Sore itu hanya dihabiskan Rosalinne berdua bersama David. Dari balik jendela kaca di kamar mereka keduanya menyaksikan hari berganti menjadi petang. Setelah lama keduanya terdiam Rosalinne kemudian berinisiatif untuk membuka pembicaraan.
“Kau pulang lebih awal Dav, bahkan jauh dari waktu biasanya.”
David tidak membalas pernyataan sang istri, pria itu tetap diam tak bergeming menempelkan dagunya di puncak kepala Rosalinne. Kedua lengannya sibuk merengkuh tubuh ramping sang istri, posisi yang demikian itu sungguh menjadi kehangatan tersendiri bagi David.
“Dav?”
“Jadi kau menyukai aku yang selalu pulang malam?” sindir David.
“Tidak juga.”
David mengeratkan pelukannya mengubur wajahnya dalam-dalam pada ceruk leher Rosalinne.
“Aku kotor belum mandi Dav,” keluh Rosalinne merasa tidak enak pada David yang menyerbunya.
“Apakah itu kode?” selidik David.
&ldqu
Noda herbal itu susah dihilangkan terlebih dengan aromanya yang cukup kuat sehingga membuat Rosalinne susah mengenyahkannya. Dalam usaha membersihkan noda di pakaiannya tanpa sadar David telah berada di belakang tubuh Rosalinne dan dengan tiba-tiba memeluk perempuan itu dengan erat. “Dav kau sudah selesai? Maaf aku terlalu lama di sini,” kata Rosalinne sembari menatap David pada pantulan cermin. “Ada apa?” Tidak menjawab, David justru mendaratkan kecupan-kecupan basah di Pundak dan sekitar perpotongan leher Rosalinne. “Dav menjauhlah, noda ini membuatku bau apa kau tidak menciumnya?” “Tidak. Aku menyukainya.” Merasa aneh dengan perlakuan David membuat Rosalinne segera membalikkan badan dan menatap lekat pria tinggi itu. “Kau baik-baik saja?” tanyanya lembut dengan posisi tangan meraih rahang sang suami. Sentuhan yang dirasakan David semakin membuat sesuatu dalam dirinya meledak-ledak tidak terkendali. Memejamkan matanya
Tubuhnya benar-benar kehilangan kendali, selain hawa panas ada rasa lain yang dirasakannya tapi cukup sulit untuk dipahami olehnya. Menggeliat dan berguling sama sekali tidak membantunya. Matanya yang sayu menatap penuh permohonan, mencengkeram erat baju yang dikenakan David, Rosalinne memohon meminta pertolongan. Rasa yang menyiksanya itu telah menghilangkan sebagian akal sehatnya bahkan ketika David melucuti pakaian yang dikenakan olehnya Rosalinne sama sekali tidak sadar, baru ketika telapak besar suaminya telah menyentuh permukaan kulitnya Rosalinne tersadar dengan apa yang terjadi. Rosalinne tidak bergerak, perempuan itu masih memahami respon yang diberikan tubuhnya terlebih setelah sentuhan yang telah David berikan padanya.Mendapati Rosalinne yang diam membeku David lantas menghentikan aksinya, menatap penuh khawatir dengan keadaan sang istri. Instingnya mengatakan jika Rosalinne tengah menahan sesuatu oleh karenanya dengan lembut David membelai sisi wajah sang istri d
Hari ini menjadi hari yang paling melelahkan bagi Rosalinne pun dengan David. Setelah kejadian pemanasan diri siang tadi Rosalinne menjadi benar-benar sangat malu meski hanya untuk sekedar berpapasan dengan David. Di rumah yang seluas ini rupanya keberadaan David juga tak berada jauh dari Rosalinne atau memang mungkin sebenarnya pria itu tak mau berjauhan dengan Rosalinne, yang jelas sejak kejadian itu dimanapun arah matanya memandang maka di situlah David berada. Di dalam kamarnya Rosalinne terlihat gugup. Meski telah mengenakan gaun tidurnya rupanya perempuan itu tak kunjung menempati kasur empuknya. Berjalan ke sana – kemari Rosalinne benar-benar dilanda kegugupan. Kedua kakinya yang tersimpan dalam alas bulu yang lembut terlihat penuh semangat membawanya berjalan di ruangan kamar, bahkan mungkin jika dihitung ini telah menjadi langkanya yang ke seratus tapi Rosalinne benar-benar tidak dapat mengatasi kegugupannya. Sadar atau tidak bahkan sikap tenangnya seolah runtuh, ke
“Kau menikmatinya?” tanya Rosalinne pada David. “Tentu sangat nikmat.” Rosalinne tersenyum kembali menyuapkan strawberry ke mulut David yang telah usai mengunyah. Rupanya pasangan itu tengah menikmati quality time di tengah kesibukan yang mendera. Di dalam ruang kerja David yang luas Rosalinne duduk memangku kepala si Pria Han, menyuapkan bebeberapa jenis camilan sebagai penutup acara makan siang keduanya. “Jam berapa kau akan mulai bekerja?” “Sebentar lagi.” “Bisahkah kau menyebutkan waktunya?” “Kurasa tidak.” Mendapat pernyataan seperti itu membuat Rosalinne jengah. Sebenarnya inilah yang ia takutkan jika mengunjungi kantor suaminya itu, kehadirannya akan menyita seluruh perhatian David hanya untuknya bahkan Rosalinne rasa ini sudah jauh melewati batas jam makan siang yang seharusnya. David yang merasakan keterdiaman Rosalinne lantas mendongak, seolah dapat membaca pikiran sang istri kemudian David berkata.
Pagi harinya kediaman keluarga Jeong terlihat berbeda dari biasanya. Dua pasang suami istri dan seorang lajang tengah menikmati makan pagi bersama. Jika orang-orang dilayani oleh para pelayan maka berbeda dengan David, dengan tangannya sendiri Rosalinne melayani sang suami. Meski hubungan keduanya dapat dikatakan sedang tidak akur tetapi Rosalinne masih sadar sesadar-sadarnya tentang tugas dan kewajibannya sebagai seorang istri. “Terimakasih,” ucap David pada Rosalinne yang meletakkan potongan daging di mangkuknya. Sebagai jawabanya Rosalinne hanya tersenyum. “Menantu Han silahkan nikmati makananmu, jika kau menginginkan sesuatu biarkan pelayan melayanimu.” “Baik ayah mertua, ini sudah sangat cukup bagiku. Terimakasih.” “Tidak usah sungkan anggaplah rumah sendiri.” Nyonya Jeong menimpali sembari meletakkan lauk di atas mangkuk David menginterupsi pergerakkan Rosalinne yang juga hendak melakukan hal yang sama. Dengan ekor matany
[Kirimkan ke kediaman Kim][Untuk setnya apakah anda ingin mengubahnya?][Tidak, cukup set utama. Perbaiki detailnya dan segera kirimkan.][Baik nyonya akan segera kami kirimkan.]Mematikan sambungan teleponnya Rosalinne kembali merapikan barang-barang di walkin closet miliknya. Beberapa pelayan terlihat menunjukkan beberapa pakaian termasuk beberapa pakaian santai, gaun, formal dan semi formal yang akan menggantikan koleksi musim dingin di lemari Rosalinne.“Tolong rapikan berdasarkan warnannya aku mau yang ini terlihat teratur.”Para pelayan mengangguk patuh dengan cepat tanggap segera mengerjakan apa yang dimau oleh si majikan.“Bibi Hong minta para pelayan untuk tidak membuang pakaian lamaku, aku ingin mereka disimpan dengan baik. Mungkin akan aku gunakan tahun depan jika masih bisa.”“Baik nyonya.”“Dan satu lagi tolong berikan aku ukuran tubuh masing-masing pelayan
Rosalinne berdiam seorang diri menerima sapuan lembut dari angin yang melambai menyapanya dengan menerbangkan sebagain anak rambut miliknya yang jatuh. Sejenak menutup mata menikmati kesenangannya sendiri, menumpukan kedua tangannya pada bangku yang sedang didudukinya Rosalinne juga meluruskan kedua kakinya ke depan.Klotak…klotakRosalinne mendengarnya, mendengar suara hak sepatu yang menghantam lantai. Dari pendengarannya Rosalinne tahu jika langkah itu berhenti tepat di hadapannya, jika didengarkan lebih jauh ini bukanlah langkah kaki seorang pria hal itu jelas terdengar dari jenis ketukan kaki yang berbeda, lalu wangi ini juga berbeda. Bukan wangi seorang pria wanginya lebih lembut dan merupakan aroma yang segar seperti bunga. Membuka matanya Rosalinne menatap tenang Luna Park yang tersenyum ramah di hadapannya.“Nyonya Han,” sapanya dengan suara yang lembut.“Apakah kita pernah bertemu?”Seolah lupa inga
Semilir angin menjadi penyambut kedatangan Pasangan Han malam itu, setelah acara launching di siang hari maka di malam harinya diadakan jamuan semi party yang dihadiri oleh tamu-tamu undangan. Han Corp yang bernotabene sebagai perusahaan besar benar-benar menyajikan acara yang berkelas dan bernilai tinggi oleh karena itu orang-orang tidak pernah menganggap sepele setiap usaha dan bisnis yang dilakukan oleh Han Corp. Malam itu David Han dan pasangannya tampil memukau di tengah gelapnya malam. Bergandeng tangan menyapa setiap kerumunan tamu serta memamerkan senyum seolah menegaskan kebahagian yang tak terkira. David, pria dengan setelan semi formal berwarna gelap itu telihat gagah dan tampan di semua sisi. Jika saja lengan kirinya masih kosong mungkin malam itu para wanita akan berlomba untuk menyatakan cinta padanya, namun sayangnya kenyataan jelas berbeda dengan bayangan. Pria tampan itu telah menggandeng seorang perempuan cantik yang elegan dan terlihat cerdas, terlebih de