Di dalam sebuah kamar besi Rosaline terlihat sedang berdiri diantara kerumunan orang-orang di dalam lift. Paras cantik dan penampilannya yang segar mencuri perhatian orang-orang di sana tanpa mengetahui jika wanita itu adalah istri dari bos mereka. Seusai menghadiri undangan dari Nyonya Joo rupanya Rosalinne tak lantas kembali ke kediamannya melainkan bertandang mengunjungi sang suami yang tengah bekerja.
Lift terus naik menuju lantai paling atas, namun sebelumnya kamar besi itu sempat berhenti di beberapa lantai dan membawa serta beberapa orang untuk masuk di dalamnya. Ruangan lift yang semula longgar kini mulai menyempit. Saat Rosalinne hendak terhimpit tiba-tiba seseorang lebih dulu melindunginya.
“Nyonya apakah anda baik-baik saja?”
Masih belum menjawab, Rosalinne memperhatikan pria di depannya.
“Maaf Nyonya saya tidak punya pilihan lain selain seperti ini,” jelas pria tersebut pada Rosalinne.
Memang sedikit canggung, posisi perhadapan dengan kedua tangan si pria yang menyilang dada. Sebenarnya Rosalinne ingin tertawa, bagaimana bisa pria itu berpose menyilangkan dada seperti itu meski sebenarnya Rosalinne tahu jika pria itu berusaha agar tubuh keduanya tidak saling menabrak tapi posisi ini cukup lucu di matanya.
“Ah maaf harus bertemu anda dengan keadaan yang seperti ini,” kata pria itu lagi.
“Tidak apa-apa,” jawab Rosalinne menggantung memikirkan sesuatu.
Seolah dapat membaca pertanyaan dari wajah Rosalinne, pria itu kemudian berkata.
“Lucas Park, asisten Tuan Han.”
Begitu mendengarnya Rosalinne segera mengingat pria ini yang sempat hadir di acara pernikahannya.
Triiing….
Pintu lift terbuka, orang-orang mulai keluar begitupun Rosalinne dan Lucas.
Lucas segera mengarahkan Rosalinne untuk mengikutinya. Begitu sampai di sebuah pintu yang tidak tembus pandang Lucas segera berhenti dan berbalik menghadap Rosalinne.
“Senang bertemu dengan anda Nyonya, Tuan Han ada di dalam,” ucapnya seraya mempersilahkan Rosalinne untuk memasukin ruangan tersebut.
“Kenapa cepat sekali?”
David pikir itu adalah Lucas maka dengan cepat pria itu bertanya bagaimana Lucas bisa secepat ini.
“Kupikir seseorang mencari anda jadi-,”
“Katakan aku sibuk.”
Lucas Park, pria itu hendak melakukan protes tapi sebelum itu terjadi Rosalinne telah menghentikannya dan langsung melangkahkan kaki menuju meja kebesaran sang suami.
“Sudah kukatakan aku sibuk jadi pergilah jika tidak penting.”
Lidahnya kelu suaranya melemah begitu didapati istri cantiknya berkunjung menemuinya.
“Habiskan,” kata Rosalinne sembari meletakkan kotak yang dibungkus dengan kain di meja milik David.
“Tunggu-tunggu jangan pergi!”
“Kenapa bukankah kau sibuk?”
“Tidak sesibuk itu untuk istriku.”
Mengerti dengan suasana yang sedang terjadi, Lucas memilih untuk keluar dan meninggalkan kedua pasangan itu dalam ruang yang senyap.
Begitu Lucas pergi dan pintu kembali ditutup, David segera meraih Rosalinne dan memeluknya.
“Kau membuatku sesak Dav,” protes Rosalinne menginterupsi.
Melonggarkan pelukkannya David kemudian melepaskan Rosalinne dan membawa wanita itu untuk duduk di sebuah sofa di ruang kerjanya.
David menandaskan minumnya mengakhiri acara makan siang menyenangkan bersama sang istri.
“Dav.”
“Ya?”
Mengeluarkan sebuah undangan sederhana dari dalam clutch miliknya.
“Apa kita harus hadir?”
“Hadir? Ah.. itu tidak perlu jika kau tidak ingin. Lagi pula aku bisa menghadirinya sendiri jika kau mau.”
Mendapati istrinya yang tidak memberikan respon lantas David bertanya.
“Kenapa? Apa sesuatu telah salah?”
“Aku akan ikut denganmu. Aku tidak ingin sendiri Dav,” ucap Rosalinne pada akhirnya.
“Begitukah?”
“Heum.” Angguknya di hadapan David.
“Gadis pintar.”
Pria dengan telapak tangan yang hangat itu segera mengelus puncak kepala sang istri membuat Rosalinne memandang David lekat.
“Jadi kau mengakui aku masih gadis?”
“Tentu. Apa perlu aku membuktikannya?” pertanyaan David yang sedikit ambigu membuat Rosalinne memiliki semburat merah di pipi.
Tanpa aba-aba David justru menjulurkan tangannya, dengan lembut meraih pipi kemerahan yang menggemaskan di hadapannya itu. Sedikit demi sedikit jarak mulai terkikis, deru nafas yang hangat saling menerpa wajah satu sama lain. Ketika kedua hidung saling bertemu dan bersinggungan serta hanya mengikis sedikit jarak tiba-tiba dengan tidak tahu dirinya Lucas menyerobot masuk melupakan kehadiran istri dari atasannya tersebut.
“Akh maaf, ah maaf. Maafkan aku, a.. aku permisi.”
Segera Rosalinne mendorong David menjauh darinya.
“Dave kau gila.”
“Gila karnamu. Kau tau, kau benar-benar membuatku gila Nyonya Han.”
Mendekatkan dirinya David berbisik di telinga sang istri.
“Malam itu diranjang, kau sangat hebat di atas sana.”
Mendengarnya Rosalinne segara menjauhkan diri dan segera berdiri hendak pergi karna rasa malu yang dideritanya. Sementara itu David justru terkekeh dan dengan sigap meraih pergelangan sang istri dan menariknya hingga jatuh terduduk di pangkuannya.
Semakin mendekatkan diri David memeluk istrinya dari belakang menempelkan dagunya pada perpotongan leher dan selangka Rosalinne lau dengan seduktif berkata.
“Kau hebat sampai aku tak sanggup menahan doronganmu. Kau terlalu kuat sayang, kakimu yang ini begitu nakal, menendangku hingga terjungkal kau tahu?”
Tentu saja Rosalinne tahu arah pembicaraan David. Malam itu saat David mencoba menciumnya tanpa sadar kaki-kainya justru menendang David dengan sekuat tenaga hingga membuat David terjungkal dan mengaduh. Momen yang cukup memalukan mengingat citra lembut yang selama ini ia bangun di depan sang suami hancur begitu saja karna tendangan refleks dari dirinya.
Siang itu menjadi momen pertama Rosalinne berkunjung mengunjungi seorang lelaki yang bernotabene sebagai suaminya. Melakukan penjajakan baru yang menyenangkan juga menantang.
---
Tak terasa waktu yang dimaksutpun tiba. Dengan berbalut setelan jas mahal miliknya, David terlihat berkali-kali lipat lebih tampan. Tuxedo di balik jas mahal itu benar-benar membungkus dada bidangnya dengan sangat rapi. Tanpa celah dan terlihat menakjubkan. Paras tampannya sangat menggoda untuk terus diperhatikan.
Di sisi lain seorang wanita dengan gaun sebatas betis tengah duduk di sebuah kursi mengabaikan orang-orang yang berlalu lalang dengan raut yang berbahagia. Selama dirinya duduk Rosalinne kerap mendengar kasak-kusuk dari beberapa wanita yang juga duduk tak jauh darinya. Saling tertawa renyah melemparkan pujian bahkan tak jarang diantaranya menyombongkan diri satu sama lain. Dari percakapan keempatnya Rosalinne tahu siapa mereka. Wanita yang berusia sekitar 26 tahunan tampak dewasa dengan gaun yang memamerkan bahu putihnya dia Lee Hana istri dari Lee Jeonghyun pemilik perusahaan property. Di sebelahnya wanita muda berusia 23 tahun Choi Yein istri pemilik rumah sakit Choi Siwon. Sedangkan dua lainnya wanita lajang Amber Kim dan Seo Bora yang masing-masing putri dari konglomerat Korea.
Menghembuskan nafasnya sedikit kasar rupanya berhasil menginteruspi kegiatan para wanita itu.
“Maaf, apa kami mengganggu anda nona?”
“Sedikit kurasa.”
Mendapat jawaban seperti itu membuat Bora menyimpan rasa tidak suka pada Rosalinne. Memandang ramah Rosalinne gadis itu menilai penampilan Rosalinne.
“Jadi, siapa nama anda? Dari mana anda berasal dan bagaimana latar keluarga anda?”
“Aku Rosalinne, istri seorang penjaga di salah satu perusahaan. Tidak ada yang menarik, keluargaku hanyalah seorang penjaga toko kecil di pasar.”
Tanpa menunggu reaksi keempat wanita tersebut Rosalinne segera berdiri dan dengan tenang melangkahkan kaki berjalan kea rah beberapa orang pria yang tengah berbincang di tengah aula pesta. Menyelipkan tangan rampingnya pada lengan kekar seorang pria Rosalinne melirik ke arah kerumunan wanita tersebut lalu tersenyum menang.
Mengangkat wajahnya Rosalinne memandang David yang tengah serius bercakap dengan rekan bisnisnya yang jika diperhatikan lebih teliti pria itu juga membagi fokusnya pada sang sitri, mengelus lembut punggung tangannya sebagai bentuk rasa kasih dan perhatian darinya.
Jadi suami yang bekerja sebagai penjaga yang dimaksudnya adalah David Han pria nomor satu yang sangat luar biasa. Sebenarnya tidak salah perkataan Rosalinne mengenai profesi suaminya hanya saja selain menjaga suaminya juga merupakan penguasa yang mengendalikan seluruh isi perusahaan. Mendapati kenyataan itu Seo Bora seperti tidak diberi muka setelah dengan pongahnya menanyakan latar belakang dari seorang Rosalinne. Bahkan ia juga tidak menyangka jika David Han seseorang yang diidamkannya ternyata telah beristri, sungguh Bora merasa mata kecewa dan marah. Bagaimana bisa dirinya kehilangan dan tidak tahu-menahu tentang informasi sperti ini.
“Dia istrinya?” tanya Bora masih tidak menyangka.
“Aku tidak mendengar pernikahnnya, apakah itu hanya sebuah kebohongan?”
“Tidak. Rosalinne memang istri dari David. Kami sempat bertemu dia jamuan minum teh Keluarga Joo,” sela Amber.
Ketiga wanita lainnya segera mengalihkan perhatian mereka dan menatap ke arah Amber Kim.
Sementara Amber yang ditatap merasakan aura intimidasi dari teman-temannya yang menuntut atas rasa ingin tahu mengenai Rosalinne yang berhasil menyandang gelar sebagai Nyonya Han yang menjadi incaran para wanita.
