Home / Rumah Tangga / Pernikahan tak diinginkan / Chapter 7 - Go home or go to hell? (Kembali ke rumah?)

Share

Chapter 7 - Go home or go to hell? (Kembali ke rumah?)

Author: Jnxdoe
last update Last Updated: 2024-02-11 21:08:02

Berdiri canggung dalam ruangan sempit itu, mata Lily menyapu sekitarnya dan akhirnya menunjuk kursi yang ada di balik meja kerjanya.

"Duduklah di sana. Kamu mungkin mengalami luka bakar. Aku akan mengambil kotak P3K."

Meninggalkan Gregory yang berdiri mematung, lelaki itu mengamati pemandangan yang ada di sekitarnya. Bukannya duduk di kursi, ia malah memperhatikan benda-benda yang ada di ruangan kerja yang sangat terbatas itu. Di sana hanya ada satu meja kerja, satu kursi dan beberapa lemari berkas. Tempat ini terasa sangat sempit dan cukup menyesakkan.

Pria itu mengusapkan jari-jari tangannya di meja yang terbuat dari kayu mengkilat itu sambil melamun, saat terdengar pintu terbuka dan suara Lily yang menegurnya dari belakang.

"Kamu masih belum buka baju? Buka bajumu, Greg. Aku akan mengoleskan salep ke kulitmu."

Menurut, Gregory mulai membuka kancing-kancing kemejanya. Ia membelakangi Lily.

Saat kemeja itu akhirnya lolos dari badannya, benak Lily mulai memikirkan hal-hal yang tidak s*nonoh. Tubuh lelaki itu ternyata jauh lebih indah dari perkiraannya selama ini. Otot-otot punggung pria itu tampak liat dan terlatih. Ia juga memiliki bisep yang indah dan jelas karena hasil latihannya. Wanita itu cukup terkejut karena mengira cinta masa kecilnya ini memiliki tubuh yang kurus, karena sama sekali tidak pernah melihatnya bert*lanjang d*da. Perawakannya juga terlihat tinggi dan langsing saat berpakaian.

Well. Kau salah, Lils. Pantas saja dia dijuluki playboy selama ini.

Tanpa diketahuinya, pipinya bersemu merah dan pupilnya mulai membesar. Wanita itu baru tersadar saat pria itu berbalik dan memperlihatkan bekas cukup merah di bagian perutnya yang datar, dekat pusar.

Mengusap luar area itu hati-hati, tatapan Lily naik. "Sepertinya cukup parah. Sakit?"

Seperti manekin hidup, pria itu hanya menggeleng pelan dan kaku. "Tidak lagi."

Tidak lagi? Apa maksudnya?

Enggan memperpanjangnya, Lily mulai mengoleskan gel untuk luka bakar ringan ke kulit pria itu yang terasa halus di jari-jarinya. Kepalanya menunduk dan fokus untuk mengusapkan obat itu hati-hati di permukaan kulit Gregory. Tidak sadar kalau posisinya semakin mendekati pria yang jauh lebih tinggi darinya itu.

Wangi harum tubuh pria itu di hidungnya membuat Lily tersadar dengan posisinya. Sedikit gugup, wanita itu mundur ke belakang. Kedua pipinya semakin merah merona dan tatapannya menunduk.

Melihat ada bekas yang sama di daerah paha pria itu, kembali Lily mengangkat pandangannya. Tampak ia mengulurkan tube berisi gel itu ke hadapan Gregory.

"Sebaiknya kamu mengobati juga pahamu, Greg. Kamu bisa sendiri, kan?"

Tidak menjawab, Gregory malah membuka resliting celana panjangnya dan begitu saja melorotkannya di depan Lily yang tampak membeku di depannya.

Tanpa malu, pria itu berdiri di hadapan Lily dengan tubuh setengah t*lanjang. Ia hanya mengenakan pakaian dalam berwarna gelap yang menutupi area pribadinya. Wanita itu menelan ludahnya sulit, saat ia menyadari ukuran lelaki itu yang ternyata cukup besar. Pandangannya masih terarah ke titik terlarang itu. Benaknya bertanya-tanya, bagaimana mungkin benda itu bisa masuk ke dalam tubuhnya? Beberapa kali pula.

"Red?"

Suara Gregory yang rendah dan terdengar lebih serak, membuat Lily mengangkat wajahnya yang sudah berwarna seperti kepiting rebus. Keduanya bersitatap sejenak dan tanpa bisa ditahannya, wanita itu kembali menunduk dan menatap penuh penasaran pada benda yang ada di antara paha lelaki itu yang kuat.

Tanpa sadar, wanita itu bergumam heran. "Bagaimana caranya bisa masuk?"

"Huh?"

Mengerjapkan matanya cepat, kepala Lily menggeleng malu. Ia mengulurkan tube itu.

"Ini. Kamu bisa mengoleskannya sendiri, kan?"

Wanita itu berbalik sambil berdehem. Ia membelakangi lelaki itu agar tidak memiliki pikiran m*sum lagi. Lily mulai berfikir kalau mungkin ia haus belaian lelaki tanpa disadarinya. Kejadian beberapa tahun lalu dengan Gregory cukup membekas di dirinya, Meski tidak sampai menimbulkan trauma yang berkepanjangan, tapi tetap membuatnya cukup enggan menjalin hubungan dengan pria lain.

Ia merasa kotor. Tidak suci lagi.

Menatap daun pintu di depannya, Lily tahu pikirannya terlalu dangkal dan kuno. Jaman sekarang, bukanlah hal aneh bila pria dan wanita sudah berhubungan s*ks sebelum mereka menikah. Bahkan banyak dari kenalan dan klien-nya sendiri tinggal serumah, tanpa ada ikatan pernikahan. Lebih gila lagi, beberapa di antaranya terang-terangan menganut paham 'open relationship'.

Sejujurnya, Lily sama sekali tidak masalah dengan hal itu. Tapi problemnya, ia dibesarkan dalam keluarga Walton dengan adat istiadat dan cara yang kuno. Orangtuanya selalu mengajarinya untuk menjaga harkat dan martabatnya sebagai seorang wanita. Dan salah satunya adalah dengan menjaga mahkota berharganya hanya untuk lelaki yang menikahinya kelak.

Lelaki baik tidak akan memaksa seorang wanita untuk melayani n*fsunya sebelum menikahinya. Tapi lelaki br*ngsek akan selalu mempergunakan alasan itu untuk tidak menikahimu, di saat dia sudah mendapatkan mahkotamu. Setiap pria selalu menginginkan berlian, meski dirinya sendiri bukanlah berlian. Pilihan selalu ada di tangan wanita dan bukan pria, Lily. Ingatlah itu, dear. Selalu jaga dirimu, hanya untuk suamimu.

Pesan dari ibunya selalu terngiang-ngiang di telinga Lily, terutama sejak kejadian itu. Perlahan, matanya terasa memanas dan ia bisa merasakan air mulai menggenangi bola matanya.

"Lily?"

Berusaha mengusir perasaan melankolis itu, Lily berbalik dan tertegun.

Gregory telah mengancingkan celana panjangnya, tapi masih belum memakai kemejanya. Hal yang membuat wanita itu terpaku adalah seutas kalung yang baru disadarinya melingkari leher jenjang pria itu. Bandul berbentuk cincin bermata biru tampak tergantung di tengah-tengah d*da lelaki itu yang penuh berisi. Sangat mengenalinya, tatapan Lily terangkat dan memandang pria di depannya tajam.

"Kenapa kamu masih menyimpannya, Greg?"

Rahang Gregory tampak mengeras dan tatapannya lurus. Ekspresinya datar dan tidak terbaca.

"Karena kamu isteriku, Red. Aku akan tetap menunggumu, sampai kamu mau memakainya di jarimu."

Membuang tatapannya, wanita itu membuang nafas keras dari hidungnya. Ia melipat kedua tangan di depan d*anya dan berkata dengan nada sedikit tinggi.

"Jangan konyol, Greg. Ini sudah 5 tahun. Seharusnya kamu sudah membuangnya jauh-jauh dan melanjutkan hidupmu. Percuma menungguku, karena aku tidak akan pernah menerimamu."

"Kenapa?"

"Kenapa apa?"

"Kenapa kamu tidak mau jadi isteriku?"

Karena aku mencintaimu sampai mati tapi kau tidak, br*ngsek! Dan aku tidak mau hidup di sampingmu hanya untuk menjadi budak s*ksmu saja!

Betapa inginnya Lily meneriakkan pikirannya pada lelaki dingin di depannya ini. Tapi ia hanya mengangkat kedua bahunya dan kepalanya sedikit mendongak.

"Karena aku menginginkan suami yang 'bersih' dan setia. Bukan seorang pria yang senang pindah dari satu wanita ke wanita lain, seperti seekor kumbang. Pria yang tidak pernah merasa cukup hanya dengan satu wanita saja, sampai harus mendapatkan julukan playboy selama hidupnya."

Kening Gregory tampak berkerut mendengar itu. "Tidak cukup satu? Playboy? Apa maksudmu?"

Tampak wanita itu menggigit bibirnya. Ia sangat ingin berkata kasar, tapi moralnya menolak melakukannya. Selama hidupnya, ia dibesarkan dengan penuh adab dan sopan santun. Ibunya pun selalu mengajarkannya untuk menjadi seorang wanita yang lembut. Tapi setelah mengenal pria ini, sepertinya ia semakin sulit untuk bersikap lembut. Gregory telah merubahnya menjadi wanita berfikiran m*sum dan juga kasar.

Menghela nafas dalam, Lily mengambil kemeja Gregory yang tadinya tergeletak di atas meja. Ia mengulurkan benda itu pada lelaki yang masih memandanginya intens.

"Sudahlah, Greg. Pakai kemejamu dan pergilah. Sebaiknya kamu memeriksakan luka bakar itu ke dokter dan mendapatkan perawatan yang lebih baik."

"Kamu belum menjelaskannya, Red. Sebenarnya siapa orang yang mengatakan itu padamu?"

"Please, Greg. Aku tidak ada mood untuk-"

"Lima tahun lalu saat di rumah sakit, kamu juga pernah bilang kalau aku membenci wanita berambut merah. Siapa orang yang mengatakan kebohongan itu padamu, Lily?"

Mata biru Lily melebar dan rautnya tampak marah. "Kebohongan? Jadi, kamu mau bilang kalau-"

Perdebatan mereka berakhir karena bunyi ponsel yang ada di saku celana pria itu.

Memberikan tatapan setajam laser, lelaki itu bergumam rendah. "Kita belum selesai."

Mengambil ponselnya, tampak kening pria itu berkerut dalam saat membaca ID-nya. "Dad?"

"Halo, dad? Ada apa?"

Menarik baju Lily yang mau pergi, Gregory menahannya dan membuat wanita itu tidak bisa kabur.

"Tidak. Tidak. Aku tidak begitu sibuk. Hanya mengerjakan beberapa project kecil. Project teman, dad."

Sambil mendengarkan, mata biru lelaki itu perlahan mengarah ke Lily dan memandanginya. Sorot matanya terlihat lebih serius saat ia konsentrasi dengan perkataan orang di seberang telepon.

"Aku mengerti. Aku akan segera pulang ke CA. Dan dad?"

Tatapan mata Gregory tampak melembut saat menatap Lily di depannya.

"Katakan pada paman Alex, aku akan membawa puterinya pulang."

Perkataan pria itu sebelum menutup telponnya, membuat Lily sangat marah. Tanpa sadar, ia melayangkan telapak tangannya dan menampar kencang pipi pria itu sampai kepalanya sedikit berpaling.

Suara tamparan keras itu menyadarkan Lily dan membuatnya mundur ke belakang. Kedua matanya terlihat berlinang air mata kemarahan. Pipinya memerah dan d*danya kembang-kempis karena emosi. Gumpalan perasaan negatif yang dirasakannya selama belasan tahun ini akhirnya keluar, tanpa bisa ditahannya lagi.

"Kau masih belum berubah, Gregory! Kau selalu seenaknya mengaturku, tanpa meminta pendapatku! Apa hak-mu mengatakan itu ke ayahmu tadi? Kau-lah yang telah merusak hubunganku dengan ayahku dan juga keluargamu! Sekarang seenaknya kau bilang aku akan pulang? Apa hak-mu mengatakan itu, br*ngsek!?"

Bukannya marah, pria itu malah memandang Lily dengan ekspresi tidak mengerti. Lelaki itu seperti tidak mempedulikan pipinya yang terlihat sangat merah karena tamparan tadi.

"Lily...? Aku tidak pernah-"

Semakin mundur, wanita itu mulai menangis dan menjerit histeris.

"Kau memang pria br*ngsek! Kau sudah menuduhku melakukan hal yang tidak kulakukan!? Kau membuatku terpisah dari orangtuaku sendiri! Kau telah memp*rkosaku berkali-kali dan membuat hidupku hancur! Dan sekarang, dengan entengnya kau mau membawaku pulang ke rumah? Ke neraka saja kau, Gregory Ashley!?"

Tidak tahan lagi, Lily berbalik dan baru menyentuh pintu saat pria di belakangnya berbicara lagi.

"Paman Alex masuk ICU tadi malam. Dia masih belum sadar sampai sekarang."

Tubuh wanita itu menegang dan perlahan, ia menolehkan kepalanya. Wajahnya memucat.

"Apa... Kamu bilang...?"

Dengan hati-hati, Gregory mendekat dan memegang kedua lengan atas wanita itu. Dia mer*masnya lembut.

"Sejak beberapa tahun lalu, paman Alex sudah terkena serangan jantung beberapa kali, Lily. Aku ingin menghubungimu, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Tadi malam, ia terkena serangan lagi. Sampai sekarang belum sadar. Kondisinya kritis saat ini."

Menunduk manatap wanita di depannya, kembali Gregory mengusap lengan atas Lily.

"Liliana... Kamu mau pulang bersamaku, kan?"

Satu tetes air jatuh dari pelupuk mata wanita itu. Kemudian dua tetes dan akhirnya, pipinya dipenuhi air mata. Pria itu memeluk erat tubuh wanita itu yang saat ini sedang tersedu-sedu di pelukannya. Kedua matanya menutup rapat dan ia menciumi ubun-ubun Lily yang hanya setinggi bahunya.

"Pulanglah, Lily... Paman Alex membutuhkanmu."

Gregory mengetatkan pelukannya dan berkata lebih lirih. "Aku... membutuhkanmu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan tak diinginkan   EPILOG 3 - The ending of the beginning

    = Beberapa minggu, hampir satu bulan setelah kejadian di apartemen Kyle ="Apa yang kau lakukan, Kyle? Bukan seperti ini rencana kita! Kau bilang hanya ingin membuat Fred dan Andrea putus dengan membuatnya cemburu padaku! Tidak pernah kau bilang akan menyebarkan foto-foto Frederick yang seperti itu di kampus!" Kekehan terdengar dari Kyle yang masih santai dengan dumbbell-nya. Ia asyik menatap bayangannya sendiri."Memangnya kenapa? Semuanya mulus, kan? Frederick terkena batunya, seperti keinginan kita.""Tapi tidak dengan Andrea! Tidak ada rencana membuat Andrea dikeluarkan, bruv! Apa yang kau lakukan sudah kelewat batas! Aku akan mengatakannya pada prof. Dec untuk mempertimbangkan kembali!"Melihat Keith akan keluar ruangan dengan marah, dengan santai Kyle meletakkan dumbbell-nya ke lantai."Memangnya apa yang mau kau bilang ke orangtua itu? Kalau aku yang menyebarkan foto-foto Frederick? Apa kau punya bukti aku yang melakukann

  • Pernikahan tak diinginkan   EPILOG 2 - The downfall of Keith Young

    Selama beberapa waktu, Lorelai latihan bersama Kyle di ruangan gym milik pria itu. Apartemen Kyle cukup mewah dan pria itu merubah salah satu kamar tamunya menjadi ruangan latihan yang berisi beberapa peralatan mahal. Pria itu senang menghabiskan waktu di sana untuk latihan, sekaligus mengagumi dirinya sendiri karena dinding-dindingnya diubah menjadi cermin yang besar dan memenuhi ruangan.Tampak lelaki itu membantu Lorelai untuk melakukan peregangan dan tangannya berada di perut gadis itu yang rata. Matanya yang hijau menelusuri tubuh gadis itu yang meski masih berusia 15 tahun, tapi sudah terbentuk sempurna. Kedua asetnya tampak menggiurkan dan kakinya yang jenjang terlihat seksi. Gadis itu sangat seksi, dan sayangnya ia tidak tertarik. Ia jauh lebih tertarik pada kakak-kakak lelakinya yang s*alnya, justru menunjukkan rasa tidak suka padanya.Karena kesal, tanpa sadar salah satu telapak Kyle justru mer*mas d*da Lorelai kuat dan membuat gadis itu tertegun. Kedua p

  • Pernikahan tak diinginkan   EPILOG 1 - The beginning of the disaster

    = Flashback hampir 18 tahun yang lalu. Salah satu cafe, kota CA. Amerika ="Aku akan melakukannya malam ini. Kau ikut?"Pria muda di depannya tampak menunduk menatap minumannya sendiri. Tampangnya gugup."Kyle... Apa kau yakin-""Kau ini mau membantuku atau tidak!?" Nada suara saudaranya yang tinggi membuat Keith mendongak. Ia menelan ludah saat melihat ekspresi Kyle yang keras dan penuh kemarahan."Aku tentu saja mau membantumu, bruv. Tapi cara ini...""Kau sudah lupa yang dilakukan orang s*alan itu padaku? Dia menghajarku habis-habisan, mate! Dan dia melakukannya setelah mel*cehkan aku! Saudaranya pun tahu kekurangan orang kurang ajar itu, tapi malah diam saja dan justru memusuhiku! Kau tahu dia tidak suka padaku, kan?"Menghela nafasnya, Keith memandang Kyle skeptis. "Tapi dia tidak ada hubungannya, bruv. Apa kau tega memanfaatkannya? Anak itu masih polos dan tidak harus bertanggungjawab untuk kelakuan kakak

  • Pernikahan tak diinginkan   Chapter 94 - Finale (2)

    Mata indah Claudia membesar, dan wanita itu perlahan mundur ke belakang."Keith...?"Di depan matanya, terlihat Keith menggenggam benda besi berkilat di tangannya. Pria itu menodongkannya ke arahnya dengan raut muka yang kosong dan datar.Jantung Claudia berdebar kencang dan ia mengangkat kedua tangannya hati-hati."Keith. Turunkan benda berbahaya itu. Kau tidak tahu cara menggunakannya."Komentar itu membuat Keith akhirnya mengeluarkan dengusan dan juga tawa kecil. Tatapannya tampak geli."Kau bilang, aku tidak tahu caranya? Justru aku sangat tahu, Kyle. Apa kau tidak tahu kalau paman Keifer sering mengajakku berburu menggantikanmu? Kau yang terlalu pengecut melihat darah, sering bersembunyi di balik alasan latihan untuk pertandingan. Aku bukan banci seperti dirimu, Kyle Young karena aku sangat tahu bagaimana cara menggunakan senjata api. Apapun jenisnya!"Rahang Claudia mengeras dan terdengar aliran nafas yang kencang

  • Pernikahan tak diinginkan   Chapter 93 - Finale (1)

    = Salah satu apartemen mewah. Kota NY. Sekitar 5 hari kemudian =Dalam apartemen yang hampir kosong itu, terserak beberapa kotak sudah penuh yang terisi berbagai macam barang. Apartemen yang tadinya mewah dan rapih itu kini terlihat kotor dan tidak terpelihara. Beberapa pajangannya sudah tidak ada karena dijual. Sisanya, sebagian masuk ke dalam kotak. Tampak seseorang yang sedang berdiri di tengah ruangan terlihat frustasi dan melempar ponselnya kesal ke arah sofa. Ia hampir saja membantingnya tadi ke lantai, kalau tidak ingat keadaannya saat ini.Salah satu kakinya menendang kotak yang berisi barang yang asal-asalan dimasukkan ke dalamnya."S*alan!?"Sangat kesal, Claudia berteriak sangat kencang dalam ruangan itu beberapa kali. Ia sangat frustasi, tapi tidak tahu harus melampiaskannya pada siapa. Ayahnya masuk penjara, sepupunya menghilang entah ke mana. Ia sendiri tidak bisa ke kantor YnY Inc. karena perusahaannya telah disegel dan masih menung

  • Pernikahan tak diinginkan   Chapter 92 - The end of painful decision

    Setelah kepergian Maverick, pasangan suami-isteri itu tampak membereskan meja makan. Menatap Lily yang tengah melipat lap-nya, Gregory sedikit bersender ke meja pantry."Bagaimana menurutmu dia?""Dia? Maksudmu ayahmu?""Hmm."Menyimpan lap-nya di meja pantry, Lily ikut bersender di sebelah suaminya. Wanita itu tampak berfikir."Dia sebenarnya mirip denganmu. Kaku seperti kanebo kering. Pertama melihatnya pun aku sedikit takut.""Kanebo kering? Memangnya, aku sekaku itu?"Pertanyaan itu membuat Lily tertawa kecil. "Memangnya kamu tidak sadar? Kamu itu kaku, Greg. Dari dulu sampai sekarang, banyak orang yang takut padamu. Anak magang di kantor pun begitu. Mereka lebih suka bertanya pada Mike dibanding padamu. Mungkin kalau tidak sekaku itu, akan banyak orang mendekatimu. Termasuk para agen pemasaran di sebelah kantor kita."Baru sadar dengan kata-katanya, Lily terdiam. Wanita itu tampak berfikir dan memandang sua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status