Jaka menganggap persoalan dengan Hanoman Grup sudah selesai ketika apa yang terjadi di kantor itu tidak muncul di media massa.Jaka tidak berkeinginan untuk menabur angin, ia kuatir orang tuanya menuai badai setelah ditinggal pergi ke Nusa Kencana.Beberapa hari setelah kejadian itu klan Bimantara kumpul di rumahnya sekalian pertemuan rutin keluarga besar."Hanoman kemarin datang ke kantorku," kata Dimas. "Ia memintaku untuk melupakan apa yang telah terjadi, ia bersedia mengganti kerugian dan bersaing secara sehat.""Bersaing itu pasti tidak sehat," sahut Jaka. "Perlu ada batasan hitam di atas putih mengenai persaingan yang dibolehkan.""Aku ingin menghindari persaingan dengannya, Hanoman sudah setuju untuk mengakuisisi semua outlet ku yang berada di wilayahnya."Dimas kuatir terjadi lagi pergesekan di kemudian hari. Ia ingin membuka outlet di wilayah yang belum tersentuh oleh Hanoman Grup.Prinsip klan Bimantara adalah membuka usaha dengan meminimalkan persaingan, sebab persaingan se
Bulan penuh menggantung di langit. Sinarnya menerobos dedaunan menerangi jalan aspal di hutan bunian. Jaka mengurangi kecepatan dan membelokkan mobil memasuki hutan. Mereka kaget. "Kanda mau ke mana?" tanya Dewi Anjani. "Sedan ini mestinya disimpan di pinggir jalan." "Aku ingin membawanya ke istana Nusa Kencana." "Risikonya besar sekali kanda, mobil ini bisa meledak di labirin transisi." "Aku sudah pernah membawa taksi dan kini tersimpan di Pondok Asmara." "Tapi kejadian itu kebetulan saja kanda." "Aku banyak sekali mengalami kejadian kebetulan." Jaka mengerahkan ilmu Tembus Pandang Paripurna, beberapa puluh hasta di depan tampak gerbang labirin terbuka. Jaka memiliki kesempatan beberapa detik untuk melintasi labirin transisi sebelum tertutup kembali. Jaka menambah kecepatan, mobil berguncang keras menerabas semak belukar. Ia heran sewaktu naik taksi tidak mengalami guncangan seperti ini. "Apakah ada yang salah dengan mobil ini?" cetus Jaka. "Maksud kanda?" "Aku tidak me
Sedan berhenti di persimpangan menuju ke Pondok Asmara.Jaka bertanya kepada Patih Mahameru, "Kau yakin Kadipaten Barat kondusif setelah kepergian ku?""Situasi aman terkendali, gusti pangeran," jawab Patih Mahameru. "Lagi pula, jarak ke istana adipati tidak jauh. Gusti pangeran dapat menyusul jika terjadi hal yang tidak mampu diatasi."Jaka bisa menggunakan ilmu Pindah Raga bila situasi genting, tapi bukan itu persoalannya.Pengamanan puteri mahkota adalah protokol yang tak boleh dilanggar meski situasi aman.Patih Mahameru terlambat memberi tahu kedatangan puteri mahkota sehingga pasukan Kotaraja yang menunggu di istana adipati terlambat datang."Kendaraan ini pasti memancing perhatian warga, aku kuatir perjalanan kalian terhambat. Aku kira lebih baik menunggu pasukan pengawal di sini."Jaka kira tidak ada yang tahu kedatangan mereka, tapi mobil ini memberi tahu secara sendirinya.Masyarakat pasti berduyun-duyun ingin melihat, dan di antara mereka mungkin saja ada yang memanfaatkan
"Wedang lemon sungguh nikmat."Jaka meneguk minuman di veples yang terbuat dari emas. Minuman itu terasa hangat lewat di tenggorokan dan menetralisir udara dingin yang menusuk tubuh."Sayang sekali wedang ini tidak boleh diperjualbelikan di negeri manusia."Setiap produksi apapun di kerajaan Nusa Kencana terlarang untuk diproduksi di negara lain, sebab tidak berlaku lisensi.Malam mulai turun saat mereka memasuki hutan hijau dengan pepohonan dan rerumputan tumbuh rapi seperti hutan buatan.Mereka singgah di sebuah dangau karena kuda sudah tampak letih."Kita bermalam di sini saja tuan," kata Melati. "Dangau ini sangat nyaman.""Kita istirahat sejenak saja," sahut Jaka. "Setelah kuda kembali bugar, kita berangkat lagi."Mereka sudah menempuh separuh perjalanan, perkiraan Jaka tiba di keraton gubernur menjelang pagi.Jaka menyukai perjalanan di malam hari karena udara sangat segar, kecuali perbekalan habis, mereka perlu warung untuk mengisi perut.Mereka juga bisa memacu kuda di perkamp
Jaka tiba di keraton gubernur sebelum matahari memancarkan sinarnya.Ada empat penjaga siap siaga di pintu gerbang dengan tombak di tangan.Mereka tidak mengenali putera mahkota."Terlalu pagi untuk bertamu, tuan," kata kepala penjaga. "Pak Gubernur tidur larut malam mempersiapkan penyambutan kedatangan putera mahkota hari ini."Jaka menoleh ke arah Melati, pelayan pribadi itu menggeleng, bukan dirinya yang memberi kabar kepada gubernur."Dari mana Pak Gubernur tahu bahwa pangeran datang hari ini?" tanya Jaka."Kemarin sore puteri mahkota memberi kabar. Pak Gubernur kalang kabut karena harus menyiapkan segala sesuatunya secara mendadak.""Kapan perkiraan putera mahkota datang?""Siang ini. Menurut informasi, kemungkinan putera mahkota bermalam di penginapan alun-alun.""Kapan aku bisa bertemu dengan Pak Gubernur?""Setelah matahari satu tombak, tuan. Begitu pesan ajudannya.""Aku menunggu di mana? Apakah di keraton ada ruang tunggu?""Tuan sudah janji sebelumnya?""Belum.""Maaf tuan,
"Lalu Rihana mana?"Jaka memandang Rihani yang melelang senyum manisnya."Lagi bersolek," jawab Rihani. "Barangkali sebentar lagi selesai."Jaka jadi penasaran menunggu kemunculan saudara kembarnya. Rihani saja seperti gentong berjalan, Rihana pasti seperti kaleng kerupuk.Tapi Jaka tidak mempersoalkan pilihan puteri mahkota. Perempuan mempunyai selera lebih baik daripada lelaki, dan kebaikan itu bukan sekedar pertimbangan fisik.Jaka bertanya kepada gubernur, "Bisakah kau panggil Wisesa untuk menghadapku?""Anak sulung saya sebentar lagi datang, pangeran," jawab gubernur. "Semalam ia pulang sangat larut untuk membantu persiapan penyambutan pangeran."Wisesa adalah putra sulung gubernur dan menjadi wedana untuk beberapa distrik.Ia seorang wedana berprestasi dan paling populer di antara wedana lain."Nah, itu orangnya," kata gubernur saat anak sulungnya muncul di graha tamu.Wisesa memberi penghormatan kepada Jaka, "Salam sejahtera untuk pangeran, semoga panjang umur."Wisesa duduk di
"Terima kasih atas hidangan istimewanya."Selesai makan pagi, Jaka masuk ke kamar yang indah dan harum semerbak, berbaring di kasur empuk.Perut kenyang menyebabkan mata terasa berat. Panggang hati angsa sungguh lezat bagaimana pun bodohnya juru masak.Jaka terbangun siang hari, dan menemukan Rihana tengah duduk di sisinya, seperti saat ia tertidur."Pangeran tidur pulas sekali," kata Rihana. "Aku sudah menyiapkan peralatan mandi jika pangeran mau membersihkan badan.""Jika? Berarti ada pilihan lain?"Jaka bangkit duduk."Pilihan itu ada pada pangeran."Jaka merasa sangat dimanjakan. Di meja berukir sudah tersedia teh hijau dan penganan. Jaka jadi teringat Melati, ia menyimpan teh di payudara dan penganan di organ intim sebelum diolah, untuk menciptakan cita rasa istimewa."Kau berpendidikan western seperti Melati. Apakah kau mengolah makanan dan minuman seperti Melati juga?""Aku ingin mempersembahkan yang terbaik untuk pangeran sebelum yang terbaik itu hilang.""Jadi kau masih...?"
"Aku melihat ada perubahan pada pangeran."Melati memacu kuda mengimbangi kecepatan kuda yang ditunggangi Jaka."Pangeran kelihatan tenang dan tidak tergesa-gesa.""Tidak ada lagi alasan untuk tergesa-gesa."Restu Ambu dan Abah untuk memenuhi perjanjian leluhur membuat hati Jaka sangat nyaman. Mereka juga tidak dipusingkan dengan ekonomi, tinggal di mansion dengan segala kemewahan.Mereka mempunyai kesibukan masing-masing, Ambu mengurus rakyat, sedangkan Abah mengurus pertanian."Kita menyambangi Minarti di Puri Mentari.""Bukankah Minarti tinggal di istana bersama Patih Mahameru?"Melati tidak dapat mendeteksi keberadaan Minarti karena tertutup tabir terawang."Ia lagi meninjau Puri Mentari.""Untuk berapa lama berada di Puri Mentari? Kita butuh sehari semalam untuk sampai di Puri Mentari.""Cukup untuk menunggu kita."Padahal Jaka tidak tahu kapan Minarti kembali ke istana, tapi ia akan membuatnya bertahan dengan ilmu Selubung Khayali.Jaka sudah berjanji menyambanginya selama semi