Share

Bab 3. Nikahi Saya, Pak!

Penulis: Eka Pradita
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-15 12:25:47

"Vi, lo punya cerita apa soal Pak Devan?" Setelah jauh melangkah, akhirnya Tari menanyakan itu.

"Kayanya enggak ada salahnya deh gue cerita sama Tari," batin Viola sejenak berpikir sebelum mulai bercerita.

"Vi, kok malah diem sih. Lo bikin gue penasaran aja tahu. Sebenarnya ada apa sih antara lo sama Pak Devan dulu?"

Baru saja Viola ingin menjawab pertanyaan Tari, tiba-tiba suara Devan terdengar lantang dari arah belakang. "Viola, kamu ikut ke ruangan saya!"

Viola memutar tubuhnya, melihat Devan yang ternyata sudah beberapa langkah di belakangnya.

"Ish, Bapak kenapa sih kok ngikutin kita?" Spontan Tari menanyakan itu. Ia merasa aneh karena tidak biasanya sang dosen meninggalkan kelas, padahal waktu mengajarnya belum berakhir.

"Saya enggak ngikutin kalian, saya hanya ingin Viola mendapatkan hukuman lebih karena tadi dia tidak menyimak materi saya waktu di kelas dan malah ngobrol sama kamu sampai membuat aktivitas mengajar jadi terganggu."

Tari diam beberapa saat. Semakin merasa aneh mendengar jawaban Devan. "Tapi, kenapa hanya Viola yang dipanggil ke ruangan Bapak?"

"Kenapa?" Suara Devan terdengar lantang hingga membuat Tari meremang ketakutan. "Apa kamu juga mau dapat hukuman dari saya?"

Seketika Tari menelan saliva-nya. "Enggak deh, Pak, makasih. Ya udah saya ke lapangan aja ya, mendingan disengat matahari daripada disengat omelan Bapak!" Tari sengaja mengecilkan intonasi suaranya di akhir kalimat berharap agar Devan tidak mendengar perkataannya. Namun nyatanya, pria itu masih dapat mendengar.

"Tadi kamu bilang apa, Tari?"

"Yang mana ya, Pak?"

"Itu yang tadi, setelah kamu bilang mau ke lapangan aja."

"Oh itu ...." Tari merasa gugup berada di depan Devan yang tengah menatapnya tajam, membuat nyalinya seketika menciut. "Itu ... maksud saya, matahari di luar bagus buat ngitemin kulit saya, Pak. Ya udah ya, Pak, saya berjemur dulu, takut mendung nih." Sebelum pergi, Tari sempat melihat Viola yang hanya diam menatap Devan. "Vi, hati-hati ya!"

"Tenang aja, Tar!" Tari pun pergi. Namun, percakapan itu terdengar oleh Devan yang langsung berdecih kesal dalam hatinya.

Devan pun langsung berbalik. Melangkah lebih dulu menuju ruangannya yang ada di sisi koridor berbeda dari tempatnya saat ini. "Ayo cepat, Viola! Saya enggak punya waktu banyak karena harus mengajar lagi."

Viola pun bergegas, mulai melangkah menyusul Devan dengan senyuman. "Yes, rencana gue berhasil. Gue udah nebak, Pak Devan pasti takut kalau rahasianya gue ceritain ke Tari, makanya dia sampe nyusulin gue."

Setibanya di ruangan Devan, kini keduanya sudah duduk saling berseberangan. Devan masih terus menatap tajam Viola sebelum mulai mengatakan maksud tujuannya meminta gadis itu datang ke ruangannya.

"Saya mau tanya, apa saat dulu, di kampus yang lama ... kamu dengar soal–"

"Lho, katanya mau ngasih saya hukuman, kok malah nanya masa lalu."

"Sudah jawab saja pertanyaan saya! Apa kamu tahu sesuatu soal rahasia saya?" Sorot mata Devan menajam. Raut wajahnya tampak geram. Namun, itu tak membuat Viola gentar. Gadis itu justru semakin kagum karena baginya, Devan adalah sosok yang begitu sempurna tanpa celah.

"Rahasia kalau Pak Devan impoten."

Devan yang duduk di seberang Viola sampai beranjak menutup mulut gadis itu. Tak ingin siapa pun tahu soal rahasianya. Bagi Devan, sangat memalukan jika sampai ada yang tahu soal penyakit yang selama empat tahun selalu jadi aib memalukan untuknya.

"Jangan keras-keras, saya enggak mau ada yang dengar!" Raut wajah Devan tampak kesal. Ia benar-benar tidak menyangka jika takdir kembali mempertemukannya dengan gadis nekat yang empat tahun lalu pernah menyatakan cinta padanya.

"Kenapa Bapak harus malu? Penyakit itu kan bisa disembuhkan, Pak?"

"Tidak segampang yang kamu pikirkan." Devan semakin kesal karena menurutnya Viola sangat sok tahu.

"Mungkin karena Bapak enggak mau sembuh, makanya Bapak belum sembuh."

"Maksud kamu?"

"Saya masih ingat kalau dulu Bapak bilang enggak mau nikah, padahal mungkin itu satu-satunya jalan biar Bapak bisa sembuh."

"Tapi itu memang kenyataannya, kamu tidak tahu kalau ibu saya sudah sering menjodohkan saya dengan anak teman-temannya dan saat saya jujur dengan kondisi saya, mereka semua langsung menolak perjodohan itu. Jadi, bukan saya enggak mau nikah, tapi karena enggak ada siapa pun yang mau menikah dengan laki-laki impoten seperti saya."

"Siapa bilang?" Viola melipat kedua tangan di depan dadanya yang memiliki ukuran cukup besar. Namun, semua itu ditutupi Viola dengan pakaian longgar dan sebuah jilbab yang menutupi bagian tersebut.

"Ya, saya yang bilang."

"Berarti Bapak salah."

"Salah?" Devan mengerutkan kening. Merasa heran akan maksud perkataan Viola.

"Karena saya mau kok dinikahin, Bapak."

Ucapan Viola terdengar bukan main-main sampai membuat Devan tersedak salivanya sendiri. Pria itu dengan cepat menyambar segelas air putih di atas meja, lalu meminumnya. Pandangannya masih menatap heran. "Enggak salah gue nyebut dia gadis nekat, dia memang benar-benar enggak normal."

"Gimana, Pak?"

"Gimana apanya?"

"Nikah ... Bapak mau kan nikahin saya?" Viola bertanya tanpa malu-malu. Sikap gadis itu seketika mengingatkan Devan akan empat tahun lalu saat Viola menyatakan cinta di parkiran mobil. Saat itu, situasi kampus memang tengah sepi karena Devan pulang terlambat dan ia tidak menyangka jika Viola ternyata menunggunya sejak siang.

"Jangan bercanda, Viola! Saya enggak mungkin nikah sama kamu."

"Kalau Bapak nikahin saya, saya pasti bisa buat penyakit impoten Bapak sembuh."

Devan yang awalnya marah, seketika mengulas senyum kecut. Tentu saja, mendengar perkataan Viola membuatnya sampai menahan tawa. Bagaimana mungkin, seorang gadis yang masih kuliah bisa menyembuhkan penyakitnya sementara pengobatan yang dijalani selama empat tahun selalu gagal.

"Jangan mengada-ngada! Saya minta kamu tutup mulut dan jaga rahasia saya dari semua orang! Kalau sampai bocor, saya enggak akan segan ngasih nilai rendah untuk mata kuliah saya."

Viola diam sejenak. Memikirkan cara apa yang harus dilakukan agar Devan mau menurutinya. Meski sudah lama tidak bertemu. Namun, rasa cinta untuk sang dosen tak pernah berkurang sedikit pun. Itulah alasan kenapa selama ini Viola masih sendiri. Hatinya seolah terkunci rapat untuk nama Devan seorang.

Setelah beberapa detik berpikir, rencana itu pun datang. "Gue punya ide." Di dalam hati Viola bicara. Gadis itu tersenyum kecil. Merasa idenya akan berhasil menjerat Devan dalam lingkaran cintanya.

Bersambung✍️

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nining Mulyaningsi
wahh c viola pertemuan pertamanya lagii lagi nodong pak Devan nikah .beneran nekat
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
ngebet banget sih Vi pengen jadi istrinya Devan. orang gk bisa berdiri tegak gitu. hehehe...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 49. Terjebak Rencana Jahat

    Selamat membaca!Viola tampak begitu cemas. Menanti balasan pesan suaminya. Namun, sampai ia mau berangkat pergi ke rumah Arya, Devan tak kunjung membalas. Membuat raut wajahnya semakin murung. Gadis itu pun mulai berpikir jika suaminya itu memang sudah tak lagi peduli."Apa ini akhir dari rumah tanggu gue?" Kenangan demi kenangan mulai bermunculan. Satu persatu terbesit jelas dalam pikirannya. Membuat air mata tak sanggup lagi Viola tahan untuk tak menetes. Gadis itu coba menguatkan hati. Memaksa isak tangisnya mereda saat panggilan dari sang ibu terdengar di depan kamar."Vi, ada temen kamu datang.""Iya, Bu, bentar." Sebelum keluar dari kamar, Viola sejenak mematutkan diri di depan cermin. Memastikan tak ada air mata yang tertinggal di wajahnya. Tentu saja ia tidak ingin jika Arya sampai tahu bahwa ia habis menangis karena menunggu balasan pesan dari Devan yang tak kunjung datang."Vi, apa kamu sudah izin sama suami kamu kalau mau pergi sama Arya?" tanya Dina begitu melihat Viola

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 48. Di Luar Dugaan

    Selamat membaca!Di dalam mobil, Viola dan Devan masih diam tak saling bicara, padahal mereka sudah menempuh setengah perjalanan pulang."Ngapain diajak bareng kalau cuma didiemin doang. Tahu gitu kan mending tadi pulang sendiri aja." Kesal Viola menggerutu dalam hati. Masih menatap ke luar jendela tanpa pernah melihat Devan sejak dirinya berada di dalam mobil."Saya minta maaf ya, Vi."Akhirnya, kata-kata itu terdengar dari mulut Devan. Viola pun tersenyum. Namun, sengaja ia tahan karena tak ingin terlalu kelihatan bahagia di depan Devan."Kenapa minta maaf, Pak?" Viola menatap wajah Devan yang sesekali melihatnya karena harus fokus dengan kemudi."Saya udah salah. Nggak seharusnya beberapa hari ini saya menyalahkan kamu dan bersikap tidak baik sama kamu."Viola masih diam. Hatinya merasa sangat lega karena akhirnya Devan menyadari kesalahannya."Kalau saya nggak mau maafin gimana?" Viola yang masih ingin melihat Devan lebih berusaha, berpura-pura dingin meski di dalam hati, dirinya

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 47. Undangan Arya

    Selamat membaca!"Berarti bokap lo bisa terlibat kecelakaan setelah nganterin bokapnya William ke rumah sakit?" tanya Viola setelah mendengar cerita dari Tari di jam istirahat. Ya, setelah mata kuliah pertama selesai, keduanya kini tampak sudah berada di kantin."Iya, Vi. Ternyata begitu ceritanya. Pantes aja di lokasi kejadian nggak ada motor bokap gue, bokap gue naik ojek online saat itu.""Sekarang lo udah nggak ngerasa bersalah lagi, kan?""Iya, gue lega sekarang, tapi gue sebenarnya keberatan dengan niat William mau nikahin gue. Gue udah bilang dia nggak harus ngelakuin itu kalau dia nggak mau, cuma dia tetap mau nikahin gue karena itu keinginan yang terakhir dari bokapnya sebelum meninggal.""Oh, bokapnya William meninggal, bukannya bokap lo udah bawa dia ke rumah sakit?""Bokap gue emang udah nyelametin bokapnya William, tapi satu bulan kemudian, bokap William meninggal.""Oh gue ngerti sekarang. Jadi, William dan ibunya ngerasa berutang budi sama bokap lo karena bokap lo mereka

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 46. Menyadari Kesalahan

    Selamat membaca!Devan menuruni anak tangga dengan langkah yang tergesa-gesa. Wajar saja, pagi ini ia bangun kesiangan setelah semalam sulit sekali memejamkan mata meski sudah menyalakan alarm pada ponselnya."Bi, tolong panggilin Viola! Bilang sarapan di kampus aja karena saya udah telat." Setibanya di lantai bawah, Devan langsung memerintahkan Retno yang terlihat sedang menyapu lantai di ruang tengah."Tapi, Mas, Mbak Viola udah jalan dari 15 menit yang lalu." Retno tampak bingung. Merasa heran karena Devan bisa tidak tahu akan hal itu."Dia udah jalan ...?" Devan seketika terdiam. Teringat perdebatan semalam di mana keduanya sampai harus pisah kamar."Bibi pikir Mas Devan tahu. Apa Mas Devan lagi ada masalah sama Mbak Viola?" Meski tak enak hati menanyakan itu, tetapi Retno penasaran karena mencemaskan kedua majikannya. Terlebih Retno tahu jika mereka baru saja bahagia setelah hubungan keduanya sempat diguncang karena kedatangan Renata."Oh, nggak apa-apa, Bi. Mungkin karena saya k

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 45. Hubungan Renggang

    Selamat membaca!"Ini semua salah kamu, Devan! Harusnya kamu temui Audrey saat dia sakit, kenapa kamu malah nggak percaya kalau dia sakit? Kenapa?" Renata langsung mencengkram erat kerah kemeja Devan dengan kasar saat melihat kedatangan pria itu bersama Viola yang seketika langsung berusaha melepaskan tangan Renata dari suaminya."Jangan seperti ini, Renata! Lagi pula kematian Audrey bukan kesalahan Devan. Ini sudah takdir, kamu harus bisa terima."Renata menatap nyalang. Penuh dendam dengan sorot mata yang tajam. "Lebih baik kalian pergi dari sini! Aku nggak sudi kalian datang, cepat pergi!" Dengan mendorong tubuh Devan, Renata mengusir paksa keduanya agar pergi.Suara wanita itu sampai membuat beberapa orang jadi menatap sinis ke arah Devan dan Viola yang seketika merasa tidak nyaman berada di sana."Mas, lebih baik kita pulang aja! Percuma kita datang, niat baik kita nggak dihargai di sini!"Devan menatap sendu. Masih tak mengalihkan pandangannya. Pria itu terus melihat jenazah anak

  • Pernikahan Rahasia Dosen Impoten   Bab 44. Sang Penyelamat

    Selamat membaca!Sejak mengakhiri sambungan teleponnya dengan Viola, Devan kembali pergi, padahal pria itu baru saja tiba di rumah beberapa menit lalu. Namun, entah kenapa ia merasa tidak tenang. Memikirkan Viola yang baru diizinkan pulang dari rumah sakit, tetapi sudah pergi keluar rumah seorang diri."Apa sebaiknya gue jemput Viola dulu, ya?" Setelah cukup lama bergelut dalam keraguan, Devan pun akhirnya memutuskan untuk pergi menuju cafe tempat di mana Viola berada. "Lebih baik gue jemput Viola dulu. Setelah itu, baru gue bisa nemuin Elmer. Lagian kenapa juga Viola harus pergi segala, padahal dia baru dibolehin pulang dari rumah sakit."Devan merasa cemas. Menambah kecepatan mobilnya agar segera tiba di cafe yang berada dekat dari kampus tempatnya mengajar.Tak butuh waktu yang lama, Devan sudah berbelok ke jalan di mana tempat tujuannya berada. Cafe Brewbee ada di sisi kanan dari jalan yang dilaluinya. Artinya, Devan harus memutar dulu di pertigaan yang berada di ujung depan sana

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status