Cermin besar menampilkan bias seorang perempuan dengan setelan merah muda yang terlihat manis tapi sama sekali tidak memberikan kesan kekanakan. Warnanya cantik, menonjolkan keanggunan dan sentuhan lembut pada pemakainya. Surai kecoklatannya yang panjang diapit dengan sepasang hair pin putih yang diketahui tersusun atas beberapa mutiara. Setelah berputar sekilas di depan cermin pada akhirnya Rosalinne setuju dengan tampilannya kali ini, begitu berbalik jemarinya segera meraih clutch bag yang disodorkan oleh sang pelayan kemudian segera bergegas pergi dan diikuti beberapa pelayan di belakangnya. Melihat sang nyonya mulai berjalan di bawah ruang terbuka maka pelayan lainnya segera bertindak. Payung lebar segera dibuka guna menaungi sang nyonya dari bulir salju yang berjatuhan. Rosalinne masuk ke dalam kuda besi lalu kemudian pintu mobil ditutup dan semua pelayan menunduk hormat melepas kepergian Nyonya mereka.
Klotak…Klotak…
Suara hak sepatu yang dikenakan Rosalinne menghantam lantai marmer yang keras. Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu lama pada akhirnya Rosalinne tiba di tempat undangan. Ini adalah sebuah perjamuan musim dingin yang diadakan Nyonya keluarga Joo, salah seorang kaum elit yang merupakan karib dari mendiang Nyonya Han ibu mertua Rosalinne. Begitu sampai di tempat tujuan seorang pelayan telah menyambutnya dan mengantarnya ke aula pertemuan. Pintu kayu klasik segera didorong seketika memunculkan pemandangan lain yang tidak terduga sebelumnya. Sebuah taman pribadi dengan atap kaca, dinding transparan dengan aksen kayu yang tradisional membuat taman pribadi ini menyatu dengan alam buatan yang ada di dalamya. Rosalinne menyukai tempat ini bahkan sejenak terpukau dengan keindahan kombinasi klasik dan modern yang tercipta di antaranya. Hingga kemudian seorang wanita berumur yang diketahui sebagai Nyonya Joo segera berdiri dan menyambut Rosalinne dengan tangannya sendiri.
“Nyonya Han kau datang?”
Langkah kakinya semakin lambat seiring jarak yang semakin terkikis.
Tersenyum ramah Rosalinne kemudian membungkuk pada tuan rumah selaku pemilik jamuan ini.
“Wanita yang sopan,” tutur Nyonya Joo dan segera meraih tangan Rosalinne dalam genggamannya.
Rosalinne yang mendapatkan perlakuan demikian terpaku untuk sesaat. Rasanya hangat, rasa ini benar-benar baru untuknya entah kenapa wanita paruh baya ini sangat hangat dan terkesan penuh kasih.
Mencecap dengan penuh kehati-hatian Rosalinne mendalami rasa teh yang tengah diminumnya. Tieguanyin tea jenis teh yang banyak tumbuh di musim semi dan gugur ini begitu nikmat diminum pada dinginnya musim dingin. Nyonya Joo tersenyum senang begitu mendapati Rosalinne terlihat menyukai teh yang disuguhkannya. Memang bukan teh nomor satu tapi teh jenis ini terkenal akan khasiatnya dan cukup berjajar di kalangan kelas atas.
“Ibu mertuamu juga menyukainya. Aku senang begitu kau meminumnya, itu mengingatkanku padanya,” kata Nyonya Joo dengan raut Bahagia yang kemudiaan diikuti pancaran kesedihan di akhir kalimatnya.
“Nyonya terimakasih,” balas Rosalinne lembut sembari meraih tangan Nyonya Joo dalam genggamannya. Wanita itu tersenyum menerima penghargaan Rosalinne atas perasaannya.
Sebenarnya bukan Rosalinne yang menjadi tokoh utama dalam jamuan itu melainkan Nyonya Joo sendirilah sebagai tuan rumah yang menjadi tokoh utama. Namun kehadiran Rosalinne telah menyita perhatian para Nyonya juga Nona-Nona kaya yang turut hadir pada acara itu. Tampilan Rosaline benar-benar seperti Sakura yang mekar di musim dingin. Bunga Sakura yang memilki kesan hangat musim semi kini melekat pada diri Rosalinne yang hangat karismatik, sungguh pemandangan langka yang tidak banyak dijumpai.
Setelah beberapa saat berbincang dengan Rosalinne pada akhirnya Nyonya Joo meninggalkan menantu Keluarga Han itu untuk menemui tamu-tamunya yang lain. Sebagai nyonya kelas atas yang dikenal ramah dan berbudi pekerti yang baik Nyonya Joo tahu betul bagaimana harus bersikap agar tidak menimbulkan kecemburuan di antara semua tamunya. Menatap punggung Nyonya Joo yang menjauh Rosalinne sedikit banyaknya bisa memahami bagaimana sosok mendiang mertuanya lewat kehangatan yang diberikan Nyonya Joo. Tersenyum sendu Rosalinne segera mengalihkan perhatiannya pada cangkir teh yang menyisakan separuh isinya.
“Nyonya Han,” sapa seorang wanita yang tiba-tiba saja sudah berada di dekat Rosalinne.
Merasa bahwa wanita ini lebih berumur darinya maka tanpa ragu Rosalinne berdiri dan membungkuk hormat yang kemudian juga dibalas oleh si wanita.
Mengulurkan tangannya, wanita itu memperkenalkan diri.
“Kim Sonhee, istri Kim Hyunmoo.”
Meski tidak begitu mengenal si Kim Sonhee ini namun Rosalinne tetap mengulurkan tangannya sebagai bentuk penghormatan. Tak lama setelah perkenalannya dengan Kim Sonhee kemudian beberapa wanita juga turut menghampirinya dan pada akhirnya mereka berbagi meja yang sama. Dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak terkadang Rosalinne memamerkan senyum sebagai bentuk simbolis bahwa dirinya turut serta dan merespon apa yang para wanita itu bincangkan meski kenyataannya itu hanya sebuah formalitas bagi Rosalinne demi harkat martabatnya sebagai seorang Nyonya Han. Jika boleh memilih maka Rosalinne akan menjejalkan earphone miliknya dan menenggelamkan diri bersama alunan klasik yang mengisi seluruh ruang pendengarannya daripada mendengar percakapan yang terkadang menurut Rosalinne tidak cukup penting untuk dibawa ke dalam sebuah obrolan.
“Nyonya Han anda tidak banyak bicara, kurasa anda adalah sosok yang tenang.”
“Begitukah? Maafkan saya, sepertinya saya terlalu menikmati pembicaraan nyonya-nyonya sekalian. Itu membuatku tertarik dan selalu ingin mendengarnya,” jawab Rosalinne tenang berkebalikan dengan makna yang sebenarnya.
“Benarkah? Anda masih sangat muda mungkin jika anda memiliki sesuatu hal yang ingin dikatakan, anda bisa mengatakannya.”
“Benar, biasanya wanita muda memiliki cerita yang mengesankan dibalik kecantikan yang dimilikinya, bukankah itu benar?” timpal salah seorang nyonya yang juga berada satu meja dengannya yang kemudian diikuti anggukan dan senyuman para nyonya lainnya sebagai persetujuan.
“Ah begitu, sebenarnya saya tidak memiliki sesuatu untuk dikatakan, yang muda ini perlu arahan dan contoh dari yang lebih berpengalaman seperti nyonya-nyonya sekalian jadi lebih baik bagi saya menyimak ilmu baru yang anda berikan lewat obrolan ini.”
Rosalinne tersenyum, wanita itu menangkap maksut dibalik pertanyaan sekaligus pernyataan ‘wanita muda cantik’ yang dimaksut para wanita ini. Jadi bukankah secara tidak langsung mereka ingin mengungkit hal apa saja yang dilakukan seorang wanita muda pada umumnya? Jelas-jelas mereka hanya ingin tahu bagaimana kehidupan Rosalinne dan itu sama sekali bukan kebiasaan dari Rosalinne untuk menjual kehidupannya dalam sebuah percakapan.
“Begitu ya, Nyonya Han ini benar-benar seorang yang baik dan rendah hati,” lirih nyonya tersebut merasa provokasinya tidak berhasil.
“Ibu.”
Panggilan seseorang mengalihkan perhatian orang-orang di meja tersebut. Seorang gadis dengan dress selututnya tampak cantik menampilkan senyum menawan menghampiri sang ibu yang rupanya berada satu meja dengan Rosalinne dan para nyonya lainnya.
“Amber,” balas sang ibu yang segera menyambut kedatangan putrinya.
“Inikah putri kecilmu itu? Lihatlah dia telah tumbuh sebagai gadis yang cantik.”
Mendapatkan pujian membuat sepasang ibu dan anak tersenyum bangga.
“Sepertinya Nona Amber memiliki usia yang tidak jauh berbeda dengan Nyonya Han.”
“Benar, kalian terlihat muda dan seumuran. Meski begitu sepertinya Nyonya Han telah berjodoh lebih dulu.”
Tunggu, perkataan nyonya ini terdengar provokatif. Rosalinne yang sama sekali tidak menaruh minat kini mulai waspada dengan arah pembicaraan yang tercipta.
“Sepertinya Nyonya Han dilimpahi keberuntungan,” timpal seorang nyonya yang justru memperkeruh keadaan.
“Tidak apa-apa bibi, aku sangat puas dengan karirku selama ini.”
Nyonya Kim yang mendengar jawaban putrinya terlihat cukup puas dengan jawaban tersebut, tapi lagi-lagi pada dasarnya selalu ada saja yang bertindak sebagai asap untuk menghasilkan api.
“Tapi mungkin akan jadi lebih baik dengan seseorang yang akan selalu berada di sisimu, bukahnkah begitu Nyonya Han?”
Tanpa berpikir panjang lagi mau tak mau Rosalinne mengikuti alur pembicaraan yang menggiringnya pada api.
“Benar, memiliki seseorang di samping kita adalah sebuah keberuntungan,” jeda Rosalinne sebelum kembali bersuara.
“Tapi kurasa meski telah memiliki pasangan seorang wanita tentunya juga harus mandiri, bukankah begitu?”“Benar anda benar.”
Rosalinne tersenyum.
“Menikah atau berkarir itu adalah dua hal yang berbeda, dan kurasa setiap wanita akan paham tentang itu. Alangkah lebih baik menikah jika memang siap dan tidak ada salahnya berkarir selagi ada kesempatan,” ujarnya dengan senyum lembut di akhir kalimatnya.
Amber tersenyum ke arah Rosalinne seolah gadis itu sependapat dengan pemikiran Rosalinne. Bukan bermaksut memenangkan salah satu pendapat hanya saja di sini Rosalinne tidak mau dirugikan dengan terseret pada api yang diciptakan oleh nyonya-nyonya yang berebut sedang benar ini, maka lebih baik baginya mengimbangkan kedua pendapat.
“Nyonya Han selain rendah hati ternyata anda berpikiran luas, semoga kebahagiaan segera menghampiri keluarga anda,” ucap Nyonya Kim Sonhee tulus yang ditanggapi dengan senyum cerah milik Rosalinne.
“Memang benar seperti itu, bahkan setidaknya jika kelak pernikahan tidak diberkahi dengan kebahagiaan setidaknya seorang wanita masih memiliki karir yang dibawanya.”
“Ya itu benar bukankah akhir-akhir ini terlalu banyak pernikahan paksa atau bahkan pernikahan secara rahasia, ouh itu menakutkan,” seorang nyonya menimpali yang dengan sekilas melirik keberadaan Rosalinne.
“Ah bukankah itu urusan masing-masing keluarga sebaiknya kita tidak membicarakannya.”
Rosalinne diam tidak menanggapi hanya menyesap sisa teh di cangkir miliknya.
“Tapi Nyonya Han bagaimana pendapatmu sebagai wanita muda mengenai hal itu?”
Benar saja rupanya orang-orang ini tidak berhenti menggigit bahkan meski sebelumnya mangsa telah berhasil melepaskan diri.
“Tidak masalah jika kedua belah pihak tidak dirugikan.”
Jawaban Rosalinne cukup mengejutkan bagi mereka, tidak menyangka jika Nyonya Han akan menjawab dengan selugas ini.
“Ada apa bukankah benar? Jika kedua belah pihak diuntungkan bukankah itu suatu pencapaian yang bagus?” tanya Rosalinne memastikan atas respon yang akan diberikan oleh para nyonya.
“Anda berbicara dengan sangat terbuka ya-,”
“Bukankah anda sendiri yang menanyakannya dan lagi saya juga sudah mengutarakan apa yang ingin saya katakan sesuai dengan keinginan anda sebelumnya.”
Semuanya diam merasa kaku mendapat serangan Rosalinne yang tepat pada sasaran.
“Maaf jika pertanyaan itu membuat anda tertekan, seharusnya saya lebih berhati-hati dalam bertanya terlebih dengan pernikahan yang anda alami.”
Mendadak suasana menjadi semakin tidak nyaman begitu seseorang mulai menyinggung dengan kalimat yang diucapkannya.
“Apa anda menghawatirkan saya? Ah saya cukup senang dengan perhatian anda. Tidak perlu khawatir saya baik-baik saja.”
Seseorang yang menyinggung itu hendak melontarkan kembali kalimatnya sebelum Rosalinne menyelanya dengan berkata terlebih dahulu.
“Nyonya-Nyonya sekalian dan utamanya Nyonya Seo, maaf karna keluarga kami tidak sempat mengundang kalian. Kurasa ayah terlalu mengutamakan kolega terdekat kami,” balas Rosalinne cepat.
“Apakah ada sesuatu hal yang serius? maaf aku terlalu sibuk dengan beberapa tamu.”
Interupsi Nyonya Joo yang tiba-tiba saja kembali.
“Kami hanya berbicara sedikit Nyonya Joo, bukankah begitu?” jelas salah satu diantara mereka dan didukung dengan yang lainnya.
“Benar Nyonya Joo, ini hanyalah pembicaraan mengenai antara wanita dewasa dan wanita muda,” timpal Rosalinne tersenyum ramah pada si tuan rumah.
“Begitu rupanya, sepertinya telah banyak yang kulewatkan.”
Tersenyum, Rosalinne memandang tepat kearah Nyonya Seo yang sedari tadi menyuarakan provokasi atas dirinya. Dan setelahnya Rosalinne hanya sibuk bercengkrama dengan tuan rumah dan mengabaikan rasa tidak suka oleh beberapa nyonya yang ditujukan pada dirinya.
Di dalam sebuah kamar besi Rosaline terlihat sedang berdiri diantara kerumunan orang-orang di dalam lift. Paras cantik dan penampilannya yang segar mencuri perhatian orang-orang di sana tanpa mengetahui jika wanita itu adalah istri dari bos mereka. Seusai menghadiri undangan dari Nyonya Joo rupanya Rosalinne tak lantas kembali ke kediamannya melainkan bertandang mengunjungi sang suami yang tengah bekerja. Lift terus naik menuju lantai paling atas, namun sebelumnya kamar besi itu sempat berhenti di beberapa lantai dan membawa serta beberapa orang untuk masuk di dalamnya. Ruangan lift yang semula longgar kini mulai menyempit. Saat Rosalinne hendak terhimpit tiba-tiba seseorang lebih dulu melindunginya. “Nyonya apakah anda baik-baik saja?” Masih belum menjawab, Rosalinne memperhatikan pria di depannya. “Maaf Nyonya saya tidak punya pilihan lain selain seperti ini,” jelas pria tersebut pada Rosalinne. Memang sedikit cang
Malam merupakan keadaan dimana waktu berubah menjadi tenang dan nyaman. Kegelapan yang menyelimuti seakan menghangatkan orang-orang yang berada dalam pelukannya. Malam juga menjadi hal yang menyenangkan bagi pasangan suami-istri Han. Di atas peraduan yang lembut keduanya berada di bawah selimut yang sama, saling memeluk menghangatkan satu sama lain.“Dav kenapa kau mau menikah denganku?”“Dan kau kenapa mau menikah denganku?”Yang ditanya justru balik mempertanyakan hal yang sama.“Karna itu sebuah perintah.”“Tepat sekali karna itu perintah,” balas David semakin mengeratkan pelukannya pada sang istri.“Kau tidak menyesal?” selidik Rosalinne.“Awalnya.”Mengangkat alisnya Rosalinne menyembunyikan rasa kecewa yang tengah melanda relung hatinya. Kemudian wanita itu lebih memilih untuk memunggungi suaminya, menarik selimut tinggi-tinggi mengabaikan keberadaan
Seumur dirinya hidup ini adalah mandi yang paling menyenangkan, ia tak berpikir jika kegiatan bernama ‘mandi’ menjadi sangat menyenangkan jika bersama David. Ia pikir pria mesum itu akan menggodanya hingga berwajah merah padam namun ternyata tanpa diduga David mengadakan konser dadakan di kamar mandi yang tentunya membuat Rosalinne tertawa karna aksinya.“Dav kapan kau akan mandi? Ini sudah tidak hangat lagi.” Rosalinne menggoyangkan air dengan tangannya sebagai bentuk bukti laporannya.“Benarkah? Kalau begitu akan kuhangatkan untukmu,” ucapnya menyudahi aksi panggung dadakan miliknya lalu segera mengumbar senyum penuh makna yang membuat Rosalinne merutuki kalimatnya.Air dalam bathup bergoyang begitu tubuh atletis David membelah gundukan busa yang memenuhi permukaan air bathup. Sedikit menggoda sang istri David terus mendekatkan tubuhnya pada Rosalinne yang telah berwajah merah karna malu. Mendekatkan kepala
Telapak besar milik David tengah bergerak memutari permukaan perut rata Rosalinne. Setelah memberikan wanita itu obat dan membantu membersihkan diri, David sama sekali tak beranjak dari sisi Rosalinne barang sejengkalpun. Dari belakang David memeluk tubuh Rosalinne, mendekapnya hangat menyalurkan ketenangan yang luar biasa nyaman. Menerawang pada kejadian beberapa menit yang lalu ketika David merasakan keanehan dari sang istri pria itu lantas segera menyalakan pecahayaan dan membiarkan ruangan itu diserbu dengan cahaya terang. Dengan mata kepalanya sendiri David melihat noda merah yang seperti pulau dibalik tubuh istrinya. Warna merahnya sangat melukai perasaan David, bagaimana bisa darah sebanyak itu keluar dari tubuh istrinya. Mungkin terdengar berlebihan tapi jujur saja ia tak menyangka akan melihatnya sebanyak itu. Menyaksikan bagaimana wajah pucat dan keringat dingin di tubuh Rosalinne membuat David panik bahkan sejenak kehilangan kecerdasannya. Namun semuanya terkendali begitu
Sore itu hanya dihabiskan Rosalinne berdua bersama David. Dari balik jendela kaca di kamar mereka keduanya menyaksikan hari berganti menjadi petang. Setelah lama keduanya terdiam Rosalinne kemudian berinisiatif untuk membuka pembicaraan.“Kau pulang lebih awal Dav, bahkan jauh dari waktu biasanya.”David tidak membalas pernyataan sang istri, pria itu tetap diam tak bergeming menempelkan dagunya di puncak kepala Rosalinne. Kedua lengannya sibuk merengkuh tubuh ramping sang istri, posisi yang demikian itu sungguh menjadi kehangatan tersendiri bagi David.“Dav?”“Jadi kau menyukai aku yang selalu pulang malam?” sindir David.“Tidak juga.”David mengeratkan pelukannya mengubur wajahnya dalam-dalam pada ceruk leher Rosalinne.“Aku kotor belum mandi Dav,” keluh Rosalinne merasa tidak enak pada David yang menyerbunya.“Apakah itu kode?” selidik David.&ldqu
Noda herbal itu susah dihilangkan terlebih dengan aromanya yang cukup kuat sehingga membuat Rosalinne susah mengenyahkannya. Dalam usaha membersihkan noda di pakaiannya tanpa sadar David telah berada di belakang tubuh Rosalinne dan dengan tiba-tiba memeluk perempuan itu dengan erat. “Dav kau sudah selesai? Maaf aku terlalu lama di sini,” kata Rosalinne sembari menatap David pada pantulan cermin. “Ada apa?” Tidak menjawab, David justru mendaratkan kecupan-kecupan basah di Pundak dan sekitar perpotongan leher Rosalinne. “Dav menjauhlah, noda ini membuatku bau apa kau tidak menciumnya?” “Tidak. Aku menyukainya.” Merasa aneh dengan perlakuan David membuat Rosalinne segera membalikkan badan dan menatap lekat pria tinggi itu. “Kau baik-baik saja?” tanyanya lembut dengan posisi tangan meraih rahang sang suami. Sentuhan yang dirasakan David semakin membuat sesuatu dalam dirinya meledak-ledak tidak terkendali. Memejamkan matanya
Tubuhnya benar-benar kehilangan kendali, selain hawa panas ada rasa lain yang dirasakannya tapi cukup sulit untuk dipahami olehnya. Menggeliat dan berguling sama sekali tidak membantunya. Matanya yang sayu menatap penuh permohonan, mencengkeram erat baju yang dikenakan David, Rosalinne memohon meminta pertolongan. Rasa yang menyiksanya itu telah menghilangkan sebagian akal sehatnya bahkan ketika David melucuti pakaian yang dikenakan olehnya Rosalinne sama sekali tidak sadar, baru ketika telapak besar suaminya telah menyentuh permukaan kulitnya Rosalinne tersadar dengan apa yang terjadi. Rosalinne tidak bergerak, perempuan itu masih memahami respon yang diberikan tubuhnya terlebih setelah sentuhan yang telah David berikan padanya.Mendapati Rosalinne yang diam membeku David lantas menghentikan aksinya, menatap penuh khawatir dengan keadaan sang istri. Instingnya mengatakan jika Rosalinne tengah menahan sesuatu oleh karenanya dengan lembut David membelai sisi wajah sang istri d
Hari ini menjadi hari yang paling melelahkan bagi Rosalinne pun dengan David. Setelah kejadian pemanasan diri siang tadi Rosalinne menjadi benar-benar sangat malu meski hanya untuk sekedar berpapasan dengan David. Di rumah yang seluas ini rupanya keberadaan David juga tak berada jauh dari Rosalinne atau memang mungkin sebenarnya pria itu tak mau berjauhan dengan Rosalinne, yang jelas sejak kejadian itu dimanapun arah matanya memandang maka di situlah David berada. Di dalam kamarnya Rosalinne terlihat gugup. Meski telah mengenakan gaun tidurnya rupanya perempuan itu tak kunjung menempati kasur empuknya. Berjalan ke sana – kemari Rosalinne benar-benar dilanda kegugupan. Kedua kakinya yang tersimpan dalam alas bulu yang lembut terlihat penuh semangat membawanya berjalan di ruangan kamar, bahkan mungkin jika dihitung ini telah menjadi langkanya yang ke seratus tapi Rosalinne benar-benar tidak dapat mengatasi kegugupannya. Sadar atau tidak bahkan sikap tenangnya seolah runtuh, ke