แชร์

Ada, Tapi Ada Yang Aneh

ผู้เขียน: Kom Komala
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-06-16 21:50:26

Bergetar terus dada ini sejak tadi menepi kenyataan kalau sempak Bang Panjul hilang satu. Sampai-sampai berjalan pun lututku ikut lemas. Aku fasih betul, aku orangnya apik dan dalaman pribadi Bang Panjul itu tidak ada yang hilang sebelum ini. Jumlahnya aku hafal, dia bukan artis yang punya sempak banyak gonta-ganti 30 kali dalam sebulan. Huwh … kuelus dada, berharap sesuatu hal aku lihat untuk memastikan. Tidak mungkin tikus bawa kain segi tiga itu dan kebetulan yang warna itu.

Aku saat ini dari arah dapur, namun agak heran melihat Mbak Widya yang baru saja seperti jalan dari arah kamarku. "Mbak?" Kutegur dia secepatnya. Wajah Mbak Widya biasa saja, sepertinya tidak ada yang aneh. 

"Eh, Nur, kamu di sana? Mbak cariin kamu." Dia menjawab tanpa ada mimik wajah keraguan yang kutangkap.

"Ngapain Mbak cari aku?" Aku masih agak kesal, "nyari aku jam segini 'kan gak mungkin di kamar," sambungku menyanggah.

"Jangan ketus, Nur, Mbak mau pinjam lagi casan hapemu. Oiya, kamarmu lantainya ngeres banget. Kotor. Gak disapuin, ya?" komentar Mbak Widya di akhir. Aku pun geleng-geleng kepala dengan lontarannya barusan. Mana ada kamarku kotor, sudah dipel, sudah disapu juga.

"Jangan hina aku, Mbak, aku tukang bersih-bersih. Sejak subuh tuh kamar sudah aku sapu dan aku pel." Dengan lugas aku protes atas celetukkan Mbak Widya. Memangnya dia?  Si canfik yang tidak suka nyapu lantai. Hemh 

"Heh, bukan ngehina. Coba saja kamu jalan di kamarmu. Mungkin kakimu kurang mulus, Nur, jadi gak kerasa ya. Sekalian pinjam casan." 

Karena aku penasaran masak iya kamar kotor, lekas segera kuinjak lantainya. Eh, iya juga, kok seperti ada debu kasar. Padahal sudah aku sapu dan pel juga tadi. Masak belum satu hari, lantai sudah kotor lagi. Apa kucing tetangga masuk kamar kakinya kotor?

"Iya 'kan? Gak percaya kamu. Sana ambilkan casannya, Mbak tadi mau ke dalam, tapi kaki Mbak yang halus ini jinjit karena kotor. Ah ga jadi aja, Mbak nunggu kamu."

Aku pun hanya mendenguskan nafas. Merasa kesal dengan kucing tetangga yang memang liar. Dia sering masuk, tapi entah kenapa sekotor ini. Atau hama kayu dari kusen menjatuhkan kotorannya yang mirip permifan itu ya? Dan aku cek bukan, itu seperti kotor dari tanah berpasir. Apa aku kurang bersih nyapunya, ya?

"Nih, Mbak," ujarku menyodorkan casan hape. Mbak Widya pun segera pergi setelah menyuruhku sapu lagi lantai kamar.

Tanpa lama-lama aku segera ambil sapu. Kubersihkan lagi lantai dengan sapu dari mulai kelokan ruangan kamar ini. Bahkan, sampai ke bawah risbang baru bawaan seserahan Bang Panjul untukku.

Teg!

Saat kusapu lagi bawah risbang, ternyata wadah benda pusaka suamiku ada tersapu oleh sapu dari berbahan ijuk ini. "Lah, kok bisa? Tadi aku juga nyapu gak ada. Apa kurang dalam ya?" pikirku berkecamuk heran.

Spontan saja telunjuk ini menggaruk pelipisan dan satu tangan simpan sapu, lalu ambil sempak itu. Ah, aku sudah suuzon, ternyata jatuh ke sini sempaknya? Warna dan ukuran juga sama persis seperti yang aku temukan di kamar Mbak Widya. Kubeberkan, baunya menyengat sekali. Uwok, aku jorok sampai mencium baunya. Jelas bau Pesing dan bau alpukat, bukan akan sewngi parfum maskulin.

"Nah, apa itu?" 

Saat keluar hendak cuci dalaman Bang Panjul, Mbak Widya ternyata masih ada di depan kamarku. Mana bisa aku menjawab, batin sudah sur-ser suuzon dan kesal, dan kini Mbak Widya menghampiriku dengan kebodohan yang ada. Aku menduga dia mencuri, tapi ternyata sempak milik Bang Panjul ada di bawah risbang. Hadeuh, aku salah paham.