Malam merupakan keadaan dimana waktu berubah menjadi tenang dan nyaman. Kegelapan yang menyelimuti seakan menghangatkan orang-orang yang berada dalam pelukannya. Malam juga menjadi hal yang menyenangkan bagi pasangan suami-istri Han. Di atas peraduan yang lembut keduanya berada di bawah selimut yang sama, saling memeluk menghangatkan satu sama lain.“Dav kenapa kau mau menikah denganku?”“Dan kau kenapa mau menikah denganku?”Yang ditanya justru balik mempertanyakan hal yang sama.“Karna itu sebuah perintah.”“Tepat sekali karna itu perintah,” balas David semakin mengeratkan pelukannya pada sang istri.“Kau tidak menyesal?” selidik Rosalinne.“Awalnya.”Mengangkat alisnya Rosalinne menyembunyikan rasa kecewa yang tengah melanda relung hatinya. Kemudian wanita itu lebih memilih untuk memunggungi suaminya, menarik selimut tinggi-tinggi mengabaikan keberadaan
Seumur dirinya hidup ini adalah mandi yang paling menyenangkan, ia tak berpikir jika kegiatan bernama ‘mandi’ menjadi sangat menyenangkan jika bersama David. Ia pikir pria mesum itu akan menggodanya hingga berwajah merah padam namun ternyata tanpa diduga David mengadakan konser dadakan di kamar mandi yang tentunya membuat Rosalinne tertawa karna aksinya.“Dav kapan kau akan mandi? Ini sudah tidak hangat lagi.” Rosalinne menggoyangkan air dengan tangannya sebagai bentuk bukti laporannya.“Benarkah? Kalau begitu akan kuhangatkan untukmu,” ucapnya menyudahi aksi panggung dadakan miliknya lalu segera mengumbar senyum penuh makna yang membuat Rosalinne merutuki kalimatnya.Air dalam bathup bergoyang begitu tubuh atletis David membelah gundukan busa yang memenuhi permukaan air bathup. Sedikit menggoda sang istri David terus mendekatkan tubuhnya pada Rosalinne yang telah berwajah merah karna malu. Mendekatkan kepala
Telapak besar milik David tengah bergerak memutari permukaan perut rata Rosalinne. Setelah memberikan wanita itu obat dan membantu membersihkan diri, David sama sekali tak beranjak dari sisi Rosalinne barang sejengkalpun. Dari belakang David memeluk tubuh Rosalinne, mendekapnya hangat menyalurkan ketenangan yang luar biasa nyaman. Menerawang pada kejadian beberapa menit yang lalu ketika David merasakan keanehan dari sang istri pria itu lantas segera menyalakan pecahayaan dan membiarkan ruangan itu diserbu dengan cahaya terang. Dengan mata kepalanya sendiri David melihat noda merah yang seperti pulau dibalik tubuh istrinya. Warna merahnya sangat melukai perasaan David, bagaimana bisa darah sebanyak itu keluar dari tubuh istrinya. Mungkin terdengar berlebihan tapi jujur saja ia tak menyangka akan melihatnya sebanyak itu. Menyaksikan bagaimana wajah pucat dan keringat dingin di tubuh Rosalinne membuat David panik bahkan sejenak kehilangan kecerdasannya. Namun semuanya terkendali begitu
Sore itu hanya dihabiskan Rosalinne berdua bersama David. Dari balik jendela kaca di kamar mereka keduanya menyaksikan hari berganti menjadi petang. Setelah lama keduanya terdiam Rosalinne kemudian berinisiatif untuk membuka pembicaraan.“Kau pulang lebih awal Dav, bahkan jauh dari waktu biasanya.”David tidak membalas pernyataan sang istri, pria itu tetap diam tak bergeming menempelkan dagunya di puncak kepala Rosalinne. Kedua lengannya sibuk merengkuh tubuh ramping sang istri, posisi yang demikian itu sungguh menjadi kehangatan tersendiri bagi David.“Dav?”“Jadi kau menyukai aku yang selalu pulang malam?” sindir David.“Tidak juga.”David mengeratkan pelukannya mengubur wajahnya dalam-dalam pada ceruk leher Rosalinne.“Aku kotor belum mandi Dav,” keluh Rosalinne merasa tidak enak pada David yang menyerbunya.“Apakah itu kode?” selidik David.&ldqu
Noda herbal itu susah dihilangkan terlebih dengan aromanya yang cukup kuat sehingga membuat Rosalinne susah mengenyahkannya. Dalam usaha membersihkan noda di pakaiannya tanpa sadar David telah berada di belakang tubuh Rosalinne dan dengan tiba-tiba memeluk perempuan itu dengan erat. “Dav kau sudah selesai? Maaf aku terlalu lama di sini,” kata Rosalinne sembari menatap David pada pantulan cermin. “Ada apa?” Tidak menjawab, David justru mendaratkan kecupan-kecupan basah di Pundak dan sekitar perpotongan leher Rosalinne. “Dav menjauhlah, noda ini membuatku bau apa kau tidak menciumnya?” “Tidak. Aku menyukainya.” Merasa aneh dengan perlakuan David membuat Rosalinne segera membalikkan badan dan menatap lekat pria tinggi itu. “Kau baik-baik saja?” tanyanya lembut dengan posisi tangan meraih rahang sang suami. Sentuhan yang dirasakan David semakin membuat sesuatu dalam dirinya meledak-ledak tidak terkendali. Memejamkan matanya
Tubuhnya benar-benar kehilangan kendali, selain hawa panas ada rasa lain yang dirasakannya tapi cukup sulit untuk dipahami olehnya. Menggeliat dan berguling sama sekali tidak membantunya. Matanya yang sayu menatap penuh permohonan, mencengkeram erat baju yang dikenakan David, Rosalinne memohon meminta pertolongan. Rasa yang menyiksanya itu telah menghilangkan sebagian akal sehatnya bahkan ketika David melucuti pakaian yang dikenakan olehnya Rosalinne sama sekali tidak sadar, baru ketika telapak besar suaminya telah menyentuh permukaan kulitnya Rosalinne tersadar dengan apa yang terjadi. Rosalinne tidak bergerak, perempuan itu masih memahami respon yang diberikan tubuhnya terlebih setelah sentuhan yang telah David berikan padanya.Mendapati Rosalinne yang diam membeku David lantas menghentikan aksinya, menatap penuh khawatir dengan keadaan sang istri. Instingnya mengatakan jika Rosalinne tengah menahan sesuatu oleh karenanya dengan lembut David membelai sisi wajah sang istri d
Hari ini menjadi hari yang paling melelahkan bagi Rosalinne pun dengan David. Setelah kejadian pemanasan diri siang tadi Rosalinne menjadi benar-benar sangat malu meski hanya untuk sekedar berpapasan dengan David. Di rumah yang seluas ini rupanya keberadaan David juga tak berada jauh dari Rosalinne atau memang mungkin sebenarnya pria itu tak mau berjauhan dengan Rosalinne, yang jelas sejak kejadian itu dimanapun arah matanya memandang maka di situlah David berada. Di dalam kamarnya Rosalinne terlihat gugup. Meski telah mengenakan gaun tidurnya rupanya perempuan itu tak kunjung menempati kasur empuknya. Berjalan ke sana – kemari Rosalinne benar-benar dilanda kegugupan. Kedua kakinya yang tersimpan dalam alas bulu yang lembut terlihat penuh semangat membawanya berjalan di ruangan kamar, bahkan mungkin jika dihitung ini telah menjadi langkanya yang ke seratus tapi Rosalinne benar-benar tidak dapat mengatasi kegugupannya. Sadar atau tidak bahkan sikap tenangnya seolah runtuh, ke
“Kau menikmatinya?” tanya Rosalinne pada David. “Tentu sangat nikmat.” Rosalinne tersenyum kembali menyuapkan strawberry ke mulut David yang telah usai mengunyah. Rupanya pasangan itu tengah menikmati quality time di tengah kesibukan yang mendera. Di dalam ruang kerja David yang luas Rosalinne duduk memangku kepala si Pria Han, menyuapkan bebeberapa jenis camilan sebagai penutup acara makan siang keduanya. “Jam berapa kau akan mulai bekerja?” “Sebentar lagi.” “Bisahkah kau menyebutkan waktunya?” “Kurasa tidak.” Mendapat pernyataan seperti itu membuat Rosalinne jengah. Sebenarnya inilah yang ia takutkan jika mengunjungi kantor suaminya itu, kehadirannya akan menyita seluruh perhatian David hanya untuknya bahkan Rosalinne rasa ini sudah jauh melewati batas jam makan siang yang seharusnya. David yang merasakan keterdiaman Rosalinne lantas mendongak, seolah dapat membaca pikiran sang istri kemudian David berkata.