Home / All / Permainan Kakak Kandungku Yang Janda / Skandal Sempak Hilang Satu

Share

Skandal Sempak Hilang Satu

Author: Kom Komala
last update Last Updated: 2022-06-16 21:48:19

"Hah, sempak ini? Kok mirip yang dipakek Bang Panjul semalam? Ah iya, merek dan warnanya sama." Aku menelisik dalam hati. Sempat ada perasaan aneh, tapi semalam jelas aku dengar nama Mas Aryo di kamar inj. Bahkan sedang mendesah-desah dengan Mbak Widya, sampai lupa apa dia pakai dalaman?

"Nur–."

Akhirnya Mbak Widya sudah kembali. Aku dalam keadaan memegang sempak dengan dijinjing menggunakan jari telunjuk dan ibu jari karena tadi ingin memastikan.

"Hup." Aku kaget lalu menjatuhkan lagi sempak itu. Mbak Widya bola matanya melebar seperti ingin jatuh saja copot dari kelopaknya.

"Hah?" Mbak Widya terkaget-kaget. Tapi aku juga harus menanyakan, kok sempak Mas Aryo sama dengan yang dipakai Bang Panjul semalam? Bukankah aku sering lihat jemuran sempak Mas Aryo, beda merek?

Mbak Wiyda seperti melihat hantu. Ah, harus aku tanyakan.

"Nur, kamu kok ih, pegang-pegang sempak itu. Lancang kamu, Nur!" Mbak Widya marah dan secepat kilat menjiwir sempak yang sudah aku jatuhkan ke lantai. Ia masukkan ke keranjang cucian seperti membuang tikus burik.

"Bukan lancang, Mbak, aku masuk ke kamar ini juga atas ijin Mbak 'kan, Mbak, mau ambil casan. Nah, aku lihat sempak mirip sama sempak Bang Panjul–."

Belum selesai bicara, Mbak Widya sudah membungkam mulutku dengan kalimatnya. "Heh, sembarangan kamu ya, Nur! Enak aja, memang cuma si Panjul yang punya sempak seperti itu! Orang lain juga punya, termasuk Mas Aryo!" celetuknya menyanggah. Ya, memang benar, semua pria pasti punya sempak yang sama dengan cara kebetulan.

"Tapi aku sering lihat jemuran Mbak kalau Mas Aryo pulang, mereknya beda. Bang Panjul juga badannya tinggi besar, lingkar pinggangnya juga tak akan sekecil itu." Aku menerobos menyelidik. Jangan-jangan Mbak Widya dengan Mas Aryo mencuri sempak suamiku.

"Heh, Nur, ngomong ya dijaga. Mana ada sempak si Panjul di sini? Memangnya aku berhubungan sama dia lalu lupa sempak, ya? Astaga, nyebut, Nur, nyebut!" Mbak Widya malah memaparkan hal yang sama sekali tidak pernah aku pikirkan. Kenapa dia sampai kepikiran kalau mereka berhubungan lalu lupa sempak? Padahal aku hanya menduga, mereka mencuri sempak Bang Panjul yang 20 ribu dapat 3 biji. Sedangkan Mas Aryo, dia kan sempaknya yang lumayan mahal. Yang belinya pakai dus, harganya 60 ribu dapat 3 biji.

Aku lantas heran. "Mbak kok mikir ke sana? Nur hanya menduga Mbak nyuris sempak suami Nur loh, Mbak. Eh, jangan-jangan Mbak sama Mas Aryo nyuri dari jemuran yang masih belum kering bener ya, Mbak? Halah, Mbak ngaku saja, Mbak. Mbak kan suka beli sempak yang mahal. Itu tuh yang tadi 20 rebu dapat tiga," cerocosku.

Namun, setelah mendengar cerocosanku barusan, wajah Mbak Widya malah memerah. Ah, ketangkap basah dia, jangan-jangan dia mencuri sempak Bang Panjul. Kurang ajar mereka. Apa tidak jijik? 

"Em … ah sudahlah, waktu itu Mbak ke pasar Senen, dan beli sempak itu kepaksa. Meski murah ya gak apa, yang penting gak bolong wadahnya," kata Mbak Widya dengan rona pipi yang masih merah.

Aku sama sekali tidak percaya. "Bohong kamu, Mbak. Lantas, kenapa kamu gugup begitu? Dan satu lagi ya, mana mungkin tuh sempak muat di pinggang Mas Aryo! Kasihan dia, jadi kepaksa sesak pakek sempak itu. Keterlaluan Mas Aryo. Apa dia tidak tahu kalau Bang Panjul ada sedikit koreng di dekat pantatnya. Ih." Aku sengaja menjijikan supaya dia tidak berani lagi mencuri sempak Bang Panjul.

"Ih, jijik, Nur, jijik! Lakimu korengan? Sebelah mana?"

Lah, dia malah menanggapi korengan suamiku dan bertanya di sebelah mana. Semprul si Mbak Widya, untuk apa dia tanya, apa mau lihat?

"Itu privasi, Mbak. Dan kalau Mbak tahu juga untuk apa, gak pakai Mbak ini. Yang harusnya jijik itu kan cuma aku sama Mas Aryo yang pakai sempaknya. Ntar Mas Aryo ketular, ih!" Bahuku menggidik jijik.

"Ih, pergi, pergi! Mbak mau tidur lagi. Dan jangan comot-comot barang Mbak ya lain kali. Ih!" Mbak Widya sewot sekali.

"Ya sudah, ini aku mau bawa casan aja, Mbak. Makanya terapti kalau udah bertempur." Aku memberi masukan, kenapa pula Mas Aryo sampai lupa pakek kostum mininya. Haduh, pasti dia sejak awal sudah pakai sempak itu. Makanya dia pakai malam tadi. Mungkin terburu-buru karena takut ketahuan aku.

Menjelang siang hari Mbak Widya masih ketus dan kesal, sepertinya gegara aku menuduh Mas Aryo mencuri sempak Bang Panjul. Ah, masak iya juga. Ya mungkin memang beli, tapi ukurannya kekecilan, jadi ditinggal. Ya, pasti begitu. Aku harus positif tingting, mana bisa pria semacam Mas Aryo curi daleman, harkh.

Saat ini aku sedang merapikan pakaian. Angkat jemuran, karena mentari sinarnya terik sekali, jadi jemuran sudah kering semua. Tepat di pukul dua siang, sudah kering sempurna. Apalagi yang kainnya tipis-tipis.

Aku langsung melipat pakaian itu. Ada yang Mbak Widya, aku biarkan saja melumuk tak aku lipat. Kesal aku sama dia. Kalau tidak suuzon, tapi tadi wajahnya merah sekali ketakutan. Hah, sudahlah aku maafkan saja.

Menuju lipatan baju ke yang kecil-kecil, seperti dalamanku dan juga dalaman Bang Panjul.

Deg!

Sungguh aku kaget. Otak ini yang IQ-nya dibawah standar kalau di tes di sekolah, masih mengingat sebuah sempak yang dipakai Bang Panjul semalam. Kenapa tidak ada? Dan aku baru ingat tidak begitu memperhatikan saat tadi subuh mencucinya. Ada tidak ya tadi saat dicuci? Dan semalam dia pakai warna yang sama yang aku temukan di kamar si Mbak Widya.

Jantungku malah berdegup kencang. Namun aku langsung buru-buru cari di bawah tali jemuran, takutnya terbang dan dibawa kucing tetangga ke jalan raya. Bisa malu tingkat Bu Kades aku.

Nihil, tidak ada. Di kamar pun tidak ada, di mana-mana tidak ada. Karena jelas sekali, aku sudah membersihkan kamar dari baju-baju kotor.

Lekas aku ada pikiran untuk cek ke lemari. Karena aku bukan orang kaya yang punya sempak satu lemari, jadi jumlahnya masih kuhafal dan kuingat. Aku pernah sekali membelikan sempak 20 rebu dapat tiga, dan bawa Bang Panjul ada tujuh biji. Jadi, dia hanya punya sepuluh sempak setelah pindah ke rumah ini, dan tadi dibawa empat. Pasti sisanya ada enam di lemari.

Gegas aku cek.

"Satu, dua, tiga, empat …." Dalam hati aku berhitung. Ternyata di lemari hanya ada empat, satu lagi baru diangkat dari jemuran karena yang kemarin, dan baru sadar, memang sempak Bang Panjul yang warna merah marun, namun masih bagus karena masih baru, itu tidak ada. Hanya ada yang warna coklat dan hitam, karena waktu itu aku beli 20 ribu, tiga warna.

Entah kenapa hatiku malah menyelisik. Ini benar-benar aneh, kenapa sempak yang dipakai saat kami bertempur malam itu tidak ada di jemuran. Dan malah tadi subuh aku menemukan sempak yang sama di kamar Mbak Widya. Kalau Mas Aryo beli, harusnya punya Bang Panjul ada. Tapi, kalau dia mencuri, mana bisa dipakai dalam waktu bersamaan. Sedangkan aku melihat semalam Bang panjul pakai sempak itu, dan tadi subuh Mbak Widya bilang kalau itu milik Mas Aryo.

Dadaku kini benar-benar sesak. Lalu teringat dengan omongan Mbak Widya saat nyerocos tadi, soal memang Mbak tidur dengan lakimu. Itu, aku padahal tidak berpikir ke sana.

Ada sresetan di seluruh tubuhku ini. Agak bergejolak di perut dan seperti mual. Bola mataku saja kini berair. Aku memang begini kalau panik. Melipat pakaian pun terabaikan karena memikirkan skandal dalaman. 

Astaga, aku memang wanita yang tidak begitu cerdik. Tapi aku harus meneliti apa yang sebenarnya terjadi. Mas Aryo, aku harus mencari tahu dari dia. Bagaimanapun caranya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
diyah dhee
Yawlaaa thor, perkara sempak aja bisa bikin perut kram ......... Antara polos sma ogeb emang beda tipisss yak ......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   End

    Saat ini ada kesempatan Bang Panjul untuk mengurung Mbak Widya di kamar. Dia langsung menguncinya hingga kini suara godor-gedor pintu pun terdengar dari balik kamar pribadi mereka."Bang! Bang! Buka! Buka, eh, buka! Itu di sana ada Mas Aryo yang mau datang untuk mengajak aku jalan-jalan. Kamu jangan terlalu cemburu Bang Panjul, biarkan aku jalan sama dia sekarang. Buka pintu ini! Cepetan muka!"Dari balik kamar sana Mbak Widya masih terus berteriak dan menggedor-gedor pintu. Aku dan Mas Aryo benar-benar jadi bingung untuk membawa Mbak Widya ke psikiater. Kalau dibiarkan pasti gangguan emosinya pasti lebih parah.Kini si Bang Panjul duduk di kursi dengan tatapan lesu dan lunglai. Dia juga mengacak rambut seolah-olah pusing dengan keadaan yang saat ini ia hadapi."Kenapa si Widya jadi begitu? Kenapa dia malah parah seperti ini ya?" Dia bicara sendiri di depan kami berdua."Istri kamu memang gila, Panjul! Pokoknya kamu harus ganti semua barang ibu yang pecah ini. Pokoknya Ibu juga nggak

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Gagal bawa ke psikiater

    PoV Nur***"Mau ngapain? Pokoknya aku gak mau, ya? Awas kalau kalian berani bawa aku ke mana-mana. Mati kalian!" Akan dibawa ke psikiater, Mbak Widya malah ngamuk-ngamuk di depan aku dan Mas Aryo, di depan Bang Panjul dan juga ibunya. Dia benar-benar brutal. Baru kali ini aku melihat Mbak Widya sengamuk ini. Betul-betul, otaknya sudah berat sebelah."Ya udah, kalau gak mau ya udah. Jangan kamu rusak semua barang saya, Widya!" Mantan mertua ngomel. Lihat saja apa yang terjadi, Mbak Widya acak-acak isi rumah. Sampai panci, wajan, centongan, semuanya berhamburan keluar. Seperti ada pertempuran antara istri dan selingkuhan suaminya.Brang! BRENG!Pluk!"Sinting kamu, Widya! Apa yang kamu lakukan? Rusak saja barang lain, jangan barang milik saya! Heurkh!"Bu Nengsih murka habis-habisan. Apalagi karena kekacauan ini malah berhasil mengundang perhatian para tetangga. Beberapa warga berhamburan menjadikan rumah Bu Nengsih ini sebagai pusat perhatian.Aku dan Mas Aryo pun bingung harus bag

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Stres Betulan?

    Semakin aneh lagi Mbak Widya. Jangan-jangan …"Sebenarnya ada apa, Bang?" Aku sangat penasaran dan langsung menanyakan pada si Bang Panjul."Sejak minum baygon sama so Klin lantai, otaknya jadi gesrek, Nur! Abang 'kan pernah cerita sama kamu waktu itu." Bang Panjul menjelaskan dengan fasih."Hah, jadi itu beneran?" Aku kaget, Mas Aryo pun masih ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."Beneran, Nur. Sepertinya kalau tidak keburu dicegah, dia bisa mati. Eh, malah stres!" kesal si Bang Panjul."Astaghfirullahaladzim!""Heh, jangan bilang aku stres ya, Bang? Kurang ajar! Kamu yang stres, kamu gak bisa kasih aku uang banyak! Kamu yang stres!" Mbak Widya nyolot.Aku tak habis pikir dengan tingkah Mbak Widya saat ini. Dia seperti lain, ini bukan dia. Kalau pembahasannya sih masih sama, tapi cara dia tampil dan dia ngelantur, ini beda."Lihat 'kan, Nur? Dia tidak gila semacam amesia, dia masih sadar, hanya kadang ngelantur dan kayak orang gila. Lihat aja, baju dia pakai dobel-dobel kayak gitu

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Calon Anggota Keluarga Baru

    PoV Nur***"Sebenarnya istri saya kenapa, Dok? Kok bisa sampai muntah-muntah begini, ya? Apa asam lambung?" Dokter malah senyam-senyum. "Selamat, Bu Nur sedang mengandung. Sepertinya sudah mau jalan 4 Minggu."Deg!Aku dan Mas Aryo yang duduk di depan dokter, di ruang pemeriksaan ini pun terkaget-kaget sekaligus bahagia. "Yang bener, Dok? Jadi istri saya hamil?"Aku hanya mampu berkali-kali meneguk liur saking terharunya. Kalau ini benar, alhamdulillah, kami memang benar-benar menanti. Itu alasan kenapa aku tidak ikut KB."Betul sekali. Apalagi istri Bapak telat datang bulan, ya?" ucap dokter lagi.Mas Aryo melirikku. "Kamu telat datang bulan?" tanyanya padaku.Aku pun manggut-manggut dengan senyum yang ragu. Memang tadi dokter bertanya mengenai hal itu."Alhamdulillah, jadi beneran hamil, ya?" Mas Aryo memastikan lagi pada dokter perempuan yang tengah memeriksaku.Begitu bahagianya kami. Ini adalah rezeki terindah sepanjang sejarah. Ah, aku hamil? Jadi pusing-pusing belakangan ini

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Tarian Bollywood

    "Ya pakek nomor suamimu lah! Pakek nomor siapa lagi? Lagian, pasti pesannya udah dihapus. Tadi, barusan aja suamimu hubungi aku. Eh, kamu keburu datang aja, Nur. Hemh." Seharusnya ini bisa membangkitkan emosi anak kurang ajar ini. Tapi, bukannya dia marah, wajahnya malah lesu dan malas."Pakai nomor yang mana, Mbak? Pakai nomor yang ini?" Ia merogoh hp dari tas kecilnya, "ini hp Mas Aryo kebawa sama aku waktu tadi Mas Aryo peluk aku dan genggam-genggam tangan aku, kayaknya dia simpan hp di keranjang belanjaan tanpa sadar. Kayaknya gak ada kiriman pesan atau pesan masuk dari kamu deh, Mbak. Atau Mas Aryo pakai nomor mana ya?" Dengan penuh keyakinan dia membuat emosiku berapi-api. Hah? Bagaimana bisa hp Mas Aryo tertinggal di keranjang si Nur? Ah, lalu tertinggal saat si Mas Aryo meluk dia?"Eh, kamu lancang ya bawa-bawa hp suami!" tegurku kesal. Entah kenapa kesempatan membuat mereka adu mulut jalannya sesulit ini. Kenapa kebetulan? Lalu alasan apalagi?"Sudahlah, Wid, kamu pulang sa

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Datang Mertua

    PoV Widya***"Eh, eh, eh, apaan ini?"Seorang wanita paruh baya yang kehadirannya membuatku terkejut itu sudah berkacak pinggang. Ia menatapku dengan sengit. Ibu, kenapa mertuaku ada di sini?"Ibu?""Dasar istri kurang ajar! Bilang mau nyari kerja, kenapa kamu di sini? Mau ngapain di sini? Jangan-jangan kalian berdua main di belakang lagi ya?" cerocosnya. Mas Aryo pun bukannya kaget tapi dia malah geleng-geleng kepala. "Jangan asal tuduh, Bu. Lihat menantu Ibu yang menyodorkan dirinya pada saya. Sudah saya suruh pergi malah makin nyosor." Mas Aryo tega seserius itu membicarakan aku.Aku di sini panik."Eh, eh, eh, si Widya ini bikin malu. Sudah lagi perut bunting, sekarang malah begini. Gak waras kamu, ya?" celetuk mertua."Bu, diam dulu. Aku ke mari … aku ke mari karena ada urusan. Iya 'kan, Mas?" Aku melirik Mas Aryo berharap dia mau kongkalingkong. Kukedip-kedipkan mata memberikan kode."Urusan apa, Wid? Kamu mau ganggu aku lagi ya? Aku malu sih pernah jadi suami kamu. Lebih baik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status