"Afgan akan menyukai wanginya diriku mulai sekarang. Dengan cepat dia mengingat merek yang digunakan. Mereknya memang sama dengan yang sudah disebutkan oleh Adelia sebelumnya. Hanya jenis aromanya yang berbeda. Melinda menepuk kepalanya sambil tersenyum, menyadari bahwa dia tidak bertanya dengan detail sebelumnya.
Melinda mandi sambil bernyanyi riang dan bermain dengan sabun dengan jumlah yang sangat banyak. Seluruh tubuhnya dia olesi dan juga shampo yang banyak untuk rambutnya.
Sementara itu, Afgan duduk di kamarnya dengan kebingungan yang mendalam. Dia merenungkan keputusan-keputusan yang harus diambilnya, mencoba mencari jalan keluar dari kekacauan emosional yang tengah dialaminya.
Wajah Adelia yang lesu terlihat tidak bercahaya dan seperti menyimpan beban berat, dan entah mengapa, Afgan merasa tidak nyaman dengan sikap itu.
Menempatkan Adelia dan Melinda menjadi satu kamar bukan merupakan sebuah keputusan yang bagus. Afgan takut Melinda akan membuat A
Adelia dengan lembut berdiri dari kursinya dan tersenyum kepada Edward, memberinya izin untuk duduk di sebelahnya. Edward dengan ramah mengucapkan terima kasih, menciptakan ketenangan sejenak di tengah keramaian meja makan. Namun, pandangan Afgan yang sejak tadi mencerminkan keheranannya mulai berubah menjadi ekspresi curiga yang tak tersembunyi."Edward, lagi-lagi kamu," sapa Afgan dengan senyum tipis yang mencoba menyembunyikan kecemburuannya. "Apa yang membawamu ke acara ini?"Edward menjawab dengan ramah, "Saya seorang teman Kepala Desa. Dia mengundang saya untuk ikut bersamanya dalam acara ini."Afgan mencoba menahan perasaan cemburunya, tetapi api cemburu yang sangat kental mulai membakar hatinya. Dia merasa risih dengan kehadiran Edward, terutama karena dia tahu bahwa Adelia dan Edward pernah bermesraan di gudang sebelumnya."Menarik," kata Afgan dengan suara yang mencoba terdengar netral. "Adelia, apakah kamu tidak memberitahuku bahwa kamu akan da
Edward merasa bijaksana untuk memilih diam dalam situasi yang rumit ini. Dia merasa bahwa memperpanjang diskusi saat ini tidak akan memberikan solusi yang baik.Dalam hatinya, dia berencana mendekati Adelia. Dia tahu bahwa Adelia dan Afgan perlu menyelesaikan masalah mereka sendiri, dan dia ingin memberikan mereka waktu dan ruang yang diperlukan untuk melakukannya.Edward merasa Afgan tidak menginginkan wanita itu, mengapa dia tidak juga merestui hubungan mereka? Edward merasa menyayangi Adeli sehingga dia ikut menuju ke desa yang sama dengan berpura-pura mendapat undangan dari Kepala DesaEdward akan mencari dan mendekati Adelia besok pagi. Bila perlu, dia ingin mengutarakan niatnya untuk mengejar hati Adelia dan berhadapan secara jantan dengan Afgan. Toh, suami itu tidak menginginkan Adelia. Dia sendiri terlalu sibuk dengan Melinda. Edward bermonolog sendiri sambil berbaring di ranjangnya.Sementara itu, Afgan ingin kembali ke kamarnya, tetapi Melinda s
"Pinjam?" Adelia terkejut dengan tawaran Melinda. Dia tidak pernah mengharapkan pertolongan dari wanita yang sebelumnya begitu dingin padanya. Namun, pikirannya segera terbang ke ayahnya dan beban hutang yang begitu besar.Setelah memikirkan sejenak, dalam keputusasaannya, dia memutuskan untuk menerima tawaran Melinda dengan ragu. "Apakah kamu serius?" tanyanya, mencari kepastian.Melinda mengangguk, mata penuh dengan ambisi yang tersembunyi. "Tentu saja, aku serius. Kita bisa mengatur syarat-syaratnya nanti. Aku hanya ingin membantumu, Adelia." Melinda mendekat Adelia yang sudah terduduk di tepi ranjang."Lagipula, pria itu selalu merendahkanmu. Aku juga bersimpati kepadamu walau dia tidak pernah bersikap sekasar itu kepadaku, mungkin ... "Melinda melihat reaksi Adelia sebelum melanjutkan kalimatnya. "Mungkin, itu karena dia mencintaiku dengan tulus."Adelia merasa sedih terhadap pernyataan cinta Afgan untuk Melinda, sekaligus terharu dengan tawa
Afgan segera membersihkan dirinya dengan cepat, merasa bahwa ada sesuatu yang harus diatasi sebelum pagi berakhir. Dengan langkah mantap, dia melangkah ke arah kamar wanita.Namun, sampai di tengah jalan, dia menghentikan langkahnya. Di sana, dia bertemu dengan Edward yang memiliki tujuan yang sama, menuju ke kamar wanita. Edward juga menghentikan langkahnya dan menunggu reaksi Afgan.Tatapan tajam dan perkataan sinis pun mulai diucapkan. "Mau apa kamu kemari? Menjemput istriku?" tanya Afgan dengan nada yang penuh dengan penekanan pada kata 'istriku'.Edward tersenyum dengan dingin, merasa senang bisa menantang Afgan. "Tentu saja. Aku ingin mengajak istrimu sarapan bersama, atau kamu ingin sesekali bertukar pasangan dan membiarkanku sarapan dengan Melinda? Kekasih terangmu?" Edward mengucapkan kata-kata tersebut dengan sengaja, menciptakan ketegangan di antara mereka.Edward sengaja mengucapkan "Kekasih Terang" karena kedua pasangan tidak tahu malu itu se
Adelia merasa jantungnya berdegup kencang, mendekati batasnya saat merasakan kehadiran Afgan yang begitu mendalam. Kedua tangannya menahan pada dada bidang milik suaminya.Tatapan intens itu membangkitkan gelora perasaan yang sejak lama dia coba tahan. Dia merasakan getaran getaran aneh yang membuat tubuhnya bergetar, terjebak dalam magnetisme Afgan yang begitu kuat.Pria yang menjadi suaminya ini terlalu ganteng dan mempersona dalma di luar sikap arogan dan sifat dinginnya. Adelia bisa merasakan deru napas Afgan dan aroma mint pada mulutnya."Af ... gan," panggil Adelia dengan suara bergetar.Dalam keadaan yang penuh ketegangan ini, dia merasa sulit untuk menahan dorongan yang semakin membesar di dalam dirinya.Afgan mendekatkan wajahnya pada Adelia, merasa napasnya bercampur dengan napas wanita di hadapannya. Dia merasa sulit untuk menahan dorongannya.Namun, di saat yang genting ini, sebelum mereka bisa mengekspresikan apa yang ada dalam
Afgan merasa cemburu mendalam ketika melihat Edward mengajak Adelia berenang di danau buatan di desa pariwisata tersebut.Mata Afgan memandang tajam saat melihat kedekatan mereka, dan rasa cemburunya semakin memuncak ketika Edward memberikan senyuman hangat kepada Adelia.Afgan mencoba menyembunyikan perasaannya yang rumit di balik senyuman palsu, tetapi dalam hatinya, dia merasa tercabik melihat Adelia begitu dekat dengan Edward.Sementara itu, Adelia bersikap tenang dan ramah seperti biasa. Dia memilih memakai kaos dan celana panjang yang sopan untuk berenang, sementara Melinda, yang juga ikut berenang, tampil menggoda dengan pakaian renang tipisnya.Meskipun Melinda mencuri perhatian dengan penampilannya yang seksi, Edward tetap memperhatikan Adelia dengan kagum. Tidak seperti Melinda yang mencoba menarik perhatian dengan tampilan fisiknya, Adelia mempesona Edward dengan kepribadiannya yang menawan dan kecerdasannya yang luar biasa. Sementara Afgan mal
Mobil ambulance meluncur dengan cepat melalui jalan-jalan kota menuju rumah sakit. Adelia masih terbaring di dalamnya, tetapi tampaknya mulai sadar kembali.Afgan duduk di sampingnya dengan tatapan yang penuh kekhawatiran, masih merenungkan kejadian di kolam buatan tadi. Begitu tiba di rumah sakit, para paramedis segera membawa Adelia ke Ruang Unit Gawat Darurat (UGD), diikuti oleh Afgan yang mencoba mengikuti mereka dengan secepat mungkin.Di UGD, dokter dengan cepat memeriksa Adelia. Setelah melakukan beberapa tes dan pemeriksaan lebih lanjut, dokter memberi kabar baik kepada Afgan, "Tidak ada masalah besar pada kepala Adelia yang terantuk. Dia hanya butuh istirahat dan pemantauan lebih lanjut. Kami akan merawatnya di sini selama beberapa hari untuk memastikan tidak ada komplikasi lain."Afgan merasa lega mendengar kabar tersebut. Dia tersenyum tipis, merasa bersyukur bahwa Adelia akan baik-baik saja. "Terima kasih, dokter. Apakah saya boleh menjenguknya sekar
Acara pameran berlangsung dengan sukses tanpa adanya Adelia dan Afgan. Melinda mengambil alih tugas yang seharusnya dilakukan oleh Adelia sementara Edward mengambil alih pekerjaan Afgan dengan sesekali berkoordinasi melalui sambungan panggilan video kepada Afgan."Bagaimana keadaan Adelia?" tanya Edward pada saat melakukan video call untuk menunjukkan ramenya dan antusias dari peserta pameran.Afgan segera memutar layar ponselnya untuk mengambil gambar Adelia yang sedang tertidur dengan lelap."Dia cantik sekali ya, bahkan saat tertidur," ucap Edward tanpa sadar, membuat Afgan langsung marah dan mematikan panggilan sepihak."Enak saja, dia memuji istriku." Afgan berkata-kata sendiri dengan kesal lalu mematikan ponselnya. Dia tidak ingin diganggu oleh panggilan apa pun saat ini. Dengan lembut di tatapnya wajah Adelia yang sedang tidur dengan nyenyak."Memang cantik," ucap Afgan sambil membenarkan sebagian rambut kecil milik Adelia ke samping telinga