Share

Sudah Tahu Juga

"Kalau iya, apakah … apakah laki-lakinya itu … em, … laki-lakinya itu B–Bang Panjul?"

Huwh … bak bisul yang sudah meletus. Aku pasrah atas tanggapan Mas Aryo.

"Nur?" Dia kaget.

"Kenapa, Mas? Mas kaget ya?"

Wajah Mas Aryo memperlihatkan raut wajah kurang enak. Aku pun kini seperti paham.

"Nur … kenapa kamu …?"

Ah, aku sudah menduga memang hasratku tidak salah. "Jadi … jadi Mas Aryo pernah melihat Mbak Widya dengan suamiku, Mas?" Aduh, sesak sekali nafas. Tenggorokan juga tercekak bicara seperti ini.

Mas Aryo geleng-geleng kepala bermaksud tak habis pikir. "Maafkan Mas yang tidak bisa menjaga dan mendidik mbakmu, Nur."

Tegh!

Dan liurku terteguk lagi dengan susah payah. Meski berat, tapi ini kenyataan. Bahkan Mas Aryo sudah tahu sejak awal, sedangkan aku belakangan. Berarti kebejatan mereka sudah berulang kali.

"Jadi … jadi Mas Aryo juga … hiks!"

Astaga, Nur, kamu ternyata sekarang baru bisa meneteskan air mata untuk pria bajingan dan mbakmu yang bunglon itu. Ya Gusti, hatiku benar-ben
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status