Bagi Queen, Ageng adalah sosok actor yang berbakat. Pria yang kini berstatus sebagai suaminya itu terlihat begitu total menjalankan perannya dalam sandiwara yang telah dia tulis skenarionya. Duduk berdampingan dengan Untuk menutupi rasa canggung dan rasa bersalah kepada Laras, Queen lebih memilih banyak diam dan mencitrakan dirinya sebagai menantu yang lembut dan pemalu di hadapan ibu mertua. Queen hanya sesekali tersenyum pura-pura malu saat mendengar guyonan dewasa dari Laras yang terdengar sangat vulgar. “Mama sudah nggak sabar punya cucu dari kalian, biar Ardan ada temannya,” ucap Laras sambil mengusap lembut rambut cucu pertamanya itu. Queen terlihat salah tinggah saat Laras sudah mulai berbicara tentang anak. Bukan hanya karena mereka belum pernah melakukan hubungan suami istri, tetapi juga karena tidak ada rencana untuk memiliki anak bersama di antara mereka Gadis itu menatap wajah Ageng, seolah menyerahkan jawaban atas ucapan sang mama mertua kepada Ageng, selaku suami dan
“Saya jadi penasaran bagaimana cara papa dan mama mengajari kamu untuk jadi seorang penipu ulung,” ucap Queen saat duduk di samping Ageng yang sedang konsentrasi mengemudi.Setelah mengakhir kunjungan di rumah keluarga Wardana kini Queen dan Ageng dalam perjalanan kembali ke apartemen. Sebenarnya Laras berharap jika anak dan menantunya bisa menginap di rumah besar mereka, tetapi karena Ageng yang menunjukkan sikap sok romantic dan seperti tidak ingin diganggu kebersamaannya sebagai pengantin baru, membuat Laras dan Arya akhirnya dengan berat hati mengizinkan mereka pulang meskipun sudah larut malam.“Mama dan papa tidak pernah mengajari aku untuk menjadi pembohong, sejak kecil di keluarga kami di ajarkan pentingnya arti kejujuran,” bela Ageng yang tidak terima jika orang kedua orang tuanya direndahkan oleh Queen.“Apa itu artinya kamu yang salah pergaulan?” tanya Queen yang memberanikan diri menatap Ageng.“Apa maksudmu?” Sesaat Ageng mengalihkan perhatiannya membalas tatap mata Queen
Dengan langkah yang terburu-buru, Naya memasuki kamar kostnya. Gadis yang bekerja di bank itu sudah tahu jika Queen telah datang. Sesampainya di kamar kostnya Naya tidak percaya saat melihat ada beberapa paper bag yang bertuliskan merk-merk ternama.“Ini cuma paper bagnya saja atau memang sama isinya?” tanya Naya antara serius dan bercanda.“Lihat saja sendiri!” perintah Queen sambil tersenyum.“Gila kamu, ini untuk aku semua?” Naya masih tidak percaya dengan semua barang-barang yang dibawakan oleh Queen untuk dirinya.“Mumpung aku dapat gratisan,” sahut Queen tanpa beban. “Makanannya nanti kamu bagi-bagi!” sambung Queen sambil menunjukkan oleh-oleh yang lain, yang luput dari perhatian Naya.“Gila, apa aja ini Queen?” tanya Naya sambil membuka satu per satu bungkusan yang di bawa oleh Queen.“Buat camilan sambil kumpul-kumpul ghibah mania.”“Paling nanti yang dighibahin gadis urakan yang tidak pernah mandi bisa menikah dengan CEO muda, yang tampan dan kaya raya. Apa rahasianya?” tanya
@Queen Savita[ Malam ini aku nginep di kost ]Setelah membaca pesan dari Queen, Ageng bergegas melajukan mobilnya menuju ke apartemennya. Setelah menjalani libur panjang di Bali, dia harus disuguhi setumpuk pekerjaan yang sudah menggunung, dan kini yang tersisa hanyalah rasa lelah.Ageng ingin segera tiba di apartemen dan berharap bisa segera mengistirahatkan tubuhnya. Agar esok hari dia bisa menyelesaikan sisa pekerjaan dengan cepat.Tapi sepertinya apa yang diharapkan oleh Ageng tidak akan terwujud dengan mudah, karena di depan pintu unit apartemennya sudah ada Davianna yang berdiri anggun di sana.“Baru pulang?” tanya Davianna, lalu pasangan kekasih itu pun saling cium pipi kira dan pipi kakan secara bergantian.“Ya, lembur … banyak pekerjaan karena liburan kemarin,” jawab Ageng yang sepertinya sudah tidak bertenaga lagi.“Kamu sakit?” Davianna menatap dengan saksama wajah Ageng yang tampak lesu, begitu juga penampilannya terlihat berantakan tidak seperti biasanya.“Tidak, hanya c
