Andreas kembali menancapkan gasnya ke tempat tersebut dimana tempat itu sangatlah jauh dari tempat dia berada, Andreas mengemudikan mobilnya melewati banyak pepohonan yang berada di samping kanan kiri jalan, pepohonan menghijau yang begitu asri memanjakan mata, namun sayang itu tak membuat Andreas merasa pikirannya tenang.
Pikirannya begitu sangat runyam, dia merasa begitu sangat khawatir dengan keadaan Lhea saat ini. "Lhea aku harap aku bisa menemukanmu secepatnya." ujarnya di dalam hati. Andras menempuh beberapa jam perjalanan dan dia sampai di sebuah jalan lalu dia turun dari mobil, dia memarkirkan mobilnya di sebuah tempat parkir yang begitu luas. Tak terasa hari sudah sore matahari sudah mulai berwarna kuning ke jinggaan dan mulai terbenam. Laki-laki tersebut berjalan menyusuri jalan dengan rambutnya tertiup angin yang lumayan kencang, saat ini dia berada di pantai. "Lhea kamu di mana?" tanyanya pada dirinya sendiri sambil berjalan menyusuri masuk pantai, laki-laki tersebut melihat matahari yang mulai terbenam dan hari akan malam dengan suasana semakin dingin. ****** Lhea yang sedang berada di pinggir pantai dia tengah berdiri menatap ombak yang menggulung-gulung. Dia yang memakai sebuah dress berwarna putih dengan panjang selutut, wanita tersebut begitu sangat cantik dengan rambut yang hitam dan panjang sepunggung tertiup angin. Namun sayang wajahnya yang cantik kini selalu basah dengan air mata. "Kenapa sekarang jadi begini?" tanyanya pada dirinya sendiri. Dia mengusap air matanya dia menyesali apa yang tengah terjadi bahkan dia tak percaya jika masalah menimpa dirinya yang mana ini adalah yang begitu besar. Pada saat itu juga ada seorang wanita yang menghampiri dirinya membuat Lhea langsung mengalihkan pandangannya. "Kenapa kamu?" tanya wanita itu yang tak lain adalah Rose. Sepertinya Rose tengah menertawakan keadaan Lhea saat ini. Lhea yang tengah berdiri dia tersenyum tipis melihat wanita yang sudah menghancurkan rumah tangga orang tuanya. "Pergilah kamu dari sini." ucap Lhea sambil melipat kedua tangannya di dada. Rose tertawa mendengar itu. "Apa kamu sudah menyerah Lhea, ingat ya kamu sebentar lagi akan memanggilku dengan sebutan mama." jawab Rose. Lhea hanya terdiam dia terus menatap ombak yang menggulung, angin malam menerpa wajahnya dan rambutnya yang panjang. "Aku gak sudi melihatmu, kamu sudah menghancurkan hubunganku dulu dengan Andreas dan sekarang kamu menghancurkan kehidupan keluarga orang tuaku." ucap Lhea. Rose pun kembali tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Lhea. "Lhea-Lhea asal kamu tahu menjadi seorang Rose itu adalah sebuah anugrah, asal kamu tahu mereka semua yang mengejarku bukan aku." jawabnya sambil menyentuh pundak Lhea, "Lhea aku sudah tak sabar dipanggil mama oleh mu." lanjutnya. Namun Lhea langsung menepis tangan tersebut dia sangat tidak sudi jika tubuhnya disentuh wanita jahanam itu. Dan Lhea melihat Rose yang pergi dari tempat tersebut, Lhea menatap punggung Rose yang berjalan menjauh dari dirinya dengan penuh dendam. Membuat Lhea yang tengah berdiri dia merasa kepalanya sangat begitu sakit, dia memijat keningnya dengan kedua tangannya. "Lhea kamu kenapa?" tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba datang dan memegangi dirinya, dan laki-laki itu adalah Andreas. Lhea yang sakit kepala itu dia membuka matanya dia langsung menggertakkan giginya sepertinya dia sangat begitu marah kepada Andreas. "Kenapa kamu kesini?" tanya Lhea dengan tatapan matanya yang tajam dan tersenyum tipis. "Ohhh aku tahu kamu kan yang di balik ini semua, kamu yang menyuruh wanita itu datang dan menghancurkan keluargaku?" lanjutnya. "Gak. AKu gak melakukan itu kepada keluarga kamu." jawab Andreas. Lhea berusaha menepis tangan Andreas, "aku gak percaya, pergi kamu dari sini." ucap Lhea. Lhea yang tengah berdiri dia merasa jika kepalanya tambah sakit sehingga tak terasa dia pun jatuh tak sadarkan diri, mungkin salah satu penyebabnya dia sama sekali sehari ini tidak makan karena memikirkan masalah yang tengah terjadi saat ini. "Lheaaa." ucap Andreas yang terkejut. Lalu laki-laki itu langsung memeluk tubuh Lhea, "Lhea bangun Lhea." u ap Andreas. Andreas memeluk Lhea dan dia meneteskan air matanya, dia sangat bersedih melihat Lhea yang saat ini tengah tertimpa banyak masalah, lalu Andreas berusaha untuk menggendong tubuh Lhea, dia berjalan dengan terseok-seok karena banyak pasir yang masuk ke sepatunya, Andreas membawa Lhea masuk ke dalam mobilnya, dia meletakkan Lhea duduk di depan samping dirinya, pada saat itu juga Andreas menatap Lhea dengan dalam dan memakaikan sabuk pengaman. Andreas menarik nafasnya dan dia menutup pintu mobilnya. Lalu dia berdiri di luar dia mengirim sebuah pesan ke anak buahnya lokasinya saat ini papu dia menulis sebuah pesan ke anak buahnya. [Tolong kamu ambil mobil warna merah milik nona Lhea di sekitar lokasi tersebut, kalian derek mobil itu.] Tulis pesannya. Andreas langsung masuk mobil dan dia langsung menancapkan gas untuk pergi dari tempat tersebut, dia yang tengah mengemudi meraih tangan Lhea, dia merasakan jika tubuh Lhea saat ini tengah panas palu dia menghentikan mobilnya dan dia melepas jasnya, dia menutupi tubuh Lhea yang saat ini sedang panas. "Lhea jika kamu sedih aku pun akan sedih." ucap Andreas dan dia kembali meneteskan air matanya. Andreas langsung mengusap air matanya yang jatuh dan dia langsung membawa pulang Lhea ke rumah, dia langsung membawa masuk Lhea dengan dia bopong sendiri ke dalam kamar. "Lohhh pak kenapa nona Lhea." tanya asisten rumah tangganya. "Tolong kamu telepon dokter langganan keluarga." jawab Andreas yang terburu-buru naik anak tangga ke kamar Lhea. Andreas masuk ke dalam kamar Lhea lalu menidurkan wanita tersebut, laki-laki itu mengambil sebuah kain dan membasuh kaki Lhea dengan sebuah ketulusan. "Lhea kamu cepat sembuh ya." ucap Andreas. Dan tak beberapa lama kemudian dokter pun datang. "Selamat malam pak Andreas." sahut seorang laki-laki berpakaian rapi sambil menjinjing sebuah tas, dan di samping dokter itu ada asisten rumah tangganya yang mengantar dokter masuk ke dalam kamar Lhea. Andreas langsung memnudurkan langkah kakinya. "Tolong pak sembuhkan secepatnya saudara saya." jawab Andreas Laki-laki berkacamata itu dengan umur setengah baya langsung memeriksa Lhea yang tertidur lemas di atas tempat tidur. Andreas hanya terdiam dengan tatapan kosongnya entahlah hatinya begitu sendu melihat Lhea yang tak berdaya. Lalu tak beberapa lama kemudian dokter memberikan sebuah suntikan di tubuh Lhea membuat Amdreas memejamkan matanya dia tak sanggup melihat jarum itu menusuk tubuh Lhea. "Pak saya akan memberikan resep obat untuk nona Lhea." sahut dokter tersebut. Andreas menganggukkan kepalanya. Lalu dia menerima sebuah kertas yang diberikan dokter tersebut. "Tenang saja pak sebentar lagi nona Lhea akan sembuh sebentar lagi karena saya sudah menyuntikkan obat ke dalam tubuhnya." ujar dokter itu, Andreas menganggukkan kepalanya, "terimakasih pak," jawab Andreas, lalu dia menolehkan kepalanya ke asisten rumah tangga yang berdiri di belakangnya, "tolong antar ke depan." ujarnya sambil menyodorkan kertas yang berisi sebuah resep obat. "Tolong kamu suruh pekerja keamanan depan untuk beli obat secepatnya." lanjutnya. Asisten rumah tangga langsung menganggukan kepalanya, dia langsung mengerjakan apa yang diperintahkan oleh tuanya.Siangnya Andreas pun pergi ke rumah Lhea, dia pergi ke rumah Lhea untuk menemui Papanya Lhea yang bernama Robin.Dia pergi seorang diri.Dan Sesampai di rumah tersebut, Andreas duduk di ruang tamu dan di depannya terdapat Robin yang tengah membuka ponsel dan melihat foto Andreas yang melamar Lhea.Robin yang melihat itu dia merasa sangat Syok, lalu dia langsung menutup ponselnya."Andreas apa yang kamu lakukan bukannya kamu pacaran dengan Lhea itu hanya pura-pura dan untuk menyelamatkan reportasinya, lalu apa ini sekarang, bagaimana hubungan kalian berdua?" tanya Robin yang ingin mendapatkan penjelasan dari Andreas.Dia merasa sangat kecewa akan hal itu."Om, kami berdua sudah sangat dewasa. Dan kami berhak untuk menyatakan perasaan kami berdua dan kami akan tanggung jawab atas apa yang menjadi keputusan kami." jawab Andreas yang berusaha untuk menjelaskan kepada Robin.Robin yang mendengar itu dia pun mengeluarkan nafas kesalnya dia mengusap wajahnya dengan kasar, "tanggung jawab kep
"Lhea apakah kamu masih ingat kamu pernah mengatakan jika ada orang yang kamu cintai yang melamar kamu di sebuah tengah-tengah kota dan disaksikan banyak orang, maka kamu akan menerimanya." ucap Andreas.Lhea yang tengah berdiri dia pun mengingat kembali perkataannya, dia mengatakan hal itu ketika dia masih bersekolah, pada saat itu ada sebuah drama di sekolah.Dia mengatakan demikian ketika dirinya tengah melamun di sebuah taman, dan di dekatnya terdapat Andreas yang tengah bermain gitar dia terpikir oleh drama yang barusan dia lihat."Jadi kamu masih mengingat hal itu?" tanya Lhea.Andreas menganggukkan kepalanya dan dia tersenyum, "Iya aku masih ingat jelas dan sejak itu aku berencana melakukan sesuai dengan apa yang kamu inginkan." jawab Andreas.Andreas tersenyum.Lalu Andreas bertekuk lutut di hadapan Lhea, lalu dia membuka kotak yang berisi cincin. "Lhea apakah kamu akan menepati janjimu?" tanya Andreas.Andreas kini tengah memohon kepada Lhea untuk menerima cintanya, dia mem
Pada saat itu andreas yang masih berumur 6 tahun dia yang telah duduk dia meneteskan air matanya,"Kenapa kamu menangis?" tanya Lhea saat itu.Andreas menatap Lhea yang saat itu berumur sama dengan dirinya yaitu masih berumur 6 tahun."Aku kangen sama ibu." jawabnya dengan menangis.Lhea yang saat itu memakai baju yang berwarna pink dia langsung memeluk Andreas yang saat itu memakai baju yang berwarna hitam." Tenang saja akulah aku akan menjadi keluargamu." ucap Lhea.Amdreas yang duduk sambil mulutnya tidak bisa menelan makanan yang dia rasakan Dia hanya bisa menganggukkan kepalanya, dia yang dipeluk oleh Lhea hanya bisa mengusap air matanya.Saat ini Andreas yang tengah duduk di restoran dia juga teringat masa itu, tiba-tiba matanya berkaca-kaca.Dan membuat Lhea yang berada di depannya dia pun tersenyum."Bagaimana?" tanya Lhea perihal rasa kue yang dimakan oleh Andreas.Andrea pun membalasnya dengan sebuah senyuman, " rasanya masih tetap sama." jawabnya."Jika enak kamu habis
"Intinya kamu harus mengambil tindakan." ucap Fia.Lhea yang tengah terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Fia dia pun menatap Fia. "Kalau begitu aku harus mengungkapkan perasaanku, dan kalau bisa aku harus segera Lamaran sama dia untuk mengikatnya." ujarnya.Lalu Lhea terdiam membuat Fia menatap Lhea dan mengurutkan dahinya. "Kok kamu diam Kenapa Lhea?" tanya Fia.Lhea menarik nafasnya dalam-dalam, "bagaimana caranya aku bisa mengungkapkan perasaanku?" jawabnya sambil bertanya.Dan di sisi lain saat ini Andreas yang berada di kantornya dia tengah duduk di sofa yang berada di ruangannya, dia tengah duduk menyandarkan bahunya.Di depannya ada Hans yang tengah duduk sambil meminum kopi, nampaknya kini mereka berdua Tengah bersantai."Aku sebentar lagi akan pindah tugas, aku akan pindah di Negara wilayah Tenggara." Celetuk Andreas.Hans yang tengah duduk dia pun terkejut, "haaahhh yang benar saja kamu, kamu kan di sini seorang CEO Kenapa kamu bisa dipindahkan tugas secara sepihak?" t
Lalu Andreas pun beranjak dari tempat tersebut dia langsung masuk ke dalam kamarnya." ya sudah om kalau begitu aku masuk kamar dulu ada beberapa dokumen yang tertinggal di kamar." ujar Andreas.Robin dengan tengah duduk dia pun menganggukan kepalanya, lalu Andreas pun masuk ke dalam kamar yang berada di rumah besar tersebut.Dia mengambil beberapa dokumen penting perusahaan yang sedang dia kelola.Lalu Andreas yang berada di dalam kamarnya dia pun terdiam dia duduk di sofa yang berada di kamar tersebut.Dia duduk sambil mengingat kembali apa yang dikatakan oleh Robin kepada dirinya.Lalu Andreas tertawa dan mengelengkan kepalanya mengingat itu dan dia pun membuang pikiran tersebut dia langsung beranjak dari duduknya dan dia langsung langkahkan kakinya untuk keluar dari kamar tersebut.Kamar yang memiliki ukuran begitu luas dan memiliki banyak sekat di dalamnya, kamar yang begitu sangat nyaman yang dia tempati selama di rumah tersebut.Andreas langsung pergi dari rumah tersebut, dan
.Lalu Andreas menghidupkan mobilnya dan dia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan yang rendah, ternyata Andreas saat ini ingin pergi ke rumah Robin.Dia ingin tahu apa yang dikatakan oleh Robin, dia ingin mengulik maksud tujuannya asistennya masuk ke dalam apartemen pribadinya.Karena hal itu pasti atas dasar suruhan Robi.ln.Perjalanan dari apartemen pribadi Andreas ke rumah Robin tidaklah begitu jauh, dia mengendarai mobilnya dengan mengontrol emosinya, tak perlu diragukan lagi Andreas adalah sosok yang sangat begitu tenang, dia menarik nafasnya dalam dalam dan mengeluarkannya secara perlahan."Aku harus bisa menghadapi ini." gumamnya di dalam hati.Dan dia pun sampai di depan rumah Robin, saat dia masuk ke dalam rumah tersebut.Robin yang berada di rumahnya tengah duduk di ruang tamu itu dia tengah menghisap rokok yang berada di tangannya.Rokok yang berbentuk panjang dan warna coklat, rokok tersebut memiliki ukuran yang sangat begitu besar.Dan pada saat itu juga Andreas