Maven tertunduk lesu saat melihat hasil ujian di tangannya, mengerti jika kali ini dia akan mengecewakan sang ayah, Maven berpikir mencari sesuatu yang dapat membuatnya tak akan dimarahi oleh sang ayah.
"Ayah sangat suka buku," Maven berasumsi sendiri, pernyataan yang dia pikirkan tak sepenuhnya salah juga tak sepenuhnya benar. Dia hanya mengingat ayahnya pernah membaca satu buku, dia pikir itu lebih cukup menjadi alasan bahwa ayahnya menyukai sebuah buku.
Maven menyenggol keras lengan Lucas yang menopang dagunya.
"Temani aku cari buku!" Maven meminta tanpa mengaba terlebih dahulu.
"Apa imbalannya?" Lucas meminta imbalan sebelum melakukan apapun, hanya memastikan bahwa dia tak melakukan hal sia-sia
Di ruang keluarga Andrew, Cal menarik tangan Lucas setelah acara makan malam dramatis yang dilakukan keluarga itu, Linka ibunya tak henti-henti membesar-besarkan Cal dan Lucas di depan para tamunya, berbicara panjang lebar tentang kebiasaan hebat yang sering dilakukan kedua putranya, sedang Maven sesekali mencuri pandang pada wajah gadis yang menghimpit dadanya serta berjarak dua kursi darinya, yang duduk sejajar pada meja makan berbentuk segi panjang dan putih."Ada apa?" Lucas menepis tangan Cal setelah menjauh dari orang-orang."Aku bakal nyatain cinta," Cal berkata dengan napas terburu-buru, semakin keras detak jantungnya semakin besar rasa yang ingin dia sampaikan."Dengan siapa?" Lucas menerka diantara dua gadis itu, namun lebih besar ke arah Rona sebab Ron
Semalam suntuk Rena tidak dapat tidur, dibayangkannya wajah Cal yang samar kemudian mendekat lalu semakin nyata, lonjakan kecepatan aliran darahnya membuat dia tak dapat menahan rasa bahagianya, Rona tahu persis perasaan Rena yang sedang dimabuk cinta, hal yang sama yang dirasakan Rona saat pertama kali bertemu dengan Gavin. Lelaki berkulit Mahogany itu telah mencabik-cabik pikirannya, tak ada yang dapat otaknya lakukan selain memikirkan lelaki itu."Ternyata rasa jatuh cinta seperti ini," Rena memeluk lengan Rona yang menghadap ke langit-langit, senyumnya tak henti-henti."Rasanya pengen terbang kan?" Rona mendeskripsikan dengan menunjuk jantung di bagian dadanya. Rena mengangguk setuju."Sekarang apa dilakukan Gavin diluar sana, yah?" Rona tak sengaja ber
Hari minggu adalah hari yang tepat untuk menghabiskan waktu dengan bersenang-senang namun waktu yang tepat bagi Maven membuka bengkel dan cucian motornya. Pikirnya hari ini akan banyak pelanggan sebab mereka akan keluar bersama orang terkasih haruslah menggunakan kendaraan yang bersih. Gavin tersenyum membayangkan pundi-pundi yang akan masuk ke dalam sakunya.Hingga terik matahari, tak ada satupun pelanggan yang datang, Gavin mulai cemas dibayangkannya hal-hal buruk yang akan terjadi pada bengkel nya namun ditepisnya kemudian, sebab bengkelnya baru saja beroperasi, orang-orang belum tentu tahu jika ada bengkel baru yang dibuka."Aku ingin menambal ban, Sial!" Lelaki berwajah seperti orang Neanthal mendekati Gavin.Gavin gugup dan menciut, lelaki itu tampak
Keheningan di rumah bercat putih itu hanya terdengar suara angin yang menelisik masuk melewati kisi-kisi jendela yang terdengar seperti alunan nada yang mencekik.Cal memegang tangan Ibunya pelan, mengungkapkan kegelisahan hatinya namun dalam bahasa Isyarat, Linka yang tidak dapat mengartikan apapun membentuk skema percakapan seperti dua orang tunarungu."Ada apa Cal?" Linka tidak sabar lagi."Bantu aku Bu!" bisik Cal pelan, membuat Linka merinding di bagian telinga dan lehernya."Bantu apa?" Linka menaikkan bahunya yang melemas akibat Cal yang bergelayut terlalu lama, "Kau mau melakukan apa?" Linka kesal, Cal tidak juga menjawab.
Bersamaan dengan tumpahnya kenangan dan rindu Rona pada Gavin, Entah mengapa Pine and box terasa tak asing baginya, segala hal-hal manis terlindung oleh kaca-kaca pembatas, begitupun dengan perasaan nya pada Gavin, tembok kaca itu semakin lama semakin membesar dan tebal. Gavin bahkan dirinya sendiri tidak akan bisa memecahkannya. Perasaan yang kian hari kian mencekik jantung dan hatinya, perasaan yang membuat dia tidak dapat berpikir apapun selain mencari jawaban yaitu satu alasan mengapa Gavin meninggalkannya, perasaan yang tidak dapat dimengerti meski oleh dirinya sendiri.Rona terkesima melihat begitu banyak hal-hal menakjubkan di tempat itu, mereka tidak langsung menuju pine and box, Rena mengajak Rona berkelili
Di Ruang makan keluarga Andrew, tampak Maven menunggu tak sabar, "maaf, ada yang mau aku bicarakan," Maven mencegat Rona yang hendak masuk ke dalam kamarnya, sedang Rena menatap aneh dan tak setuju."Bicara tentang apa?'' Rona mempertahankan sikap polos dan anggunnya."Bisa ke halaman depan sebentar?" Maven meminta dengan nada bergetar.Rona tidak menjawab iya maupun menjawab tidak, namun arah langkah nya menuju halaman membuktikan bahwa dia setuju pada permintaan Maven."Apa yang mau kamu bicarakan?" Rona tak sabar, rasa lelahnya setelah seharian menghabiskan waktu diluar membuat ia ingin segera meluruskan punggungnya di kasur.&ldq
Berulang kali Rona mondar-mandir mencari serpihan ingatan tentang lelaki yang mengajaknya berkenalan tadi malam, rasa lelahnya mengalahkan keingintahuannya lebih mendalam tentang Maven, Namun setelah beristirahat semalam penuh barulah dia sadar bahwa lelaki yang bersama Lucas mengajaknya berbicara kemudian berkenalan tadi malam. Lelaki pendiam dan tampan itu memperlihatkan niat baiknya dan itu membuat Rona terkesima.Rona mengangkat dagu, melihat wajahnya di kaca transparan di jendela kamar itu, sekilas wajah Gavin terlintas dalam benaknya kemudian berubah menjadi wajah Maven yang tersenyum penuh arti. Rona menghalau pikirannya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.Maven membawa ranselnya keluar kamar, matanya menengok kanan dan kiri memastikan bisa menangkap bayangan Rona dari balik pintu kamar yang tertutup rapat di uj
Keinginan untuk berterus terang dan mengatakan segalanya pada Andrew membuat Cal tak sabar lagi."Ayah, apa ada waktu sebentar sebelum kita ke percetakan? aku mau bicara hal penting!" Cal mencoba melobi ayahnya yang sedang bersiap-siap memakai sepatu sedang Linka memasukkan beberapa kotak makanan pada tas besar bermotif kucing."Tentang apa? Tidak biasanya kamu bicara serius," Andrew mencoba mencairkan suasana yang tampak tegang bagi Cal."Tentang perasaan dan masa depanku!"Andrew terdiam sejenak, memikirkan beberapa kata yang pantas diucapkan sebelum Cal melanjutkan pembicaraannya."Kita butuh waktu lama untuk membicarakan hal itu