Korea Selatan
Sejak dua jam yang lalu David dan Rosalinne telah berada di kediaman utama keluarga Han dimana terlihat Tuan Han telah menyiapkan penyambutan terhadap satu-satunya sang pewaris. Di dalam rumah mewah bergaya klasik itu kini tengah diadakan perjamauan keluarga yang hanya berisi Rosalinne, David dan tentu bersama Tuan Han. Dari seluruh perlakuan yang diberikan oleh sang ayah mertua Rosalinne meyakini bahwa sosok Tuan Han adalah pribadi yang hangat dan penuh sayang hal itu diperjelas dengan bagaimana pria itu secara detail mengetahui apa saja yang bisa dan tidak bisa dimakan oleh sang putra.
“Lihatlah kau bahkan tidak bisa mencerna kecambah ini. Ck..ck..ck.. padahal seharusnya kau harus banyak mengonsumsinya di saat seperti ini,” ucap Tuan Han yang mebuat David tersedak.
Mengetahui sang suami tersedak, dengan cekatan Rosalinne menepuk-nepuk punggung David dan memberikannya segelas air putih.
“Dan lagi apakah usahamu telah mebuahkan hasil?” tanya Han Hyunjoo.
“Ayah, sudah kukatakan jika aku memiliki pekerjaan di sana,” sahut David cepat menanggapi pertanyaan sang ayah.
“Pekerjaan yang menyenangkan bukankah begitu?”
Pria dengan usia yang telah menginjak kepala lima itu terkekeh melihat raut kesal anaknya terlebih melihat betapa merahnya telinga David membuat Tuan Han sulit menghentikan senyumnya.
“Kuharap kau akan menjadi ibu yang baik untuk membesarkan anak-anak kalian kelak,” ucapnya berharap pada sang menantu.
“Ya ayah akan kupastikan mereka tumbuh dengan baik.”
Sontak jawaban Rosalinne kembali membuat David tersedak yang mengundang tawa ayahnya. Rosalinne benar-benar tidak menyadari arti dibalik percakapan sang suami dengan mertuanya. Bagai mendapatkan pukulan yang serupa David menjadi semakin terpojok dan menguatkan dugaan sang ayah jika kepergian keduanya bukanlah karna urusan pekerjaan semata melainkan untuk hal tertentu yang lebih romantis.
---
Ini sudah satu bulan sejak keduanya memutuskan untuk tinggal secara terpisah dari mansion utama. David dan Rosalinne tinggal di salah satu perumahan elite di salah satu pusat kota.
Tuk..tuk..tuk…
Suara benda tipis yang tajam itu menjadikan objek yang dikenainya terbagi menjadi beberapa bagian. Jari-jari lentik yang seputih porselin milik Rosalinne terlihat piawai memainkan pisau di tangannya. Berbekal info dari internet juga arahan dari Bibi Hong membuat Rosalinne semakin mahir untuk bermain dengan peralatan dapur.
Setiap kali David berangkat bekerja dan terfokus pada kesibukannya maka dengan mudahnya Rosalinne menguasai rumah mewah itu. Melakukan apa saja semaunya termasuk menghancurkannya bila ia ingin. Tapi sayanngnya ia tidak segila itu untuk menyia-nyiakan fasilitas dan kemewahan yang disediakan sang suami.
Ting…tong…
“Tunggu, biar aku saja bi. Tolong lanjutkan masakan ini untuku,” pinta Rosalinne mencegah pada Bibi Hong yang akan beranjak.
Pintu besar terbuka memperlihatkan seorang wanita berperawakan tinggi semampai dengan selera fashion yang tinggi. Tanpa permisi si wanita modis memasuki rumahnya menghempaskan diri pada sofa yang menganggur.
“Bisa buatkan aku minum. Aku sangat haus.”
Dari arah dapur Bibi Hong berlari tergopoh hendak memperingatkan kelancangan yang dilakukan wanita itu namun segera Rosalinne mengangkat tangan dan meminta Bibi Hong untuk mengurungkan niatnya.
“Apa yang kau inginkan?”
“Aku menginginkan David, tapi mungkin aku juga bisa mendapatkan segelas minuman dingin.”