"Itu kok sempak mirip sama punya Mas Aryo? Oh, jadi itu yang kamu tuding ke Mbak nyuri itu, ya? Nur, Nur, kamu masih saja kurang cerdik, ya? Mana ada orang nyuri daleman kecuali buat pelet. Kalau Mas untuk dipakai, mana mau, jijik. Apalagi katamu si Panjul korengan di dekat pantatnya, ih!" Mbak Widya menggidikkan bahunya jijik. 

Aku yang merasa memang bodoh pun tak mau menanggapinya. Biar saja aku melengos cepat ke ke arah kamar mandi untuk mencuci.

Sembari mencuci, aku berpikir, seharusnya kalau bersih-bersih itu lebih teliti. Dan aku rasa, seperti biasa aku teliti.

Namun, setelah akan menjemur segi tiga kampret yang sempat membuat aku suuzon pun, dengan hafal dan tidak amnesia, aku ingat betul, Bang Panjul pakai lagi sempaknya setelah kami bertempur malam tadi. Ya, aku ingat. Dan tadi subuh, dia seperti biasa, langsung mandi, dan melepas pakaian di WC sana. Dan dengan ini, aku heran, kenapa bisa sempak ada di bawah ranjang, sedangkan aku lihat juga dengan pasti. Tidak ada busana yang ia copot, karena saat dia bangun, aku ada di sampingnya sedang masukkan pakaian untuk ia bawa. Dia langsung gegas, tak terlihat otak-atik bagian bawahnya mencopot sesuatu.

Pikiranku menduga ke arah positif, kalau Bang Panjul bawa lagi sempaknya ke dalam kamar, lalu jatuh. Itu bisa jadi. Tapi sayangnya, aku masih ada di kamar, dan dia hanya kembali seorang diri dengan hanya handuk menempel menutupi area bawah. Handuknya saja aku yang bawakan seperti biasa. Sudah mandi, dia berteriak, "Nur, handuk!" Begitu setiap ada di rumah kalau mandi.

Aneh!

Aku pikir ini benar-benar aneh. Andai aku pintar, punya nilai yang tinggi di sekolah, mungkin logika ini akan jalan. Mikir, Nur, mikir!

"Nur, Mbak mau ke minimarket beli bedak, sudah habis." 

Tiba-tiba Mbak Widya yang masih aku kesalkan itu pun pamit. Karena belum sreg di hati, aku hanya menjawabnya dengan asam. "Hem." Hanya itu.

"Oiya, kamu kalau mau bersih-bersih di kamar Mbak seperti biasa, dengan senang hati, ya. Oiya, Mbak juga 'kan belum nyuci hari ini. Hihi. Kalau kamu mau cucikan, boleh, nanti Mbak belikan kamu mie goreng yang paling kamu suka." Mbak Widya pikir aku bocah?

"Hemh." Hanya itu lagi.

Dan, setelah Mbak Nur pergi dengan pakaian menjiplaknya itu pun aku baru tersadar. Harus aku mencuci pakaian Mbak Widya, dan itu artinya aku akan mencuci juga sempak yang tadi subuh aku lihat. 

Secepat kilat dengan jurus kuyang, eh, maksudnya dengan jurus Sangkuriang, aku langsung ke kamar Mbak Widya untuk menyelidiki segi tiga pertua itu. Kalau ada, itu artinya, memang bukan sempak yang sama. Karena tadi aku teliti betul melihatnya, aku masih ingat bagaimana kebaruan dari si benda wadah pusaka itu.

Kini keranjang cucian Mbak Widya sudah di hadapan. Aku memang acap kali mencuci pakaiannya, lalu dia beri sesuatu untukku. Kan lumayan, tapi sekarang, ada penyelidikan lain. Detektif Nur mulai beraksi.

Awas kamu, Mbak, kalau sampai tidak ada sempaknya, itu artinya memang sempak itu sama. Dan jangan-jangan tadi kamu masuk ke kamarku itu untuk bersandiwara simpan kain itu di bawah risbang. Harkh, kalau sampai ada main antara kamu dengan Bang Panjul, habis bulu matamu itu kubakar!

Teg!

Eh, salah, ternyata segi tiga pengaman yang tadi itu masih ada. Tadinya jantungku sempat berdegup kencang, dag-dig-dug suaranya seperti gendang menabuh peperangan. Tapi sekarang, keningku mengernyit lalu getaran di dada pun melemah. 

"Alhamdulillah …." Dengan mengucap syukur kepada Yang Maha Agung, akhirnya kecurigaanku ini buntu. Bukan buntu, ada buktinya. Hal yang aku duga itu salah. Segitiga dengan warna sama, masih ada di keranjang cucian Mbak Widya. Dan kini, dengan suka hati pun aku segera mengais keranjang itu lalu membawanya keluar kamar.

Tapi …

Tunggu, kulihat kembali segitiga itu. Dengan kekuatan mata kucing, ingusan anjing pemburu, dan rabaan pria tengah malam saat listrik mati, kuambil kusimpan sejenak keranjang cucian Mbak Widya tepat di ambang pintu kamar mandi.

Aku ambil lagi si benda itu meski aku pun jijik. Kuteliti dengan halus lalu mengingat memori tadi subuh saat melihat benda yang sama.

Tegh!

***

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (1)
goodnovel comment avatar
Try Octaviana
nur bod*k nya berlebihan
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   End

    Saat ini ada kesempatan Bang Panjul untuk mengurung Mbak Widya di kamar. Dia langsung menguncinya hingga kini suara godor-gedor pintu pun terdengar dari balik kamar pribadi mereka."Bang! Bang! Buka! Buka, eh, buka! Itu di sana ada Mas Aryo yang mau datang untuk mengajak aku jalan-jalan. Kamu jangan terlalu cemburu Bang Panjul, biarkan aku jalan sama dia sekarang. Buka pintu ini! Cepetan muka!"Dari balik kamar sana Mbak Widya masih terus berteriak dan menggedor-gedor pintu. Aku dan Mas Aryo benar-benar jadi bingung untuk membawa Mbak Widya ke psikiater. Kalau dibiarkan pasti gangguan emosinya pasti lebih parah.Kini si Bang Panjul duduk di kursi dengan tatapan lesu dan lunglai. Dia juga mengacak rambut seolah-olah pusing dengan keadaan yang saat ini ia hadapi."Kenapa si Widya jadi begitu? Kenapa dia malah parah seperti ini ya?" Dia bicara sendiri di depan kami berdua."Istri kamu memang gila, Panjul! Pokoknya kamu harus ganti semua barang ibu yang pecah ini. Pokoknya Ibu juga nggak

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Gagal bawa ke psikiater

    PoV Nur***"Mau ngapain? Pokoknya aku gak mau, ya? Awas kalau kalian berani bawa aku ke mana-mana. Mati kalian!" Akan dibawa ke psikiater, Mbak Widya malah ngamuk-ngamuk di depan aku dan Mas Aryo, di depan Bang Panjul dan juga ibunya. Dia benar-benar brutal. Baru kali ini aku melihat Mbak Widya sengamuk ini. Betul-betul, otaknya sudah berat sebelah."Ya udah, kalau gak mau ya udah. Jangan kamu rusak semua barang saya, Widya!" Mantan mertua ngomel. Lihat saja apa yang terjadi, Mbak Widya acak-acak isi rumah. Sampai panci, wajan, centongan, semuanya berhamburan keluar. Seperti ada pertempuran antara istri dan selingkuhan suaminya.Brang! BRENG!Pluk!"Sinting kamu, Widya! Apa yang kamu lakukan? Rusak saja barang lain, jangan barang milik saya! Heurkh!"Bu Nengsih murka habis-habisan. Apalagi karena kekacauan ini malah berhasil mengundang perhatian para tetangga. Beberapa warga berhamburan menjadikan rumah Bu Nengsih ini sebagai pusat perhatian.Aku dan Mas Aryo pun bingung harus bag

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Stres Betulan?

    Semakin aneh lagi Mbak Widya. Jangan-jangan …"Sebenarnya ada apa, Bang?" Aku sangat penasaran dan langsung menanyakan pada si Bang Panjul."Sejak minum baygon sama so Klin lantai, otaknya jadi gesrek, Nur! Abang 'kan pernah cerita sama kamu waktu itu." Bang Panjul menjelaskan dengan fasih."Hah, jadi itu beneran?" Aku kaget, Mas Aryo pun masih ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."Beneran, Nur. Sepertinya kalau tidak keburu dicegah, dia bisa mati. Eh, malah stres!" kesal si Bang Panjul."Astaghfirullahaladzim!""Heh, jangan bilang aku stres ya, Bang? Kurang ajar! Kamu yang stres, kamu gak bisa kasih aku uang banyak! Kamu yang stres!" Mbak Widya nyolot.Aku tak habis pikir dengan tingkah Mbak Widya saat ini. Dia seperti lain, ini bukan dia. Kalau pembahasannya sih masih sama, tapi cara dia tampil dan dia ngelantur, ini beda."Lihat 'kan, Nur? Dia tidak gila semacam amesia, dia masih sadar, hanya kadang ngelantur dan kayak orang gila. Lihat aja, baju dia pakai dobel-dobel kayak gitu

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Calon Anggota Keluarga Baru

    PoV Nur***"Sebenarnya istri saya kenapa, Dok? Kok bisa sampai muntah-muntah begini, ya? Apa asam lambung?" Dokter malah senyam-senyum. "Selamat, Bu Nur sedang mengandung. Sepertinya sudah mau jalan 4 Minggu."Deg!Aku dan Mas Aryo yang duduk di depan dokter, di ruang pemeriksaan ini pun terkaget-kaget sekaligus bahagia. "Yang bener, Dok? Jadi istri saya hamil?"Aku hanya mampu berkali-kali meneguk liur saking terharunya. Kalau ini benar, alhamdulillah, kami memang benar-benar menanti. Itu alasan kenapa aku tidak ikut KB."Betul sekali. Apalagi istri Bapak telat datang bulan, ya?" ucap dokter lagi.Mas Aryo melirikku. "Kamu telat datang bulan?" tanyanya padaku.Aku pun manggut-manggut dengan senyum yang ragu. Memang tadi dokter bertanya mengenai hal itu."Alhamdulillah, jadi beneran hamil, ya?" Mas Aryo memastikan lagi pada dokter perempuan yang tengah memeriksaku.Begitu bahagianya kami. Ini adalah rezeki terindah sepanjang sejarah. Ah, aku hamil? Jadi pusing-pusing belakangan ini

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Tarian Bollywood

    "Ya pakek nomor suamimu lah! Pakek nomor siapa lagi? Lagian, pasti pesannya udah dihapus. Tadi, barusan aja suamimu hubungi aku. Eh, kamu keburu datang aja, Nur. Hemh." Seharusnya ini bisa membangkitkan emosi anak kurang ajar ini. Tapi, bukannya dia marah, wajahnya malah lesu dan malas."Pakai nomor yang mana, Mbak? Pakai nomor yang ini?" Ia merogoh hp dari tas kecilnya, "ini hp Mas Aryo kebawa sama aku waktu tadi Mas Aryo peluk aku dan genggam-genggam tangan aku, kayaknya dia simpan hp di keranjang belanjaan tanpa sadar. Kayaknya gak ada kiriman pesan atau pesan masuk dari kamu deh, Mbak. Atau Mas Aryo pakai nomor mana ya?" Dengan penuh keyakinan dia membuat emosiku berapi-api. Hah? Bagaimana bisa hp Mas Aryo tertinggal di keranjang si Nur? Ah, lalu tertinggal saat si Mas Aryo meluk dia?"Eh, kamu lancang ya bawa-bawa hp suami!" tegurku kesal. Entah kenapa kesempatan membuat mereka adu mulut jalannya sesulit ini. Kenapa kebetulan? Lalu alasan apalagi?"Sudahlah, Wid, kamu pulang sa

  • Permainan Kakak Kandungku Yang Janda   Datang Mertua

    PoV Widya***"Eh, eh, eh, apaan ini?"Seorang wanita paruh baya yang kehadirannya membuatku terkejut itu sudah berkacak pinggang. Ia menatapku dengan sengit. Ibu, kenapa mertuaku ada di sini?"Ibu?""Dasar istri kurang ajar! Bilang mau nyari kerja, kenapa kamu di sini? Mau ngapain di sini? Jangan-jangan kalian berdua main di belakang lagi ya?" cerocosnya. Mas Aryo pun bukannya kaget tapi dia malah geleng-geleng kepala. "Jangan asal tuduh, Bu. Lihat menantu Ibu yang menyodorkan dirinya pada saya. Sudah saya suruh pergi malah makin nyosor." Mas Aryo tega seserius itu membicarakan aku.Aku di sini panik."Eh, eh, eh, si Widya ini bikin malu. Sudah lagi perut bunting, sekarang malah begini. Gak waras kamu, ya?" celetuk mertua."Bu, diam dulu. Aku ke mari … aku ke mari karena ada urusan. Iya 'kan, Mas?" Aku melirik Mas Aryo berharap dia mau kongkalingkong. Kukedip-kedipkan mata memberikan kode."Urusan apa, Wid? Kamu mau ganggu aku lagi ya? Aku malu sih pernah jadi suami kamu. Lebih baik

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status