Share

Strategi

Author: Errenchan
last update Last Updated: 2023-11-05 10:17:41

“Lo kenapa nggak pake baju?!” tanya Haruna ketika sudah mengakhiri siaran langsung dan menoleh pada Ravindra yang sedang memasak untuk sarapan.

“Sorry, gue lupa kalo di rumah ini ada lo,” jawabnya tanpa menoleh dan fokus mengiris daging. Haruna yang mendengar alasan itu hanya bisa menghela napas panjang, dia juga tak bisa menyalahkan kesalahan lelaki itu karena itu sedikit masuk akal.

Haruna yang tidak mempermasalahkan hal itu pun langsung berdiri dari duduknya. “Tadi nyokap bilang kalo kita berangkat jam sembilan.”

“Ke mana?” tanya Ravindra sekilas melihat ke Haruna.

“Butik. Lo lupa?” Ravindra yang mendengar itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya paham dan Haruna hanya menggelengkan kepala pelan lalu berjalan menaiki anak tangga untuk kembali ke kamarnya.

Wanita kembali merebahkan tubuhnya dan berniat untuk tidur beberapa menit sebelum harus bersiap-siap untuk pergi ke butik. Namun, saat ia hendak memejamkan mata, suara ponsel yang tiba-tiba berdering membuatnya berdecak dan mengambil benda itu dari saku celana. Haruna melihat layar ponsel dan terkejut melihat nama sang manager terpampang di layar ponsel.

Haruna dengan cepat mengusap tombol hijau dan menempelkan ponsel di telinga. “Halo—” belum selesai wanita itu bicara, tiba-tiba saja sang manager berteriak memanggil namanya dengan kencang dari seberang telpon hingga membuatnya refleks menjauhkan ponsel dan memilih mengaktifkan pengeras suara.

“Kenapa teriak-teriak, sih? Bikin kaget aja!”

“Lo di mana? Lo nggak pulang ke apartemen? Atau jangan-jangan lo bawa cowok ke apartemen lo?!” Haruna terdiam ketika mendengar banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh managernya. Seketika wanita itu teringat dengan kejadian beberapa menit lalu. “Jawab, Na! Gue butuh klarifikasi! Siapa cowok itu? Lo nggak langar perjanjian kontrak, kan?!”

Haruna tersadar dari lamunannya, dia bersusah payah menelan salivanya sembari memikirkan jawaban yang tepat. Entah berapa kali ia harus berbohong dan menutupi perjodohan bodoh ini. “Kenapa lo bisa tau? Perasaan yang nonton live gue dikit, mana mungkin ada yang—”

“Buka forum sekarang, banyak penggemar setia lo yang udah share! Buruan kasih tau—”

“Bentar, gue harus lihat videonya,” sela Haruna yang langsung membuka forum.

Benar saja, namanya kini menjadi berita terhangat di forum, wanita itu membaca beberapa artikel, banyak yang bertanya siapa lelaki itu. Ada yang mengatakan kalau itu adalah kakaknya, tapi tak sedikit yang mengatakan kalau Haruna diam-diam mempunyai pacar dan tinggal satu atap. Namun, bibirnya perlahan membentuk senyuman saat melihat video yang disebarluaskan.

“Untung aja cuma setengah badan,” gumamnya yang senang karena wajah Ravindra tidak terlihat di rekaman tersebut. Haruna pun kembali ke telponnya. “Dia—”

“Siapa? Jangan bohong sama gue, lo diem-diem punya pacar, Na?”

“Dia bukan pacar gue, dia … sepupu gue. Tadi malem bukannya gue udah bilang kalo lagi pergi sama sepupu? Berhubung udah kemaleman, gue disuruh nginep,” jelasnya yang berharap kalau sang manager langsung percaya dan tidak banyak melontarkan banyak pertanyaan lagi.

“Ah, gue lupa. Iya, juga, ya. Sorry, gue beneran lupa, gue tadi udah panik duluan pas baca artikel yang bilang kalo lo skandal sama sugar daddy.” Haruna yang mendengar kata terakhir dari yang manager hanya bisa tertawa paksa, entah sejak kapan dia sangat lancar untuk melakukan kebohongan. “Untung aja cuma salah paham, kalo gitu udah dulu. Nikmati hari libur lo sebaik mungkin.”