Wajahnya datar sedatar mungkin. Rosalinne sama sekali tidak menunjukan ekspresi yang berarti, langkahnya mulai menjauh hendak menuruti kemauan sang tamu yang tidak tahu diri.
“Tunggu! Kapan David akan pulang? Dan sepertinya aku baru melihatmu, apakah kau asisten barunya?”
“Dia akan pulang sebentar lagi.”
Rosalinne menjawabnya acuh, selebihnya ia mengabaikan pertanyaan dari wanita tersebut.
“Bibi Hong, sebentar lagi David akan pulang, tolong tata ini dan pastikan agar tetap hangat.”
Mengiyakan perintah sang nyonya pelayan itu segera mengerjakan apa yang telah ditugaskan kepadanya dibantu oleh beberpa pelayan yang bertugas di dapur.
Sementara itu dari balik busa yang tebal Rosalinne merilekskan otot-ototnya. Terlahir menjadi sendok emas membuatnya tidak pernah kesulitan di dapur tapi kali ini wanita itu memilih untuk menyulitkan dirinya sendiri demi memberikan perawatan yang terjamin bagi keluarganya. Tubuhnya benar-benar terasa lelah tapi batinnya menyukai semua ini. Meski tubuhnya lelah setidaknya perasaannya tetap terjaga dan tidak mengalami tenakan yang akan membuatnya lebih lelah daripada lelah fisik seperti saat ini.
Rasanya sungguh nyaman, Rosalinne menikmati setiap pergerakan air yang beriak karna pergerakan kecil tubuhnya. Menyamankan posisi Rosalinne mulai menutup mata membiarkan tubuhnya dijamah oleh dinginnya air dan wangi busa dalam bathup. Wanita itu sepertinya tidak sadar jika seseorang telah memasuki kamar mandi yang ia gunakan. Kenyamanan yang dirasakannya telah membuainya hingga mengabaikan matahari yang telah tergelincir dengan sempurna ke arah barat. Rosalinne tidak mengingat sebanyak apa bathup ini terisi air yang jelas tidak mungkin jika airnya akan bertambah dan menyentuh hidungnya. Perlahan wanita itu membuka mata dan mendapati sosok David yang telah berada di hadapannya.
Gerakan jarinya terhenti ketika Rosalinne membuka mata. David tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya setelah berhasil menganggu tidur Rosalinne.
“Bangunlah, kau akan terserang flu jika terus seperti ini.”
Seketika itu semburat merah segera menjalar begitu menyadari keadaannya sekarang. Sangat malu, tapi apa mau dikata semua telah terlambat David sudah melihat semuanya. Menyadari sikap malu-malu Rosaline, David segera bangkit dan meninggalkan sang istri dengan ketersipuannya.
Rosalinne telah menyelesaikan ritual mandinya dan telah bersiap untuk bergabung di meja makan. Dari atas sana Rosalinne berhasil melihat penampilan santai sang suami, atasan berbahan kaos lengkap dengan celana longgar yang nyaman pria itu terlihat berkali-kali lipat lebih tampan. Mempercepat langkanya Rosalinne segera menarik kursi di samping David dan mendudukkan diri di sana.
“Kenapa kau ada di sini?”
“Tentu saja untuk makan.”
“Ah aku tau, David memintamu makan bersama kami bukan?”
“Tidak juga.”
Tanpa memperdulikan wanita yang terlihat bingung ini Rosalinne segera mengambil beberpa makanan dan meletakknya secara acak pada piringnya dan secara bertahap mulai memindahkan makanan tersebut ke dalam mulutnya.
“Makan yang ini juga.”
Sepotong daging telah David letakkan pada sendok yang siap diterbangkan Rosalinne ke dalam mulutnya dan dengan senang hati Rosalinne menyambut potongan daging yang diperolehnya.
“David kau melupakanku.”
Protes seseorang menginterupsi kegiatan pasangan suami istri yang tengah asik menikmati makan malam mereka.
“Tidak aku tidak melupakanmu. Kau Rona temanku dan ini Rosalinne Han istriku.”
Denting sendok yang terjatuh membuat Rosalinne menghentikan kunyahannya. Wanita itu menelan habis makanan di mulutnya sebelum kemudian berkata.
“Bibi Hong tolong bawakan sendok baru untuk nona ini,” ucapnya tenang dan segera dipatuhi oleh si pelayan.
“David apa ini? Jelaskan padaku!” seru Rona.
“Rosalinne Han dia istriku kami menikah 1 bulan yang lalu jika kau lupa.”
“Kau tidak memberitahuku,” katanya memelas seolah menjadi korban.
“Apakah seperlu itu aku memberitahumu.”
“Tapi kita…kita teman bagaimana bisa kau-,”
“Hanya kau. Aku tidak ingat terjalin pertemanan di antara kita,” tukas David menegaskan.
“Aku sudah selesai. Maaf aku tidak bisa menemani kalian lebih lama kurasa tubuhku tidak cukup sehat, untuk itu aku permisi dan terimakasih atas kunjungannya.”
Tak berselang lama dari kepergian Rosalinne, Rona juga segera angkat kaki dan menahan kekecewaan dalam benaknya. Sementara itu David segera menemui Rosalinne mengkhawatirkan keadaan sang istri yang sebelumnya telah berkata bahwa dirinya merasa tidak enak badan. Rasa khawatir yang dimiliki David berubah menjadi rasa tenang begitu melihat Rosalinne tengah berbaring di atas ranjang. Meski demikian David tahu jika Rosalinne tidak benar-benar menutup mata, pria itu tahu jika istrinya hanya berlari dari kenyataan. Peraduan itu bergoyang menandakan bahwa seseorang telah bergerak di atasnya. Dan benar saja rupanya David tengah bergerak mendekat pada keberadaan sang istiri.
“Apa yang kau rasakan? Apa kau sakit?”
Tidak mendapat respon, David yang gemas segera meraih tubuh Rosalinne dan mendekapnya.
“Setidaknya biarkan perutmu mencerna dengan baik, bangunlah sebentar aku tidak ingin kau sakit. Kau tahu itu bukan?” Tangannya terulur menyentuh bibir lembut dalam dekapannya.
Rosalinne membuka matanya mendapati David yang tengah menatapnya penuh sayang. Tangannya terulur meraih rahang tegas milik pria yang tengah menundukkan kepala memandanginya.
“Apa kau marah?” tanya David.
“Aku tidak marah,” lirih Rosalinne meyakinkan David.
“Katakan jika kau marah, maafkan aku.”
Tidak menjaawab pernyataan dari David, Rosalinne justru menenggelamkan wajahnya pada dada bidang sang suami menghirup dalam-dalam aroma mint yang terasa segar dalam penciumannya.
“Dia menganggapku teman tapi tidak denganku.”
Masih tidak mendapat respon David kembali melanjutkan perkataannya.
“Ayolah kau percaya padaku bukan?”
“Tidak juga.”
“Apa yang bisa membuatmu percaya heum? Apakah aku perlu mengadakan jumpa pers atau…”
“Atau apa?” tanya Rosalinne penasaran karna David menggantungkan kalimatnya.
“Menjadikanmu wanitaku seutuhnya.”
Wajah Rosaline memanas, wanita itu semakin mengubur wajahnya lebih dalam melupakan jika tindakannya justru akan semakin membuat David gemas.
“Jika terus seperti ini aku tidak yakin kau akan keluar kamar esok hari.”
“Hentikan aku mau tidur,” ucap Rosalinne final dan membalikkan badan menjauhi keberdaan David di sampingnya.
Sementara itu David terkikik geli sebelum kemudian memeluk sang istri dari belakang dan menyelam ke alam mimpi.
Rosalinne dengan setia mendiami Kasur hangat miliknya, memanjakan diri dengan kelembutan bulu angsa yang mendominasi bantal dan selimut miliknya. Rintik salju yang terus berjatuhan di luar sana membulatkan keinginan Rosalinne untuk tidak beranjak barang sejangkalpun dari tempat tidurnya. Hari sudah semakin sore dan sang Nyonya muda sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya. Bibi Hong yang merasa khawatir dengan kondisi sang Nyonya muda maka memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar yang ada di hadapannya. Tok..tok..tok… “Nyonya apa anda sudah bangun?” Kalimat pertama tidak mendapatkan balasan maka sekali lagi Bibi Hong kembali bersuara. “Nyonya hari sudah semakin sore, anda telah melewatkan makan siang anda. Haruskah saya membawakannya untuk nyonya?” Begitu mendengar suara pelayan tuanya, Rosalinne segera bangun memposisikan dirinya untuk bersandar di kepala ranjang kemudian dengan sedikit malas berkata. “Bawal
Cermin besar menampilkan bias seorang perempuan dengan setelan merah muda yang terlihat manis tapi sama sekali tidak memberikan kesan kekanakan. Warnanya cantik, menonjolkan keanggunan dan sentuhan lembut pada pemakainya. Surai kecoklatannya yang panjang diapit dengan sepasang hair pin putih yang diketahui tersusun atas beberapa mutiara. Setelah berputar sekilas di depan cermin pada akhirnya Rosalinne setuju dengan tampilannya kali ini, begitu berbalik jemarinya segera meraih clutch bag yang disodorkan oleh sang pelayan kemudian segera bergegas pergi dan diikuti beberapa pelayan di belakangnya. Melihat sang nyonya mulai berjalan di bawah ruang terbuka maka pelayan lainnya segera bertindak. Payung lebar segera dibuka guna menaungi sang nyonya dari bulir salju yang berjatuhan. Rosalinne masuk ke dalam kuda besi lalu kemudian pintu mobil ditutup dan semua pelayan menunduk hormat melepas kepergian Nyonya mereka. Klotak…Klotak… Suara hak sepatu
Di dalam sebuah kamar besi Rosaline terlihat sedang berdiri diantara kerumunan orang-orang di dalam lift. Paras cantik dan penampilannya yang segar mencuri perhatian orang-orang di sana tanpa mengetahui jika wanita itu adalah istri dari bos mereka. Seusai menghadiri undangan dari Nyonya Joo rupanya Rosalinne tak lantas kembali ke kediamannya melainkan bertandang mengunjungi sang suami yang tengah bekerja. Lift terus naik menuju lantai paling atas, namun sebelumnya kamar besi itu sempat berhenti di beberapa lantai dan membawa serta beberapa orang untuk masuk di dalamnya. Ruangan lift yang semula longgar kini mulai menyempit. Saat Rosalinne hendak terhimpit tiba-tiba seseorang lebih dulu melindunginya. “Nyonya apakah anda baik-baik saja?” Masih belum menjawab, Rosalinne memperhatikan pria di depannya. “Maaf Nyonya saya tidak punya pilihan lain selain seperti ini,” jelas pria tersebut pada Rosalinne. Memang sedikit cang
Malam merupakan keadaan dimana waktu berubah menjadi tenang dan nyaman. Kegelapan yang menyelimuti seakan menghangatkan orang-orang yang berada dalam pelukannya. Malam juga menjadi hal yang menyenangkan bagi pasangan suami-istri Han. Di atas peraduan yang lembut keduanya berada di bawah selimut yang sama, saling memeluk menghangatkan satu sama lain.“Dav kenapa kau mau menikah denganku?”“Dan kau kenapa mau menikah denganku?”Yang ditanya justru balik mempertanyakan hal yang sama.“Karna itu sebuah perintah.”“Tepat sekali karna itu perintah,” balas David semakin mengeratkan pelukannya pada sang istri.“Kau tidak menyesal?” selidik Rosalinne.“Awalnya.”Mengangkat alisnya Rosalinne menyembunyikan rasa kecewa yang tengah melanda relung hatinya. Kemudian wanita itu lebih memilih untuk memunggungi suaminya, menarik selimut tinggi-tinggi mengabaikan keberadaan