Semua urusan tentang investasi sudah Queen selesaikan. Yang Queen rasa paling merepotkan adalah saat dia harus memasuki lima bank yang berbeda untuk mendepositokan uangnya seperti arahan dari Naya. Berurusan dengan banyak berkas sungguh membuat kepalanya menjadi pusing. Namun, bagi Queen ini lebih baik, daripada dia menghambur-hamburkan uangnya, karena dia tidak tahu bagaimana nasib hidup kedepannya. Apalagi kalau Ageng sudah benar-benar menceraikan dirinya.Memasuki apartemen dengan keadaan lampu yang sudah menyala, membuat Queen yakin jika Ageng sudah lebih dahulu pulang. Tidak ada hal penting yang harus dia bicarakan dengan lelaki yang bergelar suami itu, sehingga membuat Queen langsung menuju ke kamarnya. Seperti biasanya setelah membersihkan diri dia akan mengistirahatkan tubuhnya.Istirahat tenang Queen mulai terganggu saat berulang kali panggilan meraung-raung di ponselnya. Sebenarnya Queen ingin mengabaikannya karena dari nada deringnya sepertinya bukan nada dering khusus bagi
Suara kecapan dan desahan terasa masih menyapa gendang telinga Ageng. Bahkan bayang-bayang dua orang yang berdiri bermesraan di depan pintu seakan sulit hilang dari ingatan Ageng. Di bawah guyuran shower, Ageng seolah sedang menghukum dirinya yang sempat mabuk, hingga tidak tahu apa yang terjadi semalam dengan Queen. Suara desahan merdu Queen benar-benar mengganggu pikirannya sampai saat ini. "Mau kemana?" tanya Ageng dengan nada ketus saat melihat Queen yang sudah berpakaian rapi. "Kerja, cutiku sudah habis," jawab Queen apa adanya. Bos tempat kerja Queen memberi kelonggaran cuti panjang. Kebaikan hati ini tentu bukan tanpa sebab, jiwa bisnis yang sang bos menganggap ini adalah bentuk investasi. Berharap kelak Queen bisa merayu Ageng untuk menanam sedikit modal pada bisnis percetakan mereka yang saat ini harus bersaing ketat dengan beberapa perusahaan baru yang sudah menggunakan teknik cetak dengan teknologi yang modern. "Apa yang terjadi tadi malam?" Ageng langsung menghadang l
“Queen tidak mengantarmu?” tanya Arum yang merasa aneh saat melihat adiknya pergi tanpa diantar oleh sang istri, padahal mereka masih pengantin baru yang sedang hangat-hangatnya.“Bisa-bisa nggak jadi berangkat kalau dia ikut antar ke bandara,” jawab Ageng sambil tertawa. “Tadi saja dia sudah nangis-nangis nggak mau ditinggal sendiri.” Dengan terpaksa Ageng harus berbohong kepada Arum untuk lebih meyakinkan sandiwaranya.“Kamu nggak sayang ninggalin dia sendiri? Kalian masih pengantin baru lho?”Dalam benak Arum sebenarnya berpikir, mengapa bukan Ageng dan Queen yang saat ini pergi ke Kalimantan sekaligus bulan madu ke dua. Sementara itu Danu tetap mengurus proyek-proyek yang selama ini sudah menjadi tanggung tawabnya.Sebenarnya Arum sangat kesal dengan keputusan Ageng yang secara tiba-tiba mengirim Danu ke Kalimantan. Ardan yang selama ini begitu dekat dengan sang papa sering bertanya dan sangat merindukannya. Apalagi sinyal yang masih sangat terkendala membuat Ardan tidak bisa deng
“Mantan pacar?” tanya Bryan di sela-sela menikmati potongan demi potongan daging steak di hadapannya.“Bukan, dia anak pemilik restaurant ini,” jawab Queen yang terlihat tidak ambil pusing dengan pertanyaan yang baru saja Bryan lontarkan. Bahkan dia terlihat tetap lahap menikmati steak tenderloin kesukaannya.“Wow, tidak menyangka saja jika ternyata kamu kenal dengan salah satu anak dari Surya Wijaya.”Sebagai calon penerus perusahaan keluarga, Bryan pun sudah diperkenalkan dengan begitu banyak relasi dan juga rekanan dari sang papa, dan salah satunya Surya Wijaya. Yang dia tahu, restaurant steak tempat mereka makan sekarang adalah usaha yang dikelola oleh sang istri, bukan bisnis utama dari Surya Wijaya.“Sepertinya dia tadi sangat patah hati saat mendengar jika kau sudah menikah.” Masih lekat dalam ingatan Bryan bagaimana ekspresi wajah Mike yang terlihat terluka dan kecewa.“Ya nggak mungkin lah!” sanggah Queen yang langsung menghentikan makannya. “Kami tidak punya hubungan apa-apa