Haruna menghela napas lega saat sambungan telpon berakhir. Wanita itu kembali melihat forum, dia tersenyum melihat klarifikasi dari pihak agensi tentang live tadi pagi. Haruna tersenyum tipis saat melihat agensi yang masih melindunginya, meski kini karier-nya berada diujung tanduk.

“Sial, gue jadi nggak bisa lanjut tidur,” gumamnya saat melihat jam yang ada pada layar ponsel. Dia pun beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badan dan bersiap-siap untuk pergi ke butik.

***

“Inget, akting lo harus natural! Jangan bikin nyokap gue curiga,” peringat Ravindra saat masuk ke dalam mobil.

“Iya, gue tau, tenang aja. Lo kenapa bawa bekal?” tanya Haruna ketika melihat Ravindra meletakan bekal itu di kursi belakang.

“Gue nggak sempet sarapan, ada meeting online dadakan,” jelasnya seraya memakai sabuk pengaman dan menyalakan mesin mobil. “Lo sendiri nggak sarapan?”

“Gue nggak pernah sarapan,” jawab Haruna.

Ravindra tidak bertanya apa-apa lagi, dia mulai melajukan mobilnya. Haruna yang mendadak merasa canggung memilih untuk memainkan ponselnya. Selang sepuluh menit dia menggulir layar ponsel, satu panggilan masuk dari Emily membuat wanita itu menghela napas panjang, seolah tau apa yang akan dibahas oleh temannya itu.

“Halo, Ly, kenapa? Kalo lo tanya masalah tadi pagi, gue nggak mau jawab.”

“Dih, siapa juga yang mau bahas itu? Nggak penting.”

“Terus, lo kenapa telpon gue?” tanyanya pura-pura tidak tau.

“Gue cuma mau tanya … lo baik-baik aja, kan?” tanya Emily to the point.

Haruna yang mendengar itu perlahan tersenyum, dia tak menyangka kalau Emily masih mengkhawatirkannya. Meski dia terlihat galak, sebenarnya dia wanita yang baik dan peduli dengan temannya. “Gue baik-baik aja, kok.”

“Jangan lo pikirin omongan Cherly kemarin, dia nggak bermaksud buat—”

“Iya, gue tau, tenang aja.”

“Bagus deh. Oh, iya, gimana kalo lo ganti guru akting? Gue ada kenalan, lo mau?”

“Nanti gue pikirin lagi,” jawabnya dengan suara lembut.

“Oke deh, udah dulu, gue harus lanjut syuting.” Emily langsung mematikan sambungan telponnya tanpa menunggu jawaban dari Haruna.

“Karier lo beneran udah diujung tanduk? Gue liat … akting lo juga nggak kaku-kaku banget,” tanya Ravindra sekilas melirik wanita di sampingnya.

Haruna menganggukkan kepala, dia melihat Ravindra sejenak, lalu tatapannya kembali lurus ke depan. “Kemarin agensi tiba-tiba mau putus kontrak.” Ravindra yang mendengar itu terdiam, dia sudah diam-diam mencari tau tentang Haruna. Sekarang dia tau alasan pihak agensi menganggap wanita itu adalah aktris gagal.

“Gue cuma punya satu kesempatan lagi buat pertahanin karier sebagai aktris.”

“Gue bisa bantu lo, tapi sebelum itu ….”

“Apa?” tanya Haruna menoleh Ravindra.

“Anggap aja sekarang lo belajar akting. Akting di mulai!” ujar Ravindra yang membuat Haruna menoleh ke luar dan tidak menyadari kalau sudah sampai di butik.

Haruna yang melihat Delia tampak merasa aneh, seperti ada yang disembunyikan. “Gue rasa … nyokap lo masih curiga masalah semalem,” ucapnya fokus menatap Delia.

“Kalo gitu … kita harus bisa bikin nyokap gue percaya.”

“Gimana caranya? Bukannya semalem kita juga udah akting buat ngeyakinin nyokap lo?”

Ravindra terdiam, dia lupa kalau sang mama mempunyai feeling yang kuat, itu artinya dia akan terus mencari tau. Namun, satu ide terlintas dipikirannya. “Gue punya strategi biar nyokap percaya kalo kita nggak ada rencana apapun, tapi …”

“Tapi apa?”

“Gue nggak yakin lo bisa ngelakuin itu.”

Haruna menoleh pada Ravindra dengan decakan. “Lo remehin gue? Gue bisa! So, apa strategi lo?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   23 -- Angin Lalu

    “Dia tau masalah perjodohan kita?” tanya Haruna dengan suara pelan karena masih tidak mempercayai kalau Chasel tau tentang perjodohannya. Karena wanita itu yakin kalau Chasel tau, ia akan sangat marah.“Dia tau kalo gue sodara lo,” jawab Ravindra yang membuat Haruna seketika menghela napas lega dan berdecak.“Sialan, lo! Gue pikir Chasel tau masalah perjodohan ini! Kalo ngomong jangan sepatah-patah!” protes Haruna yang merasa sangat kesal pada Ravindra.“Na, buruan!” teriak Chasel dari luar ruangan dan membuat Haruna segera beranjak dari duduk seraya mematikan sambungan telpon. Dia pun langsung mengganti pakaiannya dengan cepat, lalu keluar dengan senyuman menyengir saat melihat raut wajah kesal sang manager.“Lo ngapain aja di dalem? Lama bener! Ayo, buruan.” Ucap Chasel berjalan lebih dulu. Haruna segera berjalan cepat menyamakan langkah lelaki itu. “Oh, tadi sodara lo telpon. Maaf, gue angkat telponnya,” ucapnya menoleh.“Dia ngomong apa?” tanya Haruna mengingat Ravindra belum menj

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   22 - Dia Tau Semuanya?!

    Chasel yang melihat raut wajah tegang Haruna pun tertawa dan memukul punggung wnaita itu dengan tertawa. “Gue bercanda, Na, kenapa muka lo jadi orang kayak penuh beban? Lagian kalo lo nikah, nyokap lo pasti bakal bikin pesta besar,” ucapnya yang masih tertawa hingga membuat Haruna pun ikut tertawa paksa. “Hari ini lo ada syuting bareng Cherly lagi, nggak masalah?” tanya Chasel yang menghentikan tawanya. “Nggak masalah, emang kenapa?” “Gue tau masalah kemarin, kenapa lo nggak cerita sama gue?” Haruna yang lupa hanya menyengir dan membuat Chasel menggelengkan kepala. Mobil tersebut terhenti di halaman gedung, Haruna yang awalnya ingin keluar langsung ia urungkan saat menyadari pintu mobil sudah dikepung oleh para wartawan. Dia menoleh pada Chasel dengan mengangkat satu alisnya. “Kenapa ada banyak wartawan? Ada artikel buruk lagi tentang gue?” “Lo nggak baca forum?” tanya Chasel seraya mengeluarkan ponsel dan menunjukkan satu artikel itu pada Haruna. “Masalah Cherly sengaja nampar lo

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   21 -- Chasel Curiga?

    Haruna menatap Ravindra dengan mengerutkan kening dan sedikit tatapan tak suka. “Apa maksud lo ngomong gitu?” tanyanya membuat gerakan lelaki tiu terhenti. Ravindra yang selesai memberikan salep pada pipi Haruna pun sedikit memundurkan tubuh, dia merapikan kembali kotak obat tersebut lalu berdiri dari duduknya. Haruna yang belum mendapatkan jawaban langsung menahan pergelangan tangan lelaki itu dengan decakan. “Jawab dulu baru pergi.” “Lo harus percaya sama kemampuan diri sendiri, gue yakin lo bisa.” “Kenapa gue nggak tau lo punya perusahaan lo sendiri? Kenapa lo masih mau jadi penerus perusahaan bokap?” tanya Haruna membuat Ravindra menoleh. “Gue cuma nggak mau sodara tiri jadi penerusnya, dan perusahaan itu cuma kerjasama sama sahabat gue,” jelas Ravindra yang hanya di jawab satu anggukan oleh Haruna. “Mau sampe kapan lo pegang tangan gue?” tanyanya menyadarkan Haruna dan langsung melepasnya. Lelaki itu hanya meliriknya sekilas dan pergi begitu saja meninggalkan Haruna. Haruna m

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   20 -- Terkunci

    Haruna menatap pintu besar yang tertutup rapat, ia mencoba mendorong engsel pintu itu, benar dugaannya, pintu itu sudah dikunci oleh Ravindra. Ia melihat jam pada ponsel yang menunjukkan pukul dua dini hari. “Ternyata dia nggak bercanda?” gumamnya dengan helaan napas panjang.Haruna ingin sekali menelpon Ravindra agar membukakan pintu, tapi mengingat dua pesannya yang hanya di baca saja, menandakan kalau lelaki itu masih marah dengannya. Haruna pun memilih untuk duduk di anak tangga dengan menyenderkan kepala di tembok. Kalau tau Ravindra serius dengan perkataannya, ia memilih untuk langsung pulang ke apartemen yang sudah lama tak dihuni.“Kenapa hari ini gue sial banget?” gumamnya menatap langit. Mengingat hari ini terjadi banyak hal setelah Chasel meninggalkan lokasi syuting. Mulai dari Cherly yang sengaja menamparnya, tertimpa properti, terjatuh dari tangga, sopir dari agensi yang mendadak tak bisa menjemput, sulit mendapatkan taksi. “Dan sekarang, gue harus tidur di luar.”Haruna

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   19 -- Dia Sengaja?

    “Na, lo kenapa?” tanya Chasel duduk di samping Haruna dan memberikan satu gelas kopi. Haruna yang sedari tadi menatap ponsel sekilas menoleh pada sang manager dengan helaan napas panjang. “Lo nggak sakit, kan?”“Sel, gue boleh tanya sesuatu?” tanya Haruna yang tidak ada pilihan lain untuk bertanya pada Chasel.“Tanya apa? Lo mau tanya kriteria cewek gue?” tanya Chasel asal dan membuat Haruna langsung berdecak dan meliriknya dengan tajam. Lelaki itu hanya tertawa seraya merangkulnya. “Bercanda. Lo masih punya waktu sepuluh menit, mau tanya apa?”“Semisal … ada cewek yang selalu bantu lo secara diem-diem, apa artinya itu cewek mulai suka sama lo?” tanya Haruna menoleh pada Chaselino dengan mengangkat satu alisnya.“Kenapa lo berpikir kalo dia suka sama gue? Gimana kalo … dia bantu gue karena merasa itu kewajibannya? Tapi tergantung juga, sih. Konteks awalnya gimana?” tanya Chasel yang membuat Haruna terdiam dan merapatkan kedua bibirnya, dia tampak memikirkan semuanya sebelum kembali be

  • Perjanjian Kontrak dengan Tuan Presdir   18 -- Kenapa lo pilih gue?

    Haruna terkejut melihat banyak foto saat ia bersama dengan Ravindra, padahal dia sudah sangat berhati-hati saat keluar bersama. Entah karena ia sedang dilindungi oleh dewa atau keberuntungan sedang berpihak padanya, di foto itu wajah Ravindra tidak terlalu jelas. Wanita itu langsung mengontrol wajahnya yang panik untuk terlihat biasa saja.“Saya sudah tidak mempermasalahkan masalah mu dengan sutradara yang terjadi beberapa hari lalu, tapi ini apa? Kamu diam-diam mempunyai pacar?”Haruna beralih pada Pak Ares dengan senyuman. “Pacar? Saya tidak mempunyai pacar. Pak Ares tau sendiri kalau jadwal saya akhir-akhir ini mulai padat, saya tidak punya waktu untuk mencari pacar.”Ares menatapnya dengan tatapan tak percaya. “Kalau bukan pacar, siapa? Saya tau kalau kau anak tunggal, dan semua saudara mu ada di luar negeri, bukan?”“Dia saudara saya yang akan tinggal di sini, Pak. Kebetulan dia datang sendiri, jadi saya harus menemaninya,” jelas Haruna yang berharap kalau laki-laki setengah baya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status