
“Hah, serius? Lo nggak bercanda, kan?” tanya Davina yang masih tidak percaya dengan perkataan Haruna. Dia tau sendiri bagaimana perkembangan temannya itu.
“Lo pikir hal kayak gini bisa dibercandain?” tanya Haruna yang menahan rasa kesalnya agar tidak bertengkar. “Tapi … agensi masih kasih kesempatan lima bulan buat pembuktian kalau gue bisa jadi aktris terbaik di agensi ini,” lanjutnya dengan senyuman optimis.
“Aktris terbaik? Jangan terlalu percaya diri, Haruna. Gue liat, akting lo nggak ada perkembangan,” sarkas Cherry yang membuat Davina langsung menyenggol lengan temannya itu agar tidak memperkeruh masalah.
“Na, jangan dengerin Cherly, gue yakin lo pasti bisa,” ucap Davina yang memberikan semangat untuk Haruna.
“Agensi cuma kasih waktu lo lima bulan, apa lo bisa? Selama syuting, lo orang pertama yang jadi penghambat, Na! Lo penghambat kita semua!"
“Cher, udah, jangan dilanjut!” ujar Emily yang menarik tubuh Cherly ke belakang.
“Lepas, Em! Haruna harus sadar diri kalo dia nggak pantes jadi akrtis!” ujar Cherly yang memberontak.
Haruna yang mendengar semua perkataan Cherly hanya terdiam, dia tidak ingin membuat keadaan semakin buruk. Wanita itu menundukkan kepala sembari menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan dengan mengepalkan tangannya. Dalam waktu lima detik, Haruna kembali mengangkat kepalanya dan menatap Cherly dengan senyuman tipis.
“Gue bakal buktiin ke lo kalo gue pantes buat jadi aktris!” Haruna langsung mengambil tas miliknya dan berjalan keluar dari ruang latihan, tidak peduli dengan Davina yang berusaha untuk menahan Haruna.
***
Haruna berdiri di depan rumah mewah dan sangat besar, dia sendiri tidak kenal kenal siapa pemilik rumah ini. Kenapa sang mama menyuruhnya untuk datang ke sini? Apa yang dia rencanakan? Lagi-lagi feeling terasa tidak enak, apa hari ini adalah hari sialnya? Haruna menggelengkan kepala cepat, lalu menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan.
“Maaf, Anda siapa? Ada keperluan apa?” tanya pria berbadan besar dan berwajah seram yang berdiri di depan Haruna.
“Ah, saya Haruna, saya hanya disuruh untuk datang ke sini,” jawab Haruna sopan dengan senyuman.
Pria berbadan besar itu melihat ke ponsel untuk mengecek sesuatu, lalu kembali menatap Haruna. “Mari saya antar,” ucapnya berjalan lebih dulu dan diikuti oleh Haruna. Pria tersebut mengantarkan Haruna ke meja makan,
Haruna melihat satu persatu orang yang duduk di meja makan, tidak ada satupun orang yang dia kenali. Saat melihat sang mama mengangkat tangan, Haruna langsung tersenyum dan berjalan menghampiri, lalu langsung duduk di sampingnya.
“Kenapa lama sekali?” tanya sang mama berbisik.
“Macet, tau sendiri ini weekend,” jawab Haruna.
“Ah, jadi ini Haruna, ya? Cantik sekali,” ucap wanita setengah baya yang duduk di hadapan sang mama.
Haruna yang mendengar langsung melihat ke arah wanita itu dengan senyuman canggung, pasalnya dia sama sekali tidak kenal dengan mereka. “Iya, tante, saya Haruna,” sapanya dengan sopan. Pandangan Haruna seketika tertuju pada laki-laki yang duduk di hadapannya. Wajah dingin dan tatapan maja tajam.
“Oke, karena Haruna sudah datang, mari kita langsung saja bahas,” ucap Adele, mama Haruna.
