Perlahan- lahan kami tiba kota dengan pemandangan yang menarik dan menakjubkan. Kereta kuda ini berhenti, aku pun bergegas keluar bersama Aresha.
“Wah, menarik sekali! Apa nama kota ini?” tanyaku padanya.
“Ya tentu saja seperti kataku, sangat menarik kan? Nama kota ini adalah Kota Flower”
“Apa? Kota Flower?” tanyaku terkejut mendengar nama kota ini, aku merasa tidak asing dengan nama kota ini. Nama kota ini mirip dengan nama kota dalam novel karanganku.
“Ya, Kota Flower.”
“Oh, apakah mereka semua sedang melakukan festival?”
“Festival? Tidak, tidak ada festival di bulan ini. Kenapa kamu bertanya tentang festival?”
“Ah ya karena kupikir mereka seperti mengenakan pakaian festival, pakaian mereka semua menarik. Apa ini sebuah acara?”
Aresha terdiam, dia pun berucap dalam hatinya “Apa maksudmu? Tidak ada festival, tidak ada acara! Mereka memang berpakaian seperti itu gadis bodoh!” kesalnya sementara dirinya terlihat tersenyum manis pada An.
Aku dan Aresha pun pergi menuju tempat yang ramai. Kami menuju pusat perdagangan di kota ini. Semua barang- barang dijual disini. Saat melihat- lihat kegiatan semua ini disini, aku di buat terkejut dengan mata uang yang digunakan sebagai alat pembayaran. Mata uang itu tak lain adalah perak dan emas dalam bentuk kepingan kecil.
“An, apa kamu ingin membeli sesuatu? Ya jika kamu mau membeli sesuatu kita mampir ke tokonya dulu kan? Jadi katakan apa yang ingin kamu beli?!”
“Bisakah aku mendapatkan telpon yang dapat terhubung dengan ibuku? Aku ingin menghubunginya!” ucapku pelan tetapi Aresha dapat mendengarnya.
“Yah, baiklah tidak masalah. Aku bisa membawamu ke tempat itu. Tapi masalahnya kami tidak punya barang seperti itu!”
“Aku punya barangnya, aku ingin menghubungi ibuku!”
“Oh baiklah, kita kesana sekarang ya? Tapi kita harus pergi tanpa kereta sekarang, kita jalan dulu nanti akan ku tunjukan dimana tempatnya!”
“Ya terima kasih Aresha, aku sangat senang akhirnya aku bisa menghubungi ibuku.”
“Ya tidak masalah!”
Aku dan Aresha segera pergi meninggalkan kota ini. Aresha membawaku pergi ke sebuah hutan yang masih memiliki jalan kecil. Aku pikir hutan ini dengan jalan kecil ini adalah jalan satu- satunya pergi ke kota lainnya. Saat di tengah jalan, Aresha mengambil jalan berbelok hingga kami tidak lagi ada di jalan kecil itu. Beberapa kali aku melihat Aresha memandang ke atas, entah apa yang dilihatnya langit atau pohon yang menjulang tinggi.
Langkah kami terhenti di pohon besar yang tumbuh subur dan tinggi menjulang ke langit.
“Kita telah tiba, aku akan membawamu terbang ke atas. Setelah tiba di atas kamu duduk lah salah satu ranting pohon, bergengangan lah di sana, lalu hubungi keluargamu. Hanya pohon besar dan paling tinggi di tempat ini lah yang bisa menghubungkanmu dengan ibumu. Kunon pohon ini dipercaya dapat menghubungkan kita dengan orang yang ingin kita tuju meski terhalang jarak. Aku yakin kamu bisa mengerti akan pohon ini!”
Aku tersenyum manis pada Aresha walau pun aku tidak mengerti apa yang dikatakannya, tetapi aku memahami satu hal yakni disini tidak ada jaringan seluler sama sekali mungkin dengan naik ke atas pohon tertinggi ini lah aku bisa mendapatkan jaringan seluler itu.
“Apa kamu siap naik ke atas?” tanya Aresha.
“Ya tentu, tapi bagaimana caranya?”
“Kamu hanya cukup memastikan barang- barangmu aman saat hendak naik ke atas nanti, aku akan membawamu terbang ke atas. Tapi aku harap kamu tidak takut dengan perubahan anehku ini!”
“Ya, semoga saja begitu!” ucapku.
Aresha yang mendengar ucapan itu tidak begitu yakin dengan An, ia mengerutkan keningnya dan menurun alis atas kecurigaan dirinya pada An. Aresha pun mulai melangkah mundur, dan entah bagaimana dia mengubah dirinya menjadi sosok monster kelelawar besar yang mengerikan. Monster kelelawar itu memiliki gigi yang tajam seperti taring, sorot tatapan tajam, telinga lancip yang tajam serta cakar yang panjang. Monster ini seperti siap memangsaku sekarang. Tapi melihat siapa yang telah berubah, aku tidak mungkin harus getar sekarang dan aku yakin Aresha tidaklah berniat membunuhku di saat seperti ini.
Secara mendadak, Aresha mencengkam kedua pundakku tetapi ia tidak melukaiku. Ia membawaku terbang tinggi ke ranting pohon teratas yang masih bisa untuk pegangan. Ia menurunkanku, lalu aku segera berpegangan pada pohon besar. Setelah melepaskanku, ia tersenyum padaku dengan memperlihatkan gigi taringnya yang tajam. Lalu monster kelelawar besar ini berubah menjadi kelelawar kecil. Kelelawar kecil ini hinggap di ranting pohon samping diriku berada. Lalu merubah wujudnya kembali menjadi Aresha. Aresha tersenyum manis padaku. Ia bahkan tertawa kecil.
“Hahahahaha.... aku pikir kamu akan ketakutan. Ternyata kamu gadis pemberani ya? Hahaha....”
“Apa maksudmu? Eh iya apa kamu akan tetap disini selama aku menghubungi ibuku?”
“Ya tidak juga, aku tidak mau membuat ranting pohon ini jadi patah. Ya aku akan pergi, aku akan kembali lagi beberapa menit.”
“Ya baiklah, terima kasih banyak ya Aresha.”
“Ya tidak masalah!” jawabnya yang kemudian berubah menjadi kelelawar kecil dan terbang jauh.
Kini hanya ada aku seorang diri disini, suasana sepi dan sedikit hening mulai menghampiriku. Aku tersenyum manis dan tak harus khawatir disini, dari sini aku bisa melihat pemandangan yang indah. Suara burung- burung berkicau dari dalam hutan jelas terdengar dari sini. Mereka semua berada di bawah, dan aku tak perlu melihat ke bawah untuk saat ini.
Cuacanya pun cerah saat ini, tidak ada tanda- tanda akan turun hujan ataupun kumpulan awan hitam pembawa petir. Jadi aku memang tidak perlu mengkhawatirkan keadaan seperti itu disaat seperti ini.
Aku pun mulai mengeluarkan handphone dari dalam tasku, lalu mulai menghubungi ibuku. Deringan telpon berbunyi, menunggu beberapa saat untuk terhubung yang tidak lama kemudian telponku diterima oleh seseorang yang tidak lain adalah ibuku.
“Hallo, An!”
Aku mendengar suara ibu, aku merasa senang bercampur sedih.
“Ibu, ini aku An. Aku ingin bicara dengan ibu. Apa ibu punya waktu sebentar untukku?”
“An! Syukurlah kamu baik- baik saja, dimana kamu sekarang? Ibu harap kamu tidak kembali. Jangan pernah kembali kemari An. Pergi lah sejauh- jauhnya, jangan pernah kembali An” ucap ibu dengan nada bicara senang bercampur sedih.
“Ibu, apa yang terjadi? Katakan padaku, apa yang terjadi?”
“Maafkan ibu, An? Ibu sudah tidak bisa menahannya lagi. Pergilah sejauh mungkin yang kamu bisa! Jangan khawatirkan ibu. Ibu akan baik- baik saja disini. Kamu jangan pernah kembali. Aku tidak mau kamu mengingat tentang keluarga ini lagi. Lupakan kami, An. Carilah keluargamu, carilah kehidupanmu sendiri. Kami akan baik- baik saja!” ucap ibu.
“Ibu, aku ingin menanyakan sesuatu padamu ibu. Benarkah ibu membuangku?” tanyaku padanya.
Tetapi mendadak aku tak lagi mendengar suara telepon terhubung.
Sontak mereka bertiga terkejut, mereka tidak percaya tetapi ini lah kenyataan.“Jadi sebenarnya kamu dan An memiliki ikatan dulu? Lalu siapa An sebenarnya di masa lalu?” tanya sister.“Ya benar, aku memiliki ikatan dengannya!” jawab singkat Akira tanpa memberitahukan siapa An sebenarnya.“Tunggu! Dulu aku pernah bermimpi saat mengandung An. Seorang perempuan dengan naga menghampiriku dan mengatakan bahwa aku adalah wanita yang beruntung, aku akan dikaruniai seorang anak yang sangat luar biasa. Yang menjadi meimbang kehidupan. Aku berkali-kali bertemu dengan wanita ini tetapi she tidak pernah mengatakannya padaku. Jadi aku pikir, jika dirimu dan An memiliki ikatan. Maka dalam mimpiku itu benar-benar nyata. Aku melahirkan anak perempuan, seorang reinkarnasi” ucap ibu.Akira tersenyum, “Aku senang kamu menyadarinya, tetapi she tetap menghormatimu kan?.”“Ya, she tidak pernah menampakkan kemarahannya di depanku!”“Jika begitu, dimana An sekarang?”“She mengatakan di pantai, apakah di deka
Sementara itu, keberadaan An.Aku telah tiba di stasiun kereta api Ochayama, memesan tiket karena aku belum punya kartu masuk otomatisnya. Setelah melewati penjagaan tiket, aku segera masuk ke kereta api yang telah menunggu. Segera memasuki kereta api dan duduk di kursi, banyak orang yang masuk. Tiba-tiba ponselku menerima panggilan telepon dari sister. Aku segera menerima panggilan darinya.“Pagi sister, ada apa?” sapaku.“Kamu dimana, kamu lari lagi ya?” jawab sister.“Kamu galak sekali pagi-pagi, ada apa? Bukankah kepergianku sudah kukatakan pada penjaga gerbang jika aku pergi jalan-jalan, jika Akira mencariku harap cari sendiri!”Suara sister menjawab, “Oh, kamu jalan-jalan ya. Kenapa tidak mengajakku juga? Apakah kamu ke mall atau butik? Kamu mau membeli pakaian baru ya?”Aku yang mendengar apa yang dikatakan sister bingung dan heran, “Hah, oh aku tidak pernah membeli pakaian. Aku hanya jalan, apakah sister akan datang?”Suara sister menjawab, “Tidak, lalu kenapa kamu ke pantai?”
Begitu An pergi meninggalkan ruang tamu ini, tante Aira tersenyum manis.“Akira, mama mau katakan sesuatu yang penting. An memang mencintai pria lain. Tapi kamu tidak perlu khawatir, she menerima perjodohan ini. Ibu mengatakan sesuatu tentangmu, tentang rasa sakit dan mimpi buruk yang kamu alami. Kamu mengalami koma, sifatmu berubah dan sebagainya. She juga mengatakan jika dirinya mencintai raja vampire. Saya rasa kamu mengalami mimpi itu juga kan, Akira?” ucap tante Aira sembari tersenyum.“Ya, benarkah itu? Mengapa kami bermimpi yang sama?” ucap Akira terkejut.“Mungkin saja yang dikatakan seseorang itu benar, mama menemui penerawang untukmu. Mama pikir apa yang she katakan benar. Artinya kalian memang berjodoh, mungkin di dunia yang berbeda itu.... kalian terpisah. Tapi jangan khawatir, sekarang kamu tidak boleh kehilangannya lagi. Besok ajaklah she untuk melihat gaun pengantin”“Ma, apakah mama lupa? An baru saja mengatakan she tidak peduli dengan pernikahan ini. Semuanya terserah
“Ya kamu benar. Kenapa ibu mau menjodohkanku dengannya? Ini aneh sekali.”“Ya, tapi kamu beruntung tidak perlu repot sepertiku. Lagi pula pria yang kamu dapatkan itu pasti menarik. Konon seseorang yang dijodohkan mungkin saja jodohmu, pria itu menerimamu dan he bersikap dingin. Kamu jangan salah sangka padanya, he hanya ingin antara kamu dan ibu menjalin hubungan yang baik. Tante Aira sangat senang atas perjodohan ini. Ah iya, apakah selama kamu melarikan diri bertemu dengan bibir Mei? Sekarang she bersama anak laki-laki yang juga tampan.”“Ya, dan namanya adalah Kim. Bukankah begitu?”Sister menganggukan kepala, “Ya kamu benar”.“Kalian bertemu dengannya ya?”Sister menganggukan kepala, “Ya benar, bibi Mei dan ibu juga sudah bicara.”“Sister, menurutmu apakah Akira itu akan melakukan sesuatu jika aku melarikan diri di hari pernikahan?”“Ya tentu saja, begitu juga dengan sister. Bisakah kamu tidak membuat malu keluarga kita? Memang apa yang ingin kamu cari lagi?”“Seseorang yang ada d
“Jika aku menaruh hatiku padamu, apakah kamu akan mencintaiku selamanya? Menerimaku apa adanya?” ucapku dengan pelan.Akira mengelus rambutku, he tersenyum dan melihat ke arahku, diriku juga melihat Akira.“Ya, aku janji padamu. Aku akan mencintaimu selamanya dan menerimamu apa adanya” jawabnya.“Janji?” ucapku sembari menunjukan jari kelingking.Akira pun mengaitkan jari kelingkingnya dengan jariku sembari berucap “Ya, aku janji padamu. Janji.”Tidak ada yang perlu aku khawatirkan sekarang, aku hanya perlu menaruh sedikit kepercayaan padanya meski aku masih meragukannya. Ini adalah perjalanan yang panjang, sepanjang perjalanan aku hanya memeluk pria ini.“Kenapa kamu tidak mau melepaskanku, Akira? Bukankah kamu tahu aku tidak mencintaimu, dan aku juga menolak perjodohan tapi kamu tetap keras kepala” ucapku.“Aku akan sangat sedih jika kehilanganmu, aku merasa kita pernah dipertemukan sebelumnya. Meski kamu menolakku, aku akan tetap mencintaimu” jawabnya.Hingga kami tiba di sebuah ru
Perbincangan panjang itu tidak menghasilkan apapun, aku memikirkan apa yang ditawarkan oleh pria itu padaku. Hingga Akira kembali dan duduk berhadapan denganku.“Saya sudah membereskan mereka, sekarang apakah kamu masih ingin berbincang dengan saya?” ucapnya menatapku.“Ya, ngomong-ngomong apakah kamu serius dengan ucapanmu tadi?”“Hah, kamu memikirkan tawaran dariku ya? Ya tentu saja, jika kamu mencari pacar perempuanku. Aku akan memperlakukanmu dengan sangat baik.”“Aku akan memikirkannya, kamu tidak akan memanggil ibuku kemari kan?”Akira menggelengkan kepalanya, “Tidak, untuk apa? Bukankah kamu sendiri tidak mau bertemu dengan ibumu?”Aku menganggukan kepala.“Lalu apakah kamu mau jadi my girlfriend?”“Kamu benar-benar berjanji akan memperlakukanku dengan baik tidak?”“Ya tentu saja, aku tidak akan mengatakan hubungan kita dari perjodohan. Selama pacaran jika kamu tidak menyukaiku, kamu bisa memutuskan hubungan kita dan tidak akan ada yang tersakiti!” ucapnya sementara hatinya ber