Share

Pernikahan Yang Tidak Kuinginkan
Pernikahan Yang Tidak Kuinginkan
Penulis: Arenkaneswa

Salju Pertama

Ini adalah hal yang baru bagi Rosalinne, hidup satu atap dengan seorang pria asing dengan status pernikahan yang mengikat keduanya benar-benar membuat hidupnya jauh berbeda. Sebuah perbedaan kedudukan yang cukup besar antara gelar Nona dengan Nyonya. Rosalinne Han, gelar Han di belakang namanya seakan mengumandangkan strata sosial tinggi yang disandangnya.

Rosalinne menjemput hari dengan perasaan yang sulit diartikan, dalam hati bertanya-tanya seperti apa kiranya sikap yang harus ditunjukkannya agar ia bisa membangun hubungan suami istri dengan David Han yang sama sekali tidak dikenalnya. Membalikkan posisi tidurnya wanita itu menatap dengan penasaran pada sosok tampan yang tengah terlelap dengan tenang di hadapannya.  Garis wajah yang rapi, rahang tegas, hidung mancung yang sempurna, bahkan meski dalam temaram malam dengan jelas Rosalinne menangkap ketampanan yang tercipta secara sempurna. Mengagguminya, Rosalinne menyukai penampilan David. Wanita itu terhanyut oleh apa yang sedang dilihatnya hingga tanpa sadar secara tiba-tiba objek yang sedang diamati olehnya membuka mata. Rosalinne tersentak begitu lengan kekar David membawa tubuhnya merapat dan membagi kehangatan.

“Tidurlah,” ucap David sembari membelai lembut punggung Rosalinne.

Seperti anak anjing yang patuh pada majikannya Rosalinne segera memejamkan mata mencari posisi ternyaman tanpa mengindahkan degub jantung sang pelaku yang berdetak bersahut-sahutan.

Jari-jari yang lentik terselip pada celah cangkir porselin yang cantik. Para pelayan berharap cemas ketika perlahan Rosalinne menyesap air beraroma wangi dari dalam cangkir. Begitu cangkir kembali diletakkan semua pelayan bernafas lega, para pelayan meyakini jika nyonya mereka menyukai teh yang mereka hidangkan. Kesimpulan ini berhasil mereka dapat begitu menyaksikan ekspresi yang ditunjukkan oleh sang nyonya. Ini merupakan kali pertama mereka melayani seorang nyonya sejak belasan tahun yang lalu Nyona Besar berpulang. Hari ini tuan muda mereka telah memboyong seorang wanita cantik sebagai nyonya dari keluarga Han yang terhormat. Maka dari itu dengan segenap kemampuan dan kesetiaan mereka akan melayani Nyonya Muda dengan sangat baik dan teliti. Sungguh pelayan yang setia dan berbudi pekerti.

“Untuk beberapa hari ke depan aku akan berada di Perancis. Bibi Hong akan menyiapkan semua keperluanmu jadi kuharap selama aku pergi kau akan baik-baik saja,” ungkap David pada Rosalinne yang baru saja selesai menikmati teh di cangkirnya.

“Bisakah aku ikut bersamamu?”

David menghentikan aktivitasnya di meja makan, pria itu menatap Rosalinne yang duduk di hadapannya. Rosalinne telah menyihir David dengan pesonanya pagi ini. Dengan penampilan polos yang jauh kelewat sederhana Rosalinne menampilkan raut memohon yang terlihat menggemaskan bagi David. Melihat itu maka tanpa ragu bagi David untuk menganggukkan kepala mengiyakan permintaan Rosalinne yang membuat mata sang isteri jauh lebih berbinar dari sebelumnya.

Perjalan dari Korea - Perancis membutuhkan waktu 12 hingga 13 jam lamanya. Oleh karena itu selama perjalanan Rosalinne lebih memilih untuk mengistirahatkan diri mempersiapkan stamina untuk mulai mengambil peran dalam kehidupan barunya sebagai seorang istri David Han yang terhormat.

Langit menghitam menyimpan kegelapan malam saat keduanya tiba di tanah eifel. Merapatkan mantelnya Rosalinne berjalan di samping David menahan sapuan angin yang menusuk tulang akibat hawa dingin yang dibawanya. Menyadari ketidaknyamanan sang isteri, David segera meraih tubuh kecil di sampingnya, memeluk pinggang Rosalinne erat berharap dapat menghalau dinginnya udara yang tengah bersorak menyambut kedatangan mereka. Sedangkan Rosalinne yang mendapat perlakuan seperti itu lantas tak ragu untuk semakin merapatkan diri dan mengimbangi langkah panjang sang suami, berjalan beriringan seolah keduanya adalah pasangan romantis yang penuh kasih.

Salju turun tepat ketika keduanya telah sampai di hotel yang akan mereka gunakan sebagai tempat mereka menginap selama di negara sejuta romansa itu. Dari balik jendela kaca yang besar terlihat Rosalinne memandang salju-salju yang berguguran. Wanita itu terdiam menerawang jauh di balik rintik salju yang secara intens turun mendinginkan bumi.

“Apa kau ingin menikmati salju pertamamu?”

Mendengarnya Rosalinne segera mengalihkan pandangan mengganti fokusnya pada sosok David yang ternyata sedang memperhatikan dirinya.

“Ini bukan salju pertamaku.”

“Yang pertama setelah kau menjadi isteriku,” terang David membuat Rosalinne terdiam.

Pria itu lantas mengacak puncak kepala Rosalinne gemas, tersenyum hangat mendaratkan kecupan singkat yang membuat Rosalinne merasakan sengatan aneh yang sebelumnya belum pernah ia rasakan. Seolah faham dengan gestur yang diberikan tanpa ragu mendaratkan kepalanya pada dada bidang David yang terlihat sangat nyaman.

Hari-hari mereka lalui dengan kemajuan pada hubungan keduanya yang terus meningkat. Perlahan kekakuan antar keduanya memuai seiring dengan chemistry yang semakin terjalin. Seperti seorang istri pada umumnya Rosaline benar-benar melakukan perawatan dan pelayanan dengan sempurna tanpa memerlukan bantuan pelayan untuk melakukannya. Seperti pagi itu ketika David tengah berlomba dengan waktu maka dengan terampil Rosalinne membantu David mengenakan pakaiannya. Perbedaan proporsi tubuh membuat Rosalinne harus berjuang ekstra demi menyimpulkan dasi di leher sang suami. Berbeda dengan sebelumnya jika Rosalinne akan berjinjit untuk menjangkau leher David maka hari itu dengan inisiatifnya Rosalinne berdiri di atas kasur dan mensejajarkan kepala David dengan perutnya.

Dari bawah sana David mendongak mentap raut serius sang istri yang berusaha menyimpulkan tali motif di lehernya. Pria itu tersenyum, dengan jarak sedekat ini kecantikan Rosalinne adalah fokus utamanya. Mata yang cerah, bibir merah terlihat begitu natural tanpa adanya imbuhan perbaikan kimia yang mengontaminasi. Wanitanya natural, murni dan sangat cantik. Bahkan dari pandangan pertama mereka bertemu di altar David telah benar-benar jatuh hati pada kecantikan Rosalinne dan kini kecantikan itu telah menjadi miliknya seutuhnya.

“Sudah.”

“Terimakasih.”

“David lepaskan aku.”

Tanpa mengindahkan perkataan sang isteri David justru menenggelamkan wajahnya pada perut rata Rosalinne, memeluknya erat lalu kemudian mengangkat Rosalinne membebankan tubuh sang isteri pada kedua lengan kokoh miliknya. Sementara itu Rosalinne yang terkejut segera mendudukkan diri pada lengan kokoh sang suami yang melingkar di bawah pantatnya.

“David kau akan terlambat,” jelas Rosalinne.

“Terlambat untuk bersenang-senang dengan isteriku lebih tepatnya,” terang David mengutarakan keinginannya.

“Tidak Dav kau akan terlambat! Kita masih punya banyak waktu kau tahu itu, jadi segera turunkan aku dan berangkatlah!”

“Aku yang berkuasa jadi biarkan aku yang menentukan,” tuturnya pada sang isteri yang masih berada dalam dekapannya.

David menurunkan Rosalinne, pria itu menunduk mengecup singkat puncak kepala sang isteri. Tersenyum hangat membelai pipi tirus yang halu milik Rosalinne.

“Bersiaplah aku akan menjemputmu untuk pergi bersama,”

Rosalinne mengangguk, tersenyum dengan hangat pada David yang setia menatapnya. Rosalinne pikir David adalah pria kaku yang akan sulit untuk didekatinya namun kenyataannya David adalah sosok hangat yang penuh perhatian. Sebenarnya masih terlalu dini untuk sekedar menyimpulkan, terlebih Rosalinne baru beberapa hari ini mengenal dengan baik bagaimana sosok dari seorang David Han. Namun meski begitu Rosalinne cukup yakin jika David adalah sosok yang hangat.

..... 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status