“Ma, bahas apa? Mama punya hutang sama keluarga ini?” tanya Haruna dengan suara pelan.
“Jangan sembarangan bicara kamu, Na. Mama cuma ingin menjodohkan kamu dengan Ravindra,” ujar Adele membuat Haruna membelalakkan mata lebar.
“Apa? Jadi ini acara penting yang mama bilang? Perjodohan?!”
“Dia tau masalah perjodohan kita?” tanya Haruna dengan suara pelan karena masih tidak mempercayai kalau Chasel tau tentang perjodohannya. Karena wanita itu yakin kalau Chasel tau, ia akan sangat marah.“Dia tau kalo gue sodara lo,” jawab Ravindra yang membuat Haruna seketika menghela napas lega dan berdecak.“Sialan, lo! Gue pikir Chasel tau masalah perjodohan ini! Kalo ngomong jangan sepatah-patah!” protes Haruna yang merasa sangat kesal pada Ravindra.“Na, buruan!” teriak Chasel dari luar ruangan dan membuat Haruna segera beranjak dari duduk seraya mematikan sambungan telpon. Dia pun langsung mengganti pakaiannya dengan cepat, lalu keluar dengan senyuman menyengir saat melihat raut wajah kesal sang manager.“Lo ngapain aja di dalem? Lama bener! Ayo, buruan.” Ucap Chasel berjalan lebih dulu. Haruna segera berjalan cepat menyamakan langkah lelaki itu. “Oh, tadi sodara lo telpon. Maaf, gue angkat telponnya,” ucapnya menoleh.“Dia ngomong apa?” tanya Haruna mengingat Ravindra belum menj
Chasel yang melihat raut wajah tegang Haruna pun tertawa dan memukul punggung wnaita itu dengan tertawa. “Gue bercanda, Na, kenapa muka lo jadi orang kayak penuh beban? Lagian kalo lo nikah, nyokap lo pasti bakal bikin pesta besar,” ucapnya yang masih tertawa hingga membuat Haruna pun ikut tertawa paksa. “Hari ini lo ada syuting bareng Cherly lagi, nggak masalah?” tanya Chasel yang menghentikan tawanya. “Nggak masalah, emang kenapa?” “Gue tau masalah kemarin, kenapa lo nggak cerita sama gue?” Haruna yang lupa hanya menyengir dan membuat Chasel menggelengkan kepala. Mobil tersebut terhenti di halaman gedung, Haruna yang awalnya ingin keluar langsung ia urungkan saat menyadari pintu mobil sudah dikepung oleh para wartawan. Dia menoleh pada Chasel dengan mengangkat satu alisnya. “Kenapa ada banyak wartawan? Ada artikel buruk lagi tentang gue?” “Lo nggak baca forum?” tanya Chasel seraya mengeluarkan ponsel dan menunjukkan satu artikel itu pada Haruna. “Masalah Cherly sengaja nampar lo
Haruna menatap Ravindra dengan mengerutkan kening dan sedikit tatapan tak suka. “Apa maksud lo ngomong gitu?” tanyanya membuat gerakan lelaki tiu terhenti. Ravindra yang selesai memberikan salep pada pipi Haruna pun sedikit memundurkan tubuh, dia merapikan kembali kotak obat tersebut lalu berdiri dari duduknya. Haruna yang belum mendapatkan jawaban langsung menahan pergelangan tangan lelaki itu dengan decakan. “Jawab dulu baru pergi.” “Lo harus percaya sama kemampuan diri sendiri, gue yakin lo bisa.” “Kenapa gue nggak tau lo punya perusahaan lo sendiri? Kenapa lo masih mau jadi penerus perusahaan bokap?” tanya Haruna membuat Ravindra menoleh. “Gue cuma nggak mau sodara tiri jadi penerusnya, dan perusahaan itu cuma kerjasama sama sahabat gue,” jelas Ravindra yang hanya di jawab satu anggukan oleh Haruna. “Mau sampe kapan lo pegang tangan gue?” tanyanya menyadarkan Haruna dan langsung melepasnya. Lelaki itu hanya meliriknya sekilas dan pergi begitu saja meninggalkan Haruna. Haruna m
Haruna menatap pintu besar yang tertutup rapat, ia mencoba mendorong engsel pintu itu, benar dugaannya, pintu itu sudah dikunci oleh Ravindra. Ia melihat jam pada ponsel yang menunjukkan pukul dua dini hari. “Ternyata dia nggak bercanda?” gumamnya dengan helaan napas panjang.Haruna ingin sekali menelpon Ravindra agar membukakan pintu, tapi mengingat dua pesannya yang hanya di baca saja, menandakan kalau lelaki itu masih marah dengannya. Haruna pun memilih untuk duduk di anak tangga dengan menyenderkan kepala di tembok. Kalau tau Ravindra serius dengan perkataannya, ia memilih untuk langsung pulang ke apartemen yang sudah lama tak dihuni.“Kenapa hari ini gue sial banget?” gumamnya menatap langit. Mengingat hari ini terjadi banyak hal setelah Chasel meninggalkan lokasi syuting. Mulai dari Cherly yang sengaja menamparnya, tertimpa properti, terjatuh dari tangga, sopir dari agensi yang mendadak tak bisa menjemput, sulit mendapatkan taksi. “Dan sekarang, gue harus tidur di luar.”Haruna
“Na, lo kenapa?” tanya Chasel duduk di samping Haruna dan memberikan satu gelas kopi. Haruna yang sedari tadi menatap ponsel sekilas menoleh pada sang manager dengan helaan napas panjang. “Lo nggak sakit, kan?”“Sel, gue boleh tanya sesuatu?” tanya Haruna yang tidak ada pilihan lain untuk bertanya pada Chasel.“Tanya apa? Lo mau tanya kriteria cewek gue?” tanya Chasel asal dan membuat Haruna langsung berdecak dan meliriknya dengan tajam. Lelaki itu hanya tertawa seraya merangkulnya. “Bercanda. Lo masih punya waktu sepuluh menit, mau tanya apa?”“Semisal … ada cewek yang selalu bantu lo secara diem-diem, apa artinya itu cewek mulai suka sama lo?” tanya Haruna menoleh pada Chaselino dengan mengangkat satu alisnya.“Kenapa lo berpikir kalo dia suka sama gue? Gimana kalo … dia bantu gue karena merasa itu kewajibannya? Tapi tergantung juga, sih. Konteks awalnya gimana?” tanya Chasel yang membuat Haruna terdiam dan merapatkan kedua bibirnya, dia tampak memikirkan semuanya sebelum kembali be
Haruna terkejut melihat banyak foto saat ia bersama dengan Ravindra, padahal dia sudah sangat berhati-hati saat keluar bersama. Entah karena ia sedang dilindungi oleh dewa atau keberuntungan sedang berpihak padanya, di foto itu wajah Ravindra tidak terlalu jelas. Wanita itu langsung mengontrol wajahnya yang panik untuk terlihat biasa saja.“Saya sudah tidak mempermasalahkan masalah mu dengan sutradara yang terjadi beberapa hari lalu, tapi ini apa? Kamu diam-diam mempunyai pacar?”Haruna beralih pada Pak Ares dengan senyuman. “Pacar? Saya tidak mempunyai pacar. Pak Ares tau sendiri kalau jadwal saya akhir-akhir ini mulai padat, saya tidak punya waktu untuk mencari pacar.”Ares menatapnya dengan tatapan tak percaya. “Kalau bukan pacar, siapa? Saya tau kalau kau anak tunggal, dan semua saudara mu ada di luar negeri, bukan?”“Dia saudara saya yang akan tinggal di sini, Pak. Kebetulan dia datang sendiri, jadi saya harus menemaninya,” jelas Haruna yang berharap kalau laki-laki setengah baya
“Darah?” tanya Haruna yang terlihat tidak mengerti maksud Ravindra. Namun, seketika ia teringat dengan apa yang terjadi beberapa menit lalu. Dia beranjak berdiri dan melihat ke kaosnya yang dipenuhi oleh bercak darah dengan senyuman. “Oh, ini? Gue abis nolong kucing yang ketabrak.”Ravindra yang melihat itu tampak menatapnya tidak suka. “Dan lo makan tanpa mandi dulu? Atau minimal ganti baju gitu,” tanyanya yang berjalan mundur dua langkah.“Gue keburu laper.”“Tapi lo bakal bikin kotor rumah gue!”Haruna menghela napas panjang dan kembali duduk. “Iya, iya, nggak akan gue ulang.” Ravindra pun berdecih dan langsung pergi meninggalkan wanita itu tanpa berkata apapun. “Dasar iblis! Dia kayaknya nggak cuma punya dua kepribadian, tapi banyak!” kesalnya.Haruna kembali menghabiskan sisa makanannya dengan cepat dan langsung mencuci mangkok itu. Saat sudah selesai, ia baru mengamati seluruh ruangan di rumah ini yang selalu bersih. Kalau dibandingkan dengan apartemennya sangat jauh berbeda. “P
Haruna menatap semua bahan makanan yang ada di hadapannya satu persatu, dia tampak bingung harus berbuat apa. Pasalnya, ia sama sekali tidak bisa memasak. Namun, saat melihat Ravindra keluar kamar dan memperhatikan dari atas, wanita itu langsung memberikan isyarat.“Kamu jangan coba-coba minta bantuan suami mu,” peringat sang mama yang ternyata memperhatikan keduanya.“Ma, tapi—”“Apa? Jangan bilang kamu memang tidak pernah memasak?”“Haruna memang tidak pernah memasak, Ma,” ucap Ravindra yang berjalan mendekat dan membuat Haruna melotot pada lelaki itu. Dia pikir lelaki itu akan membelanya, tapi ternyata ia salah. “Itu karena aku yang melarang Haruna memasak,” lanjutnya.“Kenapa kamu melarang Haruna untuk memasak? Kamu jangan memanjakan Haruna, Rav. Sekarang dia di sini adalah istri mu, yang harus melayani dengan baik,” ujar Della memarahi Ravindra.“Ma, meskipun Haruna sekarang menjadi istri ku, tapi aku bisa memahami pekerjaan Haruna yang sangat sibuk, jadi aku tidak ingin pernikah
“Masih belum puas lo rebut ciuman pertama gue?!” tanya Haruna yang kembali teringat insiden itu.Dugaan lelaki itu yang benar membuatnya langsung tersenyum dan melirik sekilas ke arah Haruna dengan wajah datar. “Jadi selama ini lo nggak pernah ciuman sama siapapun? Jangan bilang … lo nggak pernah pacaran sama siapapun?”Haruna berdecak dan menatap tajam lelaki itu. “Kenapa emangnya kalo gue nggak pernah pacaran? Gue nggak kayak lo yang suka mainin hati orang!” ucapnya asal dengan senyuman seringai dan melipat kedua tangannya di depan dada.“Oh, ternyata lo diem-diem cari tau tentang gue? Lo dapet dari mana gosip itu?”“Harus banget gue kasih tau lo? Oh, lo bisa turunin gue di tepi setelah lampu merah itu,” ucap Haruna menunjuk ke arah yang ia maksud.Ravindra mengangkat satu alisnya dan menoleh menatap Haruna dari bawah sampai atas. Wanita itu yang mendadak ditatap oleh lelaki di sampingnya pun refleks langsung menyilangkan tangannya di depan dada. “Kenapa lo ngeliatin gue gitu banget
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments