Bastian berpikir kenapa Almira repot-repot memasak makanan kesukaannya? Sebagai ucapan terimakasih?
Bastian tidak ingin ucapan terima kasih! Bastian ingin Almira membalas perasaannya, kalau Almira punya setengah saja dari perasaan Bastian padanya, pasti Almira tidak akan menolak ajakan makan siangnya tadi."Kok jadi muram malahan?" tanya Samuel sambil makan dengan lahap."Sebentar, aku telepon dulu." Kemudian Samuel mengeluarkan ponsel terbarunya dan mulai menekan tombol lalu menempelkan ponselnya di telinga."Hallo selamat siang, bisa dengan Ibu Almira?""....""Ehm, sebenarnya ini penting, kalau tidak lama, saya tunggu aja.""Udah nggak usah nge-prank aku, nggak usah pura-pura telepon, makan lagi sono..habisin!" Sergah Bastian."Ini beneran Ibu Almira? Bu Almira mau nanya aja kenapa Bos saya hari ini muram?" lanjut Samuel dengan nada seperti paparasi.Bastian yang mengira dikerjain, menjawab perlahan,"gimana nggak muram, kalau kamu jadiBastian yang tidak yakin bahwa dirinya tidak akan melangkah terlalu jauh jika berada di dalam kamar, akhirnya menggendong Almira keluar menuju ruang bermain yang bersebelahan dengan kamar anak-anak."Bast, turunin ih, kalau sampai ada yang lihat gimana?" Almira berbisik di leher Bastian."Emang kenapa?" Bastian tidak dapat memberikan reaksi yang lebih baik karena keberadaan bibir Almira di lehernya membuat otaknya kacau."Kenapa harus pindah?" Kejar Almira yang lebih nyaman berada di ruang tertutup, nggak kebayang kalau sampai sopir atau pembantunya tahu. "Kalau kita di dalam terus, aku nggak yakin bisa berhenti, Ra." Bastian berusaha menjelaskan dengan benar.Kemudian sambil masih memeluk Almira, Bastian berbisik pelan,"aku sangat ingin membahagiakanmu Ra, membuatmu menyerukan namaku, hanya namaku dibibirmu saat kau mencapai puncak, tapi aku tidak ingin menjadi pria dangkal yang memanfaatkan kesempatan.""Jadi lebih aman kalau kita berada diluar kamar ti
Jantung Bastian langsung berdebar mendengar kata 'rahasia yang besar' mungkin menurut Almira mumpung mereka sedang saling menumpahkan isi hati mereka, jadi dia ingin memberitahu sebuah perkara besar. Bastian menyiapkan dirinya, apapun yang terjadi, kalau ini tentang ayah Binta dan Saras, dia akan berdiri di depan, pasang badan bagi orang-orang tercintanya."Mantan suamimu? Ceritakan, Ra. Ceritakan semuanya," kata Bastian.Almira sangat kaget dan terharu, betapa Bastian yang menyangka dia adalah janda dengan dua anak, mau menerima mereka apa adanya, bahkan sangat mengasihi kedua keponakannya itu.'aku akan menceritakan status anak-anak yang sebenarnya, kemudian kalau sudah tidak jengah aku akan memberitahukan tentang kepolosanku, itu kalau aku mampu membuka mulutku. Membayangkan saja aku sudah malu setengah mati,' batin Almira. Bastian memperhatikan perubahan yang terjadi di wajah Almira dan Bastian merasa sungguh beruntung menemukan sosok dengan kepribad
'Hari ini matahari begitu terang atau itu hanya perasaanku saja,' Bagi Bastian bunga -bunga bermekaran dengan indahnya, semua karena satu nama yang mengisi hatinya yaitu Almira. Hari ini H-1 pembukaan kantor cabang di Singapura, begitu banyak persiapan yang harus dilakukan untuk pembukaan kantor cabang baru, Bastian sudah tidak ikut campur tetapi banyak yang harus di approve sehingga dari pagi hingga jam 11.00 WIB berlalu dengan sangat cepat. Bastian sudah sangat rindu mendengar suara merdu Almira .Kemudian Bastian mengambil ponsel dan bersandar pada kursi sambil menunggu Almira menjawab panggilannya, langsung dalam mode video call.Ting!Seraut wajah yang sangat dicintainya muncul di layar."Hai Sayang, lagi ngapain?" tanya Bastian sambil memandang tajam Almira."Lagi kerja!" jawab Almira sengaja ingin menggoda Bastian."Hmm awas ya, tunggu aku datang, apa masih berani ngledek!"Almira tersenyum lebar, tiba-tiba Almira mendongak k
"Karena aku tahu kamu belum menikah!""Itu bukan indikator yang akurat, hanya karena aku belum menikah bukan berarti aku belum bertemu pria impianku.""Bulshitt Lady, bisa jadi kalian putus! Atau kamu tidak jadi menikah dengan pria impianmu itu.""Kalau itu terjadi aku akan hidup sendiri dan dia tetap menjadi pria impianku! Tidak ada tempat tersisa bagi yang lain, jadi menyerahlah dan lanjutkan hidupmu, cari orang lain dan jangan ganggu aku lagi!"Nampaknya Almira sudah sampai di titik terendah yang bisa ditoleransinya.Entah si pria itu mulai sadar atau dia mulai menyerah, yang pasti akhirnya dia pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.Selang beberapa waktu Bastian tiba dengan wajah bahagia, sangat bahagia karena dia mendengar bahwa Almira telah menemukan pria impiannya, sejak dengan tidak sengaja mendengar hal itu, Bastian merasa mendengar penyataan sayang yang jarang diungkapkan Almira. Semoga itu tanda-tanda awal Almira akan menyatakan cinta pada
"Itu manusiawi, sangat bisa dimaklumi, Sayang," hibur Bastian."Jangan membelaku, Bast. Kalau aku sedikit lebih memperhatikan sekolah mereka, aku pasti nggak lupa tentang 'father's day' ini kan?"Bastian tetap memeluk Almira-nya yang bersedih dan mengelus rambut Almira yang sedang merebahkan kepala di dadanya.Bagi Bastian kemajuan beberapa hari ini sungguh membahagiakan, biasa Almira tidak mau menunjukkan kemesraan kecuali saat mereka hanya berdua, tapi siang ini, dengan pak sopir di depan mereka, dia tidak menolak penghiburan yang Bastian berikan.Semoga bukan karena kesedihannya tapi karena memang hubungan mereka sudah memasuki level baru."Aku tidak membelamu, akan tetapi kamu adalah ibu rumah tangga yang juga wanita karir, Ra. Jadi sangat bisa dimaklumi jika terjadi hal-hal begini, yang diurus kan banyak.""Tapi seharusnya aku kan punya skala prioritas, Bast!"Bastian tidak melanjutkan pembicaraan mereka karena mereka telah sampai di rumah Almira.
Bastian melihat Almira keluar dari kamar, masuk ke kamarnya sendiri yang berada di sebelah kamar anak-anak, jadi Bastian menemani mereka sebentar memastikan mereka sudah nyenyak baru dia akan meninggalkan mereka.Sebelum meninggalkan kamar anak-anak Bastian menelepon kantor dan memberitahu bahwa nanti dia tidak kembali ke kantor.Kemudian Bastian mendekati Almira yang duduk di tempat tidur, Almira yang duduk diam nampak tenggelam dalam pikirannya tapi ketika Bastian memeluknya seketika pecahlah tangisnya.Bastian memeluk Almira dalam buaiannya dan mengusap kepala dan punggung Almira bergantian berusaha menghibur dengan pelukannya."Mereka masih anak-anak , mereka sangat cepat memaafkan dan melupakan, mereka sangat sayang Mommy-nya," Bastian berbicara dan mencium bersamaan."Tapi aku sudah sangat membuat dia kecewa Bast, sejak kecil mereka sudah tidak memiliki orang tua, giliran cuma punya Mommy, Mommy-nya gak becus!" Dan Almira pun menyembunyikan wajahnya d
"Bisa cepat, bisa juga lambat...apapun di kolong bumi ini ada masanya, bukan?""Aku mau yang cepat, please." Almira tertawa. "Harus?" Bastian mengangguk lalu membelai mesra bibir Almira, sambil berkata, 'ingat ini selama aku pergi I LOVE YOU," bisik Bastian di bibir indah sang kekasih.Kemudian Bastian meninggalkan Almira yang akan mandi, Bastian menuju kamar anak-anak tapi di tengah jalan dia mendengar celoteh mereka dari ruang bermain, ternyata Binta dan Saras sudah bangun dan sudah mandi."Hallo anak Daddy Sayang, kemari peluk dulu." Bastian pun berjongkok agar bisa memeluk mereka berdua.Kemudian Bastian berpesan kepada mereka sambil masih dalam posisi berjongkok."Om Daddy mau pergi, Binta dan Saras jaga Mommy ya, jangan bikin Mommy sedih, ok sayang? Nanti Om Daddy bawa hadiah buat Binta dan Saras ya.""Cama buat Mommy?" tanya Saras."Iya dong pasti Om Daddy bawa hadiah buat Mommy juga!" Kemudian Bastian mencium kepala kedua bidadari
'Apa-apaan hotel ini!' batin Bastian."Kenapa bisa hotel memberikan kunci sembarangan? Mana manajermu?""Ini kuncimu," terdengar suara wanita yang menyela.Bastian menoleh dan melihat asal suara. Wanita itu lagi! Wanita asing yang menjemputnya. Wanita itu sedang menunjukkan kunci kamar lalu menggenggamnya kembali."Aku akan menunjukkan kamarmu, follow me!" Si wanita berjalan sambil mengayunkan pinggulnya menggoda siapa pun yang melihatnya.Bastian tidak akan membahas hal ini sekarang, dia harus segera sampai di kamarnya agar dia bisa melihat dan memeriksa persiapan final acara pembukaan, tapi secepat yang dia bisa dia akan menghubungi sekretarisnya untuk mengembalikan wanita itu ke tempat dari mana dia berasal.Si wanita membuka pintu kamar, masuk dan memegang pintu agar Bastian bisa masuk, kemudian menutup pintu saat Bastian telah berada di dalam.Setelah terdiam sejenak, dia mulai membuka kakinya, membuka jas mahalnya hingga kini hanya ada blus transparan yang tidak menyembunyi