Share

Bab 9

Penulis: Danastri
Setiap huruf yang tertera di atas kertas itu, dibaca Lionel berulang kali hingga matanya terasa perih dan berair.

Tiba-tiba, dia memahami semua penderitaan dan air mata Frenny.

Barulah dia mengerti, mengapa Frenny mengajukan pertanyaan dengan begitu histeris di tempat parkir malam itu. "Lionel, kenapa bahkan lima menit pun kamu nggak bisa berikan untukku? Lionel, apa kamu masih Lionel yang dulu?"

Ternyata, Frenny tidak bisa punya anak lagi!

Lionel memang tidak mencintai Frenny, tapi Frenny adalah seseorang yang penting baginya. Frenny telah menemaninya selama empat tahun, melewati masa tergelap dalam hidupnya, hingga menyaksikannya berdiri di puncak kekuasaan.

Saat mereka menikah, mereka pernah sepakat akan punya dua anak. Satu diberi nama Asha Pramudya, satu lagi Ashir Pramudya.

Lionel duduk perlahan di pinggir ranjang.

Wajahnya yang biasanya gagah dan percaya diri, kini tampak hancur dan rapuh. Dia merogoh sakunya untuk mengambil sebatang rokok, lalu menyalakan api dengan kepala tertunduk dan mengisap dalam-dalam.

Pipinya yang tirus semakin menonjol dan memancarkan daya tarik lelaki yang penuh kelelahan dan kehampaan.

Di ambang pintu kamar, pelayan melapor dengan hati-hati, "Bu Reyna datang."

Lionel tidak menjawab.

Reyna datang dengan tergesa-gesa dari rumah sakit. Melihat kaca pecah yang berserakan, dia sempat terdiam. Tuan Lionel dicampakkan!

Namun, Reyna adalah sekretaris yang terlatih. Dia segera mengendalikan emosinya dan bertanya dengan profesional, "Pak Lionel, bagaimana langkah selanjutnya?"

Asap rokok berwarna melayang di udara, mengaburkan wajah Lionel yang tak terbaca. Dia menjawab dengan suara pelan, "Redam semuanya. Bagaimanapun juga, jangan biarkan publik tahu bahwa aku dan Frenny sudah pisah rumah."

Reyna mengangguk cepat, "Baik."

Namun saat memandangi bosnya itu, Reyna tiba-tiba merasa bingung. Orang-orang selalu bilang bahwa pernikahan pasangan ini hanya dibangun atas dasar kepentingan. Namun, kenapa sekarang setelah istrinya pergi, Lionel malah tampak hancur, seolah-olah kehilangan jati dirinya sebagai laki-laki?

Apakah benar, Lionel tidak mencintai istrinya?

....

Frenny pindah ke sebuah apartemen.

Apartemennya tidak terlalu besar, sekitar 120 meter persegi. Akan tetapi, lokasi dan desain interiornya adalah yang terbaik. Begitu jendela kamar dibuka, dia bisa melihat pemandangan malam di kota.

Keesokan harinya, Frenny menjenguk neneknya. Neneknya tidak tahu apa pun tentang permasalahan antara Frenny dan Lionel, dia hanya menanyakan keadaan Frenny dengan tersenyum lebar.

Frenny tidak ingin membuat neneknya khawatir, jadi dia hanya tersenyum tipis dan berkata, "Baik kok! Lionel memperlakukanku dengan sangat baik."

Pernikahan sudah berakhir, tetapi hidup harus terus berjalan. Frenny memutuskan untuk menghidupkan kembali hobi lamanya, yaitu melukis. Selama seminggu penuh, dia mengurung diri di rumah untuk melukis sepanjang hari.

Frenny belum pernah merasakan ketenangan seperti ini sebelumnya. Bahkan, dia juga membeli seekor anjing kecil. Bukan jenis ras mahal, hanya seekor anjing putih mungil. Frenny sangat menyukainya dan dia menamainya "Shiro".

Akhir pekan, Frenny pergi mengunjungi sebuah pameran lukