Share

Part 7 Dissa Diculik

"Itu bukan kalian! Atau apakah itu kalian?" tanya Dissa berdiri di hadapan mereka dan berjalan keluar dari ruangan itu.

Criss, Daniel dan Budi terdiam saat mendengarkan semua keluh kesah Dissa yang disampaikan di hadapan mereka.

Sementara di tempat lain, Dissa sedang membersihkan tangannya di westalfel toilet. Ia menatap pantulan dirinya di depan kaca toilet.

"Itu bukanlah hal yang baik dari diriku," gumam Dissa pada diri sendiri.

Dissa mematikan kran wastafel dan membersihkan sisa air di tangannya menggunakan tisu kering.

Brak!

Dissa mendengar suara dari dalam kamar toilet dan ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju salah satu kamar toilet itu. Ia memegang gagang pintu dan membukanya. saat ia ingin membukanya, ia melihat ada darah segar yang mengalir dari bawah kamar toilet, Dissa menghela nafas sejenak, ia membuka pintu itu. Disana, ia melihat seorang wanita tewas mengenaskan duduk di atas toilet. Dissa terkejut mendapati kondisi ini, dari belakang, ia merasakan lehernya dicekik oleh seseorang dan menariknya secara paksa.

Dissa memberontak tetapi ia tetap tidak bisa melepaskan jeratan dari wanita itu.

"Diki!" panggil seorang lelaki yang berlari ke arahnya.

Diki berdiri dari duduknya dan memegang kerah baju pria itu. "Kornelius!" ucap Diki.

"Tunggu, mari aku jelaskan, Diki." ucap Kornelius yang hampir tercekik oleh Diki.

Criss berjalan ke arah Diki. "Criss, kau ingat dia, aku sebutkan? Sebagai pengorbanan unitku, kau tidak mengerti." ucap Diki cetus.

"Dia ada disini! Tolong hentikan" celetuk Kornelius mengambil nafasnya.

"Hey, apa yang terjadi?" tanya seorang pelayan wanita yang berlari ke arahnya.

Petugas resmi pemerintah, tidak apa-apa." jawab Criss menunjukkan kartu tanda pengenal dirinya.

Diki melayangkan satu pukulan ke perut Kornelius. "Ayolah, apa yang kau inginkan?" ucap Diki.

"Hanya kau satu-satunya yang aku tahu dari mereka. Ini keluargaku, kau harus menyelamatkan mereka." jelas Kornelius terduduk di hadapan mereka.

"Apa?" tanya Diki kaget.

"Istri dan anak perempuanku berada di Jepang. Seorang pedagang senjata akan membunuhnya. Tapi dia selamat dari anggota kriminal itu. Untuk meluncurkan yang besar serangan teroris biologis, Aku tahu banyak tentang itu, mereka membunuh aku dan keluargakuuuu..." ucap Kornelius terhenti saat kerah bajunya di tarik oleh Criss.

"Apakah kau mendengarkan dia? Ini adalah hari keberuntungan kami." ucap Criss.

"Beruntung! Apakah kau gila?" celetuk Diki berdiri di sebelahnya.

"Dia membawa kita ke dia. Apa yang kau bicarakan? Suara Kenzo Albert sangat dikenal dan bagaimana kau tahu itu?" tanya Criss.

"Aku tidak tahu," jawab Kornelius.

"Aku psikis, kau harus membantu aku dan keluargaku." ucap Kornelius memohon.

"Mari kita urus masalah ini, kau mencoba untuk membunuhku dan sekarang aku akan menyelamatkan keluargamu? Bagaimana ini? Beritahu kami apa yang kau tahu, jika kita memutuskan apakah kita akan membantu. " imbuh Diki.

Diki menoleh ke arah kaca ruangan, ia melihat sebuah mobil besar melewati jalan di depan ruang mereka. Mobil itu berhenti, tepat di depan kafe yang mereka tempati.

Disana, Diki, Criss, Daniel dan Budi melihat ada beberapa Polisi keluar dari mobil itu dan mengarahkan pistolnya siap untuk mengeluarkan peluru yang mematikan. Bos mereka keluar dari mobil dan mulai melakukan tembak menembak membabi-buta ke arah tempat kafe.

Dor! Dor! Dor!

kaca pada jendela pecah dari arah samping ruangan. Mereka menyaksikan sendiri ruangan itu hampir roboh. Daniel dan Budi yang duduk di tempat segera berdiri dari tempat duduknya untuk mencari tempat berlindung.

Dor! Dor! Dor!

Peluru itu hampir mengenai Diki, Criss dan Kornelius. Pelayan wanita yang sedang berdiri di tempat itu terkena beberapa kali tembakan dan tangan kanannya terlepas dari tubuhnya dan ia pun terjatuh dengan mengeluarkan banyak darah.

Dor! Dor! Dor!

Dor! Dor! Dor!

Beberapa meja dan kursi hancur lebur dan darah segar mengalir dari tubuh beberapa pengunjung pun ikut tewas mengenaskan.

Dor! Dor! Dor!

Dor! Dor! Dor!

Lelaki bertubuh kekar dengan wajah menyeramkan itu terus menembaki ruangan kafe itu dari luar ruangan.

"Bedebah!" ucap Criss bersembunyi di bawah meja.

"Mereka mengikuti kita." sahut Diki.

Dor! Dor! Dor!

Dor! Dor! Dor!

"Keluargaku, aku minta kau yang melindunginya," ucap Kornelius saat terakhir kalinya saat ia merasakan tubuhnya teretmbak dan dipenuhi oleh darah.

Daniel yang bersembunyi di sebelah Kornelius, ia menoleh keluar ruangan. Ia melihat Dissa dibawa eh seorang wanita berpakaian seksi sedang menggendong tubuhnya yang tak sadarkan diri.

Wanita itu berdiri di belakang bosnya.

"Dissa!" teriak Daniel menatap fokus ke arah luar ruangan.

Dor! Dor! Dor!

Setelah dirasa cukup, pria bertubuh kekar itu menghentikan tembakannya.

"Tujuan pertama, dihapuskan. Tujuan-tujuan lain dijamin berhasil," ucap Yanti memberikan kabar dari balik panggilan ponselnya.

Dor! Dor! Dor!

Yanti melangkahkan kaki menuju mobil, Daniel yang merasa kesal, Ia mengambil pistol dari saku Criss dan berlari keluar dari ruangan kafe.

Ia melayangkan tembakan itu mengenai mobil yang berjalan menjauh dari tempat kafe.

"Hah! Mereka menyerang kami di tempat kafe dan mengambil istriku, Dissa. Lakukan pelacakan keberadaan mereka." lapor Daniel dari balik headset yang terhubung langsung oleh helikopter.

Daniel berjalan masuk ke dalam ruangan, ia melihat Criss, Budi dan Diki sedang duduk di bawah meja.

***

"Suara apa itu?" tanya Jesika yang duduk di dalam helikopter.

"Sepertinya, terjadi kekacauan dari tempat kafe. Lebih baik, ayo kita segera kesana untuk memastikan apa yang sedang terjadi." jawab Hans dan dibalas anggukan oleh Jesika.

Hans akhirnya menghidupkan mesin helikopternya dan siap terbang menuju tempat kafe. Hans dan Jesika melihat keadaan tempat kafe itu dan betapa terkejutnya mereka mendapati tempat itu udah hampir roboh dan terlihat banyak manusia yang jatuh bersimpuh darah di sana.

"Apa yang sedang terjadi?" tanya Jesika menatap bangunan gedung kafe dari atas awan.

"Aku tidak tahu, tapi ini semua pasti berhubungan dengan Kenzo." jawab Hans menatap fokus ke arah depan.

"Tuan! Apa kalian tidak apa-apa? Dimana Nona muda?" tanya 4 bodyguard yang berlari ke arah Daniel.

Daniel mengalihkan pandangannya menuju 4 orang bodyguard yang berdiri di belakangnya. Daniel melihat ada beberapa luka tembakan tepat mengenai kaki dan tangan dari setiap bodyguard istrinya.

"Dissa Diculik!" jawab Daniel menatap ke arah mereka.

"Kemana saja kalian! Bukankah kalian digaji untuk melindungi Nona muda." ucap Daniel cetus.

Salah satu bodyguard yang berdiri satu baris ke samping, Ego maju satu langkah dari barisnya.

"Maaf tuan, tadi kami diserang oleh sepuluh pria bertubuh besar dan mereka pun berhasil melukai kami," lapor Ego setelah itu ia menundukkan kepalanya di hadapan Daniel.

"Hmmm..." deheman Daniel yang membuat bulu kuduk mereka merinding. Sebenarnya, Daniel orang yang baik dan ramah tetapi siapa sangka saat ia sedang marah, ia seperti iblis yang tidak punya hati dan bahkan ia sangat menyeramkan untuk diajak kompromi.

"Baiklah, cepat bantu kami mencari keberadaan istriku atau ku patahkan kaki kalian agar tak bisa berdiri lagi!" ancam Daniel dan dibalas anggukan oleh ke empat bodyguard itu dan mulai berjalan keluar untuk mencari keberadaan nona mudanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status