Matahari terbit dan hari baru dimulai.Olivia bangun tidur dan mendapati kakaknya sudah bangun.Setelah Odelina keluar dari rumah sakit, Olivia bersikeras meminta kakaknya untuk tinggal sementara di rumahnya dan Stefan, untuk menjaga kakaknya agar bisa pulih total.Mengingat diri sendiri masih harus memulihkan diri, tapi juga memiliki seorang anak berusia tiga tahun yang harus diurus, Odelina akhirnya menyetujui permintaan adiknya.Mereka pun pindah ke vila Stefan untuk sementara.Odelina mengajak putranya berjalan-jalan di halaman.Cuaca di Mambera terasa panas. Ketika matahari sangat terik di siang hari, banyak orang yang tidak tahan dan menyalakan AC.Namun, paginya masih terasa sejuk.Vila itu juga sangat sepi di pagi hari. Odelina suka jalan-jalan di halaman di pagi hari, untuk berolahraga dan menikmati pemandangan bunga.Stefan bukanlah orang yang menyukai bunga dan tanaman. Dulu, bunga dan tanaman yang ada di dalam vila hanya untuk menambah sedikit keindahan untuk vilanya. Namun
“Para siswa sedang libur Hari Buruh hari ini, jadi kami tutup toko untuk beberapa hari. Kak, kamu belum sembuh sepenuhnya. Kamu harus lebih banyak berbaring.”Olivia menurunkan Russel. Anak itu berlari di depan, sementara Olivia dan Odelina berjalan pelan di belakang.“Kalau aku berbaring lagi, kepalaku mungkin akan tumbuh jamur. Aku nggak merasa ada yang nggak nyaman lagi sekarang, hanya lukaku yang masih terasa sedikit nyeri dan gatal.”“Lusa, aku juga harus kembali ke toko.”Lusa adalah hari ketiga setelah pernikahan Junia. Olivia dan Odelina akan pergi makan-makan di rumah keluarga Santoso.Setelah itu, Reiki akan membawa Junia pergi bulan madu.Pria itu mendapat cuti pernikahan selama dua bulan.Saat mereka berdua sedang berjalan-jalan santai, seorang pelayan datang dan berkata dengan hormat, “Bu, Pak Daniel datang.”Setelah mendengar perkataan pelayan itu, Olivia refleks langsung menatap kakaknya.Odelina berkata dengan tenang, “Oliv, dia datang atau nggak, tidak ada hubungannya
“Kamu nggak tidur nyenyak tadi malam?” Daniel bertanya pada temannya dengan prihatin.Dia memperhatikan Stefan turun ke bawah dengan wajah cemberut, lalu melihat pria itu berjalan mendekat dan duduk di sofa.“Kamu nggak mabuk tadi malam?” Stefan bertanya balik.Daniel tersenyum dan berkata, “Aku hanya minum dua gelas, jadi aku nggak mabuk.”Setelah jeda sejenak, dia melanjutkan, “Kalian semua punya pasangan yang bisa menjaga kalian saat mabuk. Ada yang peduli. Aku ini jomblo. Mabuk pun nggak ada yang akan menjagaku. Jadi, aku nggak berani minum terlalu banyak.”Stefan terkekeh dan berkata, “Cherly akan menjagamu dengan senang hati.”Begitu nama Cherry diungkit, senyuman di wajah Daniel langsung memudar.“Aku dan Cherly nggak mungkin. Dia juga sudah pindah dari rumahku.”Cherly juga sudah bersiap untuk meninggalkan Mambera.Semua kerja sama yang wanita itu sedang negosiasikan sudah hampir selesai semua.Saat ini, ibu Daniel masih berusaha keras untuk menjodohkan Cherly dengan Daniel. Ch
Odelina melakukannya supaya Daniel bisa melihat dari matanya bahwa dia tidak memiliki perasaan sedikit pun pada pria itu.Dia benar-benar tidak pernah berpikir ke arah sana.Daniel sadar dan hal itu membuatnya merasa sedikit frustasi. Namun, dia dengan cepat menenangkan diri.Odelina pernah mengalami pernikahan yang gagal, dan kini keluarga mantan suaminya masih terus mengganggunya, sehingga membuatnya sangat tidak percaya dengan cinta dan pernikahan.Tentu butuh waktu lama baginya untuk meluluhkan hati Odelina dan membuat wanita ini percaya lagi pada cinta dan pernikahan.Daniel juga memberi waktu beberapa tahun pada dirinya untuk mengejar dan menunggu tanggapan Odelina.Lagi pula, dia tidak terburu-buru untuk menikah.Asalkan Odelina tidak menikah dengan orang lain, dia rela menunggu selamanya.“Odelina, pagi.” Daniel pun membalas sapaan Odelina.Stefan pergi lebih dulu, sambil menggendong Russel dan Olivia.Sambil berjalan, dia mengeluh kepada istrinya, “Sayang, aku mabuk tadi malam
Daniel berdiri di sana, memperhatikan Odelina berjalan melewatinya dalam diam.Setelah beberapa lama, dia baru melangkahkan kakinya.Dia sudah tahu bahwa menyatakan cintaku pada Odelina akan membuahkan hasil seperti ini.Dia pun sudah siap mental untuk menunggu beberapa tahun sebelum Odelina bisa jatuh hat padanya.Setelah kembali ke rumah Stefan, Daniel menerima tatapan prihatin dari temannya itu.Stefan melihat tidak ada yang aneh dengan Daniel, sehingga dia tidak bertanya apa pun dan hanya mengajak temannya itu sarapan bersama.Dia juga menepuk pundak pria itu dan berbisik, “Nggak usah terburu-buru, pelan-pelan.”Daniel tersenyum dan berkata, “Aku nggak terburu-buru. Lagi pula, aku punya waktu seumur hidup untuk dihabiskan bersamanya.”Asalkan Odelina tidak menikah dengan orang lain.Dia tidak akan menyerah.“Dukungan Russel sangat penting,” ujar Stefan pelan.Daniel bergumam mengiyakan. “Aku tahu. Aku juga menyukai Russel dari lubuk hatiku yang paling dalam.”Sebelum jatuh cinta p
Rosalina memaki Calvin ratusan kali dalam benaknya.Akhirnya, dia keluar dari mobil.Begitu Rosalina turun dari mobil, Calvin kemudian mengambil tindakan.Dia berjalan mendekat, mengambil tongkat Rosalina dengan lembut dan penuh perhatian, lalu menggandeng wanita itu menuju mobilnya.“Mulai sekarang, aku yang akan mengantarmu.”“Oh, iya.” Calvin memberi isyarat kepada dua pengawalnya untuk datang menghampirinyaMereka adalah pengawal yang dia pindahkan dari vila, karena dia biasanya pergi juga tanpa pengawal. Dia, sebagai cucu kedua keluarga Adhitama, tidak setenar Stefan. Dia juga tidak perlu membawa rombongan pengawal untuk berjaga-jaga agar tidak ada wanita yang mendekatinya.Dua pengawal itu datang menghampirinya, dan Calvin berkata kepada mereka, “Ini Rosalina, calon majikan kalian. Mulai sekarang, kalian berdua akan mengikutinya, bukan untuk mengawasinya, tetapi untuk melindunginya. Kalau dia menghadapi masalah yang nggak bisa diselesaikan, baru beri tahu aku.”Dia mengatakan itu
Tak banyak yang tahu kalau Rosalina dipilih sendiri oleh Nenek Sarah untuk Calvin.Namun, kalaupun orang-orang mengetahuinya, mereka tetap tidak akan bisa menebak apa yang dipikirkan wanita itu.Calvin tidak pernah mengerti kenapa neneknya memilih Rosalina.Setelah mengetahui bahwa Rosalina sudah turun tangan untuk mengelola bisnis Siahaan Group, Calvin jadi sedikit mengerti.Meski dia tidak akan mengincar harta keluarga Siahaan, jika dia dan Rosalina menjadi suami istri dan mempunyai anak di kemudian hari, anak-anaknya tidak hanya akan mendapat harta dari keluarga Adhitama, tapi juga mewarisi harta keluarga Siahaan.Ini adalah satu-satunya alasan yang paling mudah untuk dipikirkan.Tentu saja, Calvin merasa neneknya bukan mengincar harta keluarga Siahaan, tetapi menyukai kepribadian Rosalina.Keluarga Adhitama adalah keluarga yang memiliki aset triliunan, sementara total kekayaan keluarga Siahaan hanya sedikit di atas satu triliun. Sekarang, sebagian aset bahkan akan disita. Setelah d
“Kalian mau ke sini? Apa perlu aku suruh orang untuk menjemput kalian?”Rosalina memiliki kesan yang mendalam terhadap kekasih Doni tersebut. Meski keduanya baru jadian dalam waktu yang singkat, wanita itu sangat mewaspadai dirinya. Namun, dia memperlakukan wanita itu sebagai kakak ipar.Doni tersenyum dan berkata, “Nggak perlu, kami sudah sampai tadi malam dan menginap di hotel. Kami baru saja selesai sarapan dan mau pergi ke tokomu.”“Semalam sudah sampai tapi nggak bilang padaku.”“Kamu menghadiri pesta pernikahan Pak Reiki kemarin, jadi aku nggak mau mengganggumu. Ya sudah, aku mau menyetir. Sampai jumpa nanti. Kakak iparmu membawakanmu banyak makanan.”Rosalina tersenyum dan berkata, “Kalau begitu, aku jadi bisa makan makanan enak. Sampai jumpa nanti.”Setelah Rosalina mengakhiri panggilan dengan Doni, Calvin bertanya padanya, “Si Doni itu?”“Telingamu sangat tajam dan bisa mendengarnya, tapi masih tanya.” Rosalina berkata lagi dengan tenang, “Kak Doni datang bersama pacarnya untu
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu
Yohanna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung keluar dari dapur dan duduk kembali ke sofanya semula. Risa tetap memberikan beberapa camilan yang ada dan berkata, “Yohanna, kalau sudah lapar banget, makan saja sedikit. Yang ini nggak terlalu manis. Koki yang biasa tahu kamu nggak suka manis, jadi gulanya dikurangi.” “Selama aku nggak di rumah, dia pasti bikin sesuai sama selera kalian. Aku nggak bisa makan,” balas yohanna. “Nggak terlalu manis pun aku tetap nggak suka.” Bukan hanya perkara tingkat kemanisan saja, tetapi Yohanna memang tidak suka segala jenis dessert yang dibuat oleh kokinya. “Gimana kalau makan biskuit saja?” tanya Risa khawatir seraya menyodorkan bungkusan biskuit kepadanya. “Atau makan buah juga boleh. Di rumah ada buah yang kamu bisa makan. Dijamin masih segar.” “Nggak usah, Ma. Mama duduk saja, nggak perlu kasih aku ini itu. Setengah jam lagi sup yang Ronny buat sudah jadi. Aku tunggu saja.” Yohanna tidak suka makan buah di saat perut kosong. Biasanya di
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu