Mereka memberi penghormatan secara serempak sambil bersimpuh, "Salam kami untuk Raja Agung.""Apa-apaan kalian?" hardik Jaka kaget. "Bangkitlah."Mereka bangkit berdiri. Wajah prajurit pengawal kelihatan berseri meski menderita akibat pertarungan yang sangat berat. Semua bergembira mendapati kenyataan bahwa pemuda yang berdiri di hadapan mereka adalah Raja Agung yang ditunggu-tunggu. "Aku tidak mau kalian perlakukan secara berlebihan sebelum Cermin Mustika menobatkan siapa aku," tegur Jaka. "Aku tidak mau bernasib seperti sahabatku."Dewi Anjani memandang pujaan hatinya dengan sukacita. "Aku yakin kanda adalah Raja Agung yang ditunggu-tunggu, yang mengembalikan kejayaan kerajaan di masa lampau, menciptakan masyarakat adil makmur gemah ripah loh jinawi.""Bagaimana kau bisa yakin kalau aku adalah Raja Agung? Padahal sebelumnya Mahameru curiga berat kalau aku ini jelmaan putera mahkota dari kerajaan Sihir, Pangeran Bramantana.""Menurut keterangan di dalam lembaran Sapta Cinta atau lemb
"Aku bikin kereta kalau kamu siap jadi kudanya," kata Jaka. "Ilmu Cipta Saji Paripurna tidak bisa menciptakan makhluk hidup, meski sekedar tumbuhan."Gentong Ketawa keki. "Kira-kira saja saya jadi kuda, Tuan Muda.""Makanya hidup jangan mau enaknya saja. Aku menggunakan ilmu Cipta Saji dalam keadaan darurat saja. Dan tidak ada ilmu yang sempurna, yang bisa mengatasi segalanya.""Tapi bisa kan kalau mengatasi perut lapar?"Matahari sudah tidur nyenyak di peraduan. Malam hampir mencapai puncak. Keadaan sekitar sangat lengang.Sejak roh Laraswati pergi dengan penyekaran air mata bidadari, tidak ada lagi keramaian pada tengah malam.Mereka berdua terjaga di bawah pohon, berlindung dari rintik hujan yang tinggal sisa-sisanya. Mahameru dan Bagaspati duduk-duduk di sekitar tenda. Mereka terpaksa mengambil alih tugas jaga karena tidak mungkin menyuruh prajurit untuk melaksanakannya.Pertarungan siang tadi betul-betul menguras energi para prajurit. Pasukan kerajaan banyak yang terluka, mereka
"Kau pura-pura tidak tahu saja," kata Jaka. "Kita tunggu apa yang dilakukan putera mahkota dari kerajaan Sihir.""Baik, Tuan Muda," ujar Patih Mahameru. 'Bukankah pesan Ki Gendeng Sejagat ia tidak boleh dibunuh?"Jaka tersenyum. "Aku tidak terpaku pada permintaan. Aku bisa melenyapkan siapapun kalau layak untuk ditumpas.""Tapi Ki Gendeng Sejagat adalah gurumu. Permintaannya adalah titah yang wajib dilaksanakan oleh muridnya.""Aku tidak cinta buta pada guruku, yang harus melakukan apapun yang diperintahkan. Aku cuma mengabulkan permintaan yang sesuai nurani dan kebenaran.""Apakah permintaan untuk tidak membunuh Pangeran Bramantana tidak sesuai dengan nurani dan kebenaran?"Patih Mahameru khawatir jika Jaka Slebor tidak mengabulkan permintaan Ki Gendeng Sejagat, gurunya mengamuk dan mengobrak-abrik kerajaan. Apakah ia sanggup mengatasinya?"Maka itu kita tunggu apa yang dilakukan," kata Jaka. "Apakah ia layak untuk hidup?"Patih Mahameru mengingatkan, "Pangeran Bramantana adalah anak
Ratusan ular berbisa bergerak melata di atas tanah berumput menuju ke bawah pohon besar, dimana Jaka dan Gentong Ketawa berada.Ada bagusnya seluruh pasukan pengawal kena sirep. Mereka pasti heboh jika melihat ratusan ular datang menyerbu mencari mangsa.Jaka memanggil tongkat petir, "Tongpet datanglah."Tongkat yang terbuat dari emas murni muncul dari angkasa secara tiba-tiba, memancarkan cahaya kemilau sehingga suasana di sekitar menjadi terang.Jaka menangkap tongkat petir dan mengarahkan ke ratusan ular yang bergerak makin dekat, kemudian berkata, "Hadapilah mereka."Jaka melemparkan tongkat petir untuk menghadang mereka. Tongkat itu berubah wujud jadi ular yang sangat besar begitu tergeletak di tanah.Pangeran Bramantana terkejut saat ratusan ular ciptaannya disantap dengan rakus oleh ular besar sampai habis.Selesai menjalankan tugasnya, ular besar melesat ke dalam genggaman Jaka dalam bentuk tongkat.Pangeran Bramantana memusatkan pikiran dan merapal mantera dengan dua jari mene
Mereka bangun menjelang fajar menyingsing. Patih Mahameru dan Bagaspati tampak kaget."Pulas sekali kita tidur," kata Patih Mahameru. "Apakah hidangan itu mengandung obat tidur?""Kayaknya begitu, kakang," ujar Bagaspati. "Aku belum pernah tidur senikmat ini.""Kau sudah kena pengaruh ilmu sirep Pangeran Bramantana," seru Jaka. "Kebetulan perut kenyang. Jadi bablas tidurnya."Patih Mahameru terkejut. Ilmu sirep adalah ilmu andalan kerajaan Sihir sehingga mereka bisa mengalahkan musuh tanpa jatuh korban, ia bertanya," Lalu ke mana perginya pangeran itu?"Ia melihat kereta kosong, dan di sekitar hanya ada Jaka dan Gentong Ketawa yang tertidur pulas sambil bersandar ke batang pohon."Aku sudah mengusir mereka pergi," jawab Jaka. "Baiknya kalian berangkat sekarang, supaya senja hari tiba di perkampungan.""Lalu Tuan Muda bagaimana?" tanya Patih Mahameru."Aku naik si Gemblung, kuda itu tiba saat kalian pergi tidur. Ia sekarang lagi bercinta di balik semak. Alasannya kedinginan."Kuda janta
Iring-iringan kereta melaju cukup kencang melintasi jalan berkerikil di Hutan Gerimis.Matahari menampakkan sinarnya dan berkilau menyentuh dedaunan yang berembun.Pagi yang sangat indah, dengan langit biru tanpa awan. Di kereta paling depan, kereta termewah dengan interior berlapis emas dan kursi yang sangat empuk, Dewi Anjani duduk di samping Jaka dengan pakaian ala bangsawan. Ia memakai cadar sehingga wajahnya tidak mudah dikenali.Di belakangnya, Patih Mahameru duduk bersama Bagaspati dan Brajaseta. Mereka berpakaian dandy dan trendy. Nirmala dan Gentong Ketawa duduk di kursi paling belakang dengan penampilan yang menarik.Sais duduk di depan kereta yang tertutup sambil memegang tali kekang kuda. Ia mengendalikan empat kuda agar berlari dengan selaras dalam melajukan kereta.Sepasang kuda jantan dan betina mengikuti iring-iringan di belakang. Jaka sebenarnya ingin menunggang si Gemblung, tapi pasti jadi pusat perhatian para pendekar yang berkeliaran mencarinya di hutan ini.Sayem
Jaka menggunakan ilmu Tembus Pandang untuk mengetahui perempuan yang berteriak itu, dan berkata, "Kau bohong, Gentong.""Maksudnya apa ya, Tuan Muda?" tanya Gentong Ketawa bingung. "Tidak ada angin tidak ada hujan, Tuan Muda tiba-tiba saja menyebut saya bohong?""Kau bilang Tuan Puteri adalah puteri mahkota tercantik di seluruh kerajaan yang ada di dataran ini.""Nyatanya demikian, Tuan Muda.""Buktinya perempuan yang menghadang kita wajahnya sungguh cantik luar biasa, tubuhnya sangat seksi, suaranya demikian merdu bagai puluh perindu. Aku yakin ia bukan bidadari karena tidak bersayap."Dewi Anjani memandangnya dengan muak. "Kau berani memuji si Rinjani di depan calon permaisuri. Kau sungguh tidak menghormati aku.""Aku tidak memuji," kilah Jaka santai. "Aku cuma menyampaikan apa yang dilihat."Dewi Anjani makin bernafsu dibakar cemburu. "Jadi wajahku kurang cantik, tubuhku kurang seksi, dan suaraku kurang merdu dibanding puteri sihir itu?""Aku tidak bilang begitu," jawab Jaka tenang.
Dewi Anjani segera membuka jurus baru, lalu melompat terbang ke pucuk pohon, mendatangi Rinjani yang sudah siap menunggu.Dewi Anjani mengirim pukulan sakti bertubi-tubi. Gerakannya sulit ditangkap oleh mata saking cepatnya. Rinjani sibuk menangkis dan menghindar. Dalam suatu kesempatan, sebuah pukulan mendarat dengan telak di tubuhnya. Ia terpental dan jatuh terjengkang di tanah. Bibirnya mengeluarkan darah segar.Patih Mahameru tersenyum puas. Kedudukan imbang kembali. Mereka tidak seharusnya bertarung karena salah satu pasti ada yang terluka.Ia menyesalkan Jaka Slebor yang tertidur pulas di kursi kereta. Pemuda itu seharusnya melerai pertarungan untuk menghindari jatuh korban, karena mereka memperebutkan dirinya.Patih Mahameru tidak berani menghentikan pertarungan karena menyangkut harga diri puteri mahkota. Ia jadi bimbang. Pasukannya membutuhkan bantuan, tapi jika meninggalkan medan pertarungan, ia kuatir terjadi apa-apa dengan puteri mahkota.Pengeroyokan yang dilakukan oleh Ba