Gerimis mulai mengguyur perkemahan. Para penjaga di tenda utama tetap bertahan untuk tidak berlindung. Prajurit piket masuk ke dalam tenda.Jaka duduk bersandar ke batang pohon. Ia tidak terkena gerimis karena daun yang rimbun. Jaka kasihan melihat prajurit penjaga terguyur hujan. Ia berseru kepada mereka, sekalian menguji apa perintahnya didengar karena ia adalah calon pangeran, "Kalian berlindung.""Siap, Tuan Muda."Prajurit segera mencari tempat berlindung, tapi tidak jauh dari tenda induk.Jaka tersenyum ternyata pengaruhnya lumayan juga. Tenda induk sebenarnya tidak perlu dijaga karena berada persis di depannya, dan Dewi Anjani sanggup melindungi diri sendiri. Tapi protokol kerajaan tetap harus dilaksanakan.Gentong Ketawa datang dan duduk di dekatnya. Ia habis mengembalikan cawat Nirmala ke kereta jemur."Boleh aku bertanya, Tuan Muda?"Jaka menoleh dengan acuh tak acuh. "Tanya apa?""Tuan Muda dapat cawat dari mana? Kok pas betul?""Harusnya berterima kasih kalau pas, bukan b
Bidasari terkejut mendengar seruan Dewi Anjani sambil mendatangi mereka menggunakan mantel model tembikar. Ia memperhatikan pemuda yang duduk di depannya, dan bertanya untuk memastikan, "Apakah benar kau adalah Jaka Slebor?""Hanya puteri mahkota dari kerajaan Nusa Kencana yang percaya aku adalah Jaka Slebor," jawab Jaka.Bidasari memandang tak percaya. "Bagaimana mungkin! Kekuatan apa yang membuatmu jadi tokoh sakti dalam tujuh bulan?"Jaka membetulkan letak topinya, pura-pura bingung. "Kekuatan apa ya?"Janji untuk pulang ke rumah adalah kekuatan yang membuat Jaka nekat minum air kehidupan sehingga ia jadi manusia setengah abadi, berusia sampai ratusan tahun. Jaka belum menerima sepenuhnya untuk usia yang sangat panjang itu. Ia tidak bisa hidup di dunia manusia. Pasti jadi obyek penelitian para ilmuwan di jagat raya. Berbagai jaringan di tubuhnya diambil untuk sampel laboratorium. Jaka tidak dapat menjalani kehidupan dengan bebas di alam manusia, meski kebebasan adalah hak setiap m
"Bangunkan semua prajurit!" perintah Dewi Anjani pada kepala penjaga tenda induk. "Kita segera pergi dari tempat ini!""Kau begitu takutnya pada Pangeran Tengkorak," sindir Jaka santai. "Apa takut ketahuan lagi berduaan denganku?"Dewi Anjani menjawab dengan tegas, "Pangeran Tengkorak bukan untuk main-main, kanda! Ia raja dari kerajaan Timur yang sangat sakti. Kata kanda ada tiga pemuda mendatangi kita, berarti ia membawa pengawal utamanya. Kita berada dalam bahaya besar."Jaka berkata seolah meremehkan, "Ia berarti takut untuk pergi sendiri kalau bawa pengawal. Jangan-jangan takut ketemu roh Hutan Gerimis yang sebentar lagi muncul."Dewi Anjani berusaha menahan sabar. "Kanda, sekarang bukan waktu yang tepat untuk bergurau."Prajurit sudah berkumpul, Brajaseta datang menghadap."Pasukan sudah siap berangkat, Tuan Puteri," lapornya. "Kalau boleh hamba tahu, ada apa gerangan sehingga kita harus pergi dengan terburu-buru?""Pangeran Tengkorak dan dua pengawalnya sedang menuju ke mari."Wa
Pangeran Tengkorak mengeluarkan tiga pin dari kantong jubah dan dilemparkan secara tiba-tiba.Pin melayang di udara tanpa tertangkap oleh pandang mata saking cepatnya.Pin itu bergambar tengkorak dan sebuah senjata rahasia beracun, belum ada pendekar yang mampu menghindar dan berakhir dengan kematian. Pangeran Tengkorak ingin menghabisi Jaka dalam sekali gebrak!Jaka dapat melihat gerakan tiga buah pin yang melesat di udara dengan menggunakan ilmu Tembus Pandang tingkat pamungkas, tapi ia tidak berusaha mengelak, ia tangkap dengan mulut dan jepitan jari kedua tangannya.Gerakan kilat yang sungguh luar biasa dan mengundang kagum pasukan kerajaan Nusa Kencana dan pengawal Pangeran Tengkorak.Air kehidupan yang mengalir dalam tubuh Jaka menetralkan racun dari pin yang digigitnya sehingga mengeluarkan asap.Jaka membuang ketiga pin ke tanah, dan berkata, "Aku heran kenapa pasukan kerajaan gentar pada durjana yang membawa mainan perempuan."Pangeran Tengkorak memandang dengan meremehkan. "
Tentu saja Pangeran Tengkorak terkejut. Mengapa dua pengawal itu malah menyerangnya? Apa yang terjadi dengan mereka?Pangeran Tengkorak tidak ada waktu untuk berpikir. Ia pasti mati konyol kalau membiarkan serangan itu, karena tahu bagaimana ganasnya ajian Samber Nyawa."Kurang ajar!" geram Pangeran Tengkorak sambil mengeluarkan ajian Halimun Senja. Ia tidak main-main menghadapi ajian mereka. "Kalian ingin cari mampus?"Brajaseta minta pada anak buahnya untuk menjauh dari areal pertarungan. Ajian Halimun Senja terkenal sangat kejam, mengandung hawa dingin dan beracun. Siapapun yang terkena hawa itu darahnya akan membeku dan mati.Pukulan beracun dari dua pengawal itu dapat dimentahkan dan hawa dingin melaju kencang menghantam tubuh mereka. Sekejap dua pendekar itu berdiri kaku, kemudian tumbang meregang nyawa. Mereka mati di tangan majikan sendiri.Jaka tidak bergeser sedikitpun dari tempatnya berdiri. Hawa beracun yang menerpa tubuhnya dinetralkan oleh air kehidupan yang mengalir di d
Dewi Anjani keluar dari persembunyian. Ia mendatangi Jaka dan memujinya, "Kau sungguh hebat, kanda. Kerajaan tenteram dan damai berada di bawah kekuasaanmu."Nirmala memandang kagum. "Tuan Muda kini jadi penguasa dunia perkelahian. Tidak ada yang perlu ditakuti lagi akan banyaknya ancaman dari dalam atau luar.""Aku tidak pernah takut selama berpijak pada kebenaran, Nirmala," kata Jaka. "Kematian Pangeran Tengkorak membuatku makin banyak musuh, hal yang sebenarnya ingin aku hindari."Gentong Ketawa salah sambung, "Tuan Muda tidak perlu menghindari mereka dengan ilmu yang dimiliki. Mereka pasti kecut untuk bentrok dengan Tuan Muda. Aku lihat beberapa tokoh pendekar golongan hitam langsung pergi begitu tahu siapa yang tengah bertarung."Jaka menjelaskan dengan sabar, "Maksudnya aku tidak mau punya musuh, Gentong. Bukan kabur kalau berjumpa dengan musuh." Nirmala berpantun, "Ikan kembung menari badut...salah sambung, Gendut!""Aku heran mereka begitu bebas masuk ke Hutan Gerimis," ujar J
Jaka mengangkat tubuh Dewi Anjani yang bersimpuh di depannya sambil berkata, "Jangan terlalu tinggi memandangku, dinda. Cermin Mustika belum tentu menunjukku jadi maharaja."Jaka tidak tertarik untuk jadi maharaja di kerajaan Nusa Kencana. Dia ikut pulang bersama mereka ke istana karena ingin menanam benih di rahim Dewi Anjani secara resmi, sesuai permintaan gurunya, kemudian pergi ke Bukit Penamburan untuk melaksanakan tirakat di tujuh air terjun. Ia ingin segera pulang ke rumah.Jaka bisa saja berendam di air mata pengukuhan di istana. Jadi tidak perlu susah payah memiliki ilmu Salin Raga. Tapi kepergiannya diketahui oleh pihak kerajaan. Ia kuatir Patih Mahameru dan kawan-kawan menyusul ke kampungnya.Mereka menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Jaka berjalan di samping Dewi Anjani yang naik kuda jantan, di belakang mengikuti Gentong Ketawa dan Nirmala yang naik kuda betina. Jaka heran tidak menemukan Fredy yang dibuang di Hutan Gerimis. Apakah ilmu Tembus Pandang tingkat pamun
"Pangeran Penamburan sungguh licik," geram Patih Mahameru. "Ia memobilisasi rakyat untuk tameng."Jaka bertanya untuk memastikan, "Jadi mereka adalah rakyat yang dipersenjatai?""Mereka adalah para pemuda yang dipaksa jadi balatentara karena keluarganya diancam akan dibunuh.""Kalau begitu kau dan rombongan segera pergi untuk menyongsong musuh di depan, aku menghadang mereka di sini."Dewi Anjani kaget. "Bukankah kata kanda mereka jumlahnya hampir dua ratus orang?""Aku kira hanya beberapa belas saja yang berilmu tinggi, selebihnya adalah prajurit yang tidak layak mati. Mereka adalah rakyat Nusa Kencana yang teraniaya. Aku sudah seharusnya menyelamatkan mereka."Patih Mahameru memandang heran, "Bagaimana Tuan Muda menyelamatkannya sementara mereka berada di bawah tekanan Pangeran Penamburan?""Kau urus saja para penghadang di depan, para pemberontak bagianku.""Baik, Tuan Muda."Patih Mahameru menuruti permintaannya, meski sangsi apakah pemuda itu sanggup menghadapi balatentara yang be