Share

7. Suami di Atas Kertas

Penulis: Author MungiL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-14 09:39:32

Tisya berjalan menuju meja makan. Ia mendekati Elsaki dan seperti biasa, ia melakukan adegan mesra dengan memberikan kecupan di beberapa wajah begitu juga sebaliknya. Mereka melakukan itu tanpa sungkan seolah tak ada siapa-siapa.

Di saat itulah Yuvika sadar bahwa wanita yang dimaksud oleh suaminya sejak kemarin adalah Tisya. Dan sekarang, ia tahu duduk permasalahan yang dialami oleh Elsaki. Benar-benar di luar nalar, ia menjalin hubungan dengan istri orang?

"Belajarlah untuk tahu diri, kau sudah meminta mahar lima milyar, dan sekarang kau meminta restoran? Jika kau ingin menghabiskan waktu, cari kegiatan yang tidak merugikan orang," ucap Tisya yang terdengar merendahkan.

"Apakah jika aku minta restoran, kau akan rugi? Aku minta pada suamiku, bukan padamu!" jawab Yuvika santai sembari menikmati masakannya.

"Suami di atas kertas. Bukan suami yang mencintaimu sebagai istri. Dia hanya mencintaiku."

Elsaki hanya menghela napas panjang. Ia memijit pelipisnya pelan. Ini masih terlalu pagi untuk ribut, ia semakin pusing jika mengingat ini adalah hari pertama ia dihadapkan dengan dua wanita yang ternyata sama berisiknya.

"Negara dan agama tidak peduli itu, yang mereka tahu, Elsaki suamiku, dan aku istrinya. Mau mencari pembelaan dari manusia satu dunia juga posisi kalian akan salah. So, jangan remehkan istri di atas kertas."

Yuvika dengan tatapan angkuhnya meninggalkan keduanya di meja makan. Ia membawa nasi gorengnya ke dalam kamar. Seolah sedang membuktikan bahwa ia tak takut dan tak terpengaruh apa pun yang mereka lakukan.

Namun, yang terjadi di dalam kamar sangat berbeda. Ia segera saja berjalan menuju kamar mandi. Menenggelamkan tangisnya di sana. Ia kuat dan mampu menjalani ini, tapi bukan berarti ia tidak merasakan sakit. Ia seolah sedang dipermainkan oleh kehidupan dan takdirnya.

Yuvika menumpahkan semuanya saat itu, begitu ia puas dan sadar tak bisa terus seperti ini, ia bangkit dan mencuci bersih wajahnya. Ini adalah cara Yuvika untuk menambah kekuatan dan mengurangi rasa sakitnya. Menurutnya, menangis bisa melegakan hati dan pikirannya, beban sedikit hilang bersama luruhnya air mata yang keluar. Jika sebagian orang berpendapat bahwa menangis adalah pertanda lemahnya seseorang, tidak bagi Yuvika. Ia menganggap, bahwa air matanya adalah sumber kekuatan.

"Saki, kamu bilang sama aku kalau dia nggak punya keberanian apa-apa, tapi apa ini? Dia bicara seolah tidak punya rasa takut."

"Sayang, ini sama sekali nggak penting. Kamu mau pertemuan kita bahas dia?"

"Kok jadi belain dia? Kamu semalam nggak ngapa-ngapain sama dia, kan?"

"Tuh, kan, jadi kita yang ribut. Aku udah bilang jangan urusin dia, Sayang. Aku selama ini nggak pernah protes atau mempermasalahkan kebersamaan kamu sama Veer, ya. Jadi tolong, jangan permasalahkan aku sama dia, oke. Aku siap-siap sekarang, kita jalan."

Satu jam berada di kamar akhirnya Yuvika melihat dua orang yang sedang dimabuk asmara itu pergi meninggalkan rumah. Ia hanya menatap kepergian mereka dengan tatapan kosong. Seharusnya dirinya yang berada di posisi Tisya, namun yang terjadi justru sebaliknya.

Sekarang, ia bingung harus melakukan apa di rumah sebesar ini seorang diri tanpa teman. Ia berkeliling ke luar rumah, ia berjalan ke samping rumah dan terdapat taman bunga yang sudah bermekaran di sana. Ia melihat bibi yang sibuk dengan menyiram tanamannya.

"Elsaki suka bunga?" tanya Yuvika yang sukses mengagetkan wanita yang berusia lebih dari 55 tahunan.

"Ini bunga ibunya Tuan Elsaki. Tuan meminta saya untuk tetap merawat dan nggak boleh mati."

"Kalau boleh tahu, kapan kedua orang tua Elsaki meninggal?"

Bibi menyudahi aktivitasnya lantaran semua bunga sudah basah. Beliau duduk di bangku panjang yang berada di sana. Pergerakan itu diikuti oleh Yuvika.

Ia merasa ini saatnya mendengar tentang latar belakang suaminya. Bagaimanapun rumah tangganya saat ini berjalan, tak akan mengubah kenyataan bahwa ia adalah istri dari Elsaki Sanders.

"Bapak dan Ibu meninggalkan lima tahun yang lalu. Mereka meninggal bersamaan karena kecelakaan."

"Bibi tahu Tisya?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pesona Istri Bayaran Dokter Tampan   49. Kotak Rahasia

    Suasana di antara puing-puing bekas rumah itu terasa hening. Bu Isni memegang kotak besi yang baru ditemukan dengan tangan bergetar, dan Yuvika merasakan ketegangan yang menyelimuti ibunya. "Ibu, ada apa?" tanyanya lagi, suara yang lembut namun penuh perhatian.Bu Isni menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri sebelum membuka mulut. Wajahnya masih tampak sedikit pucat, dan gerak-geriknya tampak kaku, seolah takut sesuatu akan terbongkar."Nggak ada, Vika. Nggak ada apa-apa. Ibu cuma kaget… ternyata isinya masih utuh, itu aja."Beliau memaksakan senyum, namun tatapan matanya masih menyimpan kegelisahan yang tak bisa disembunyikan."Tapi wajah Ibu pucat. Kenapa, Bu? Apa ada sesuatu di dalam kotak itu yang bikin Ibu kaget?" Yuvika mengernyit, matanya memperhatikan setiap ekspresi di wajah ibunya, mencari jawaban dari sesuatu yang terasa mengganjal."Beneran, nggak ada apa-apa, Yuvika. Ini cuma… kotak kenangan lama. Mungkin Ibu terlalu tenggelam dalam nostalgia aja." Dengan gela

  • Pesona Istri Bayaran Dokter Tampan   48. Kotak Berharga

    Yuvika terdiam sejenak mendengar pertanyaan dari ibunya. Mungkin benar, Elsaki akan keberatan jika ibunya tinggal bersama. Namun, bukan hal yang sulit untuk meyakinkan Elsaki bahwa ibunya kini membutuhkan dukungan. Terlebih ia yakin bahwa Elsaki, meski dikenal keras dan kadang kaku dalam prinsipnya, masih punya sisi lembut yang bisa dipengaruhi dengan pendekatan yang tepat."Ibu tenang aja, itu urusan aku," kata Yuvika akhirnya. Bu Isni menatap Yuvika dengan rasa haru. Anak yang pernah beliau sakiti dengan berbagai ucapan dan perlakuan kini menawarkan rumah dan kasih sayang tanpa syarat, bahkan rela mengambil risiko demi memperbaiki hubungan mereka. Dalam hati,beliau merasa sangat beruntung meskipun rasa bersalah terus menghantui dirinya."Terima kasih untuk semuanya."Yuvika mengangguk senang, tak pernah ia sangka bahwa buah dari kesabaran dan ketulusan yang ia punya akan berbuah manis, bahkan lebih manis dari yang ia bayangkan. "Oh, ya, Yuvika. Bagaimana dengan pernikahanmu? Ibu n

  • Pesona Istri Bayaran Dokter Tampan   47. Tawaran Tinggal Bersama

    Sore yang cerah telah bergulir pelan menjadi malam yang hening. Di ruang rumah sakit itu, Yuvika dan ibunya duduk berhadapan, masih berbicara satu sama lain dengan kehangatan yang baru pertama kali mereka rasakan. Bertahun-tahun tinggal di bawah atap yang sama, namun ini adalah kali pertama mereka benar-benar berbicara sebagaimana seharusnya—sebagai ibu dan anak. Momen ini adalah impian yang Yuvika simpan dalam hatinya sejak kecil. Kini, kenyataan itu terasa lebih berharga daripada apa pun yang pernah ia perjuangkan.Selama ini, ia telah melewati banyak luka dan pengorbanan, berharap bisa mendapatkan secercah perhatian dari ibunya. Bahkan, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh luka bakar di kulitnya tak ada artinya dibandingkan dengan kebahagiaan kecil yang kini menghangatkan hatinya. Seandainya saja neneknya masih ada di sisinya saat ini, Yuvika yakin beliau pasti ikut merasakan kebahagiaan ini. Ia bisa membayangkan senyum lembut sang nenek yang selama ini menjadi penghibur di tengah sega

  • Pesona Istri Bayaran Dokter Tampan   46. Kecupan Seorang Ibu

    Bu Isni terdiam sejenak di ambang pintu, mencoba mencerna apa yang baru saja beliau lihat. Tisya berlalu dengan wajah muram, penuh kemarahan yang tak bisa disembunyikan. Di baliknya, Yuvika duduk dengan ketenangan yang luar biasa, sementara Elsaki tampak gelisah, seolah dihimpit beban yang tak terlihat. Bu Isni tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres. "Siapa perempuan tadi?""Tisya, Bu. Teman lama Elsaki," jawab Yuvika dengan suara tenang. Lebih tepatnya ia berusaha tenang. Bu Isni mengernyit, tatapan matanya tajam menelusuri wajah Yuvika, mencoba menangkap kebohongan di balik kata-katanya. "Hanya teman lama? Terus kenapa dia kelihatan marah? Sepertinya ada sesuatu yang belum kamu ceritakan."Yuvika menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu, menutupi kebenaran di depan seseorang bukan hal yang mudah. Namun, ia juga tak ingin membeberkan semuanya saat ini. Dengan hati-hati, Yuvika menjawab, "Mungkin Tisya hanya kaget, Bu. Sudah lama nggak ketemu Elsaki, lalu tiba-tiba

  • Pesona Istri Bayaran Dokter Tampan   45. Elsaki adalah Suamiku

    Elsaki terkejut, menyadari siapa yang kini berdiri di ambang pintu. Tisya, dengan tatapan tajam dan wajah dingin, menatapnya tanpa ekspresi, namun matanya berbicara lebih banyak dari kata-kata yang mungkin bisa ia ucapkan. Ekspresi tenangnya justru membuat suasana terasa semakin mencekam. Sesaat, Elsaki hanya bisa terdiam, bahkan tubuhnya seolah membeku di samping Yuvika yang dengan tenang menatap keduanya bergantian. Bagaimana ia tak marah? Elsaki mengatakan akan bekerja, dan saat ia mengikuti ke mana perginya Elsaki, ia justru mendapati dirinya bersama dengan Yuvika. "Oh, jadi ini yang kamu maksud bekerja? Kamu rela bohong sama aku demi dia? Perempuan yang katamu tameng untuk hubungan kita, tapi ternyata kalian justru menjalin pertemanan?" suara Tisya akhirnya memecah keheningan, suaranya terdengar begitu tajam, menggambarkan perasaan yang tertahan. Ia berjalan mendekat dengan langkah mantap, dan dalam sekejap ruangan itu terasa menyempit oleh kehadirannya. Elsaki menelan ludah,

  • Pesona Istri Bayaran Dokter Tampan   44.. Kau Yeman yang Baik

    Setelah pertemuannya dengan Tisya, Elsaki seharusnya ke rumah sakit tempatnya bekerja. Namun, tanpa ia sadari, mobilnya malah melaju ke arah lain—ke rumah sakit tempat Yuvika dirawat. Pikirannya kalut, dipenuhi dengan kebingungan yang tak kunjung reda setelah percakapannya dengan Tisya. Ia seolah-olah dikendalikan oleh sesuatu yang lebih kuat dari niatnya untuk kembali fokus pada pekerjaan. Sampai di depan rumah sakit, Elsaki berhenti sejenak, menatap bangunan megah yang menjulang di hadapannya. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. 'Kenapa aku ke sini?' tanyanya dalam hati, meski ia tahu jawabannya. Ada sesuatu yang tak ia bisa jelaskan, sesuatu yang membuat langkah kakinya terus membawanya ke sini. Yuvika, kini sangat terlihat bahwa ia memiliki tempat di hatinya. Entah sebagai teman seperti yang mereka sepakati atau lebih. Elsaki keluar dari mobil dengan langkah ragu. Setiap langkah terasa berat, seakan-akan ia tengah berjalan menuju perbatasan yang tidak ingin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status