Seumur dirinya hidup ini adalah mandi yang paling menyenangkan, ia tak berpikir jika kegiatan bernama ‘mandi’ menjadi sangat menyenangkan jika bersama David. Ia pikir pria mesum itu akan menggodanya hingga berwajah merah padam namun ternyata tanpa diduga David mengadakan konser dadakan di kamar mandi yang tentunya membuat Rosalinne tertawa karna aksinya.“Dav kapan kau akan mandi? Ini sudah tidak hangat lagi.” Rosalinne menggoyangkan air dengan tangannya sebagai bentuk bukti laporannya.“Benarkah? Kalau begitu akan kuhangatkan untukmu,” ucapnya menyudahi aksi panggung dadakan miliknya lalu segera mengumbar senyum penuh makna yang membuat Rosalinne merutuki kalimatnya.Air dalam bathup bergoyang begitu tubuh atletis David membelah gundukan busa yang memenuhi permukaan air bathup. Sedikit menggoda sang istri David terus mendekatkan tubuhnya pada Rosalinne yang telah berwajah merah karna malu. Mendekatkan kepala
Telapak besar milik David tengah bergerak memutari permukaan perut rata Rosalinne. Setelah memberikan wanita itu obat dan membantu membersihkan diri, David sama sekali tak beranjak dari sisi Rosalinne barang sejengkalpun. Dari belakang David memeluk tubuh Rosalinne, mendekapnya hangat menyalurkan ketenangan yang luar biasa nyaman. Menerawang pada kejadian beberapa menit yang lalu ketika David merasakan keanehan dari sang istri pria itu lantas segera menyalakan pecahayaan dan membiarkan ruangan itu diserbu dengan cahaya terang. Dengan mata kepalanya sendiri David melihat noda merah yang seperti pulau dibalik tubuh istrinya. Warna merahnya sangat melukai perasaan David, bagaimana bisa darah sebanyak itu keluar dari tubuh istrinya. Mungkin terdengar berlebihan tapi jujur saja ia tak menyangka akan melihatnya sebanyak itu. Menyaksikan bagaimana wajah pucat dan keringat dingin di tubuh Rosalinne membuat David panik bahkan sejenak kehilangan kecerdasannya. Namun semuanya terkendali begitu
Sore itu hanya dihabiskan Rosalinne berdua bersama David. Dari balik jendela kaca di kamar mereka keduanya menyaksikan hari berganti menjadi petang. Setelah lama keduanya terdiam Rosalinne kemudian berinisiatif untuk membuka pembicaraan.“Kau pulang lebih awal Dav, bahkan jauh dari waktu biasanya.”David tidak membalas pernyataan sang istri, pria itu tetap diam tak bergeming menempelkan dagunya di puncak kepala Rosalinne. Kedua lengannya sibuk merengkuh tubuh ramping sang istri, posisi yang demikian itu sungguh menjadi kehangatan tersendiri bagi David.“Dav?”“Jadi kau menyukai aku yang selalu pulang malam?” sindir David.“Tidak juga.”David mengeratkan pelukannya mengubur wajahnya dalam-dalam pada ceruk leher Rosalinne.“Aku kotor belum mandi Dav,” keluh Rosalinne merasa tidak enak pada David yang menyerbunya.“Apakah itu kode?” selidik David.&ldqu
Noda herbal itu susah dihilangkan terlebih dengan aromanya yang cukup kuat sehingga membuat Rosalinne susah mengenyahkannya. Dalam usaha membersihkan noda di pakaiannya tanpa sadar David telah berada di belakang tubuh Rosalinne dan dengan tiba-tiba memeluk perempuan itu dengan erat. “Dav kau sudah selesai? Maaf aku terlalu lama di sini,” kata Rosalinne sembari menatap David pada pantulan cermin. “Ada apa?” Tidak menjawab, David justru mendaratkan kecupan-kecupan basah di Pundak dan sekitar perpotongan leher Rosalinne. “Dav menjauhlah, noda ini membuatku bau apa kau tidak menciumnya?” “Tidak. Aku menyukainya.” Merasa aneh dengan perlakuan David membuat Rosalinne segera membalikkan badan dan menatap lekat pria tinggi itu. “Kau baik-baik saja?” tanyanya lembut dengan posisi tangan meraih rahang sang suami. Sentuhan yang dirasakan David semakin membuat sesuatu dalam dirinya meledak-ledak tidak terkendali. Memejamkan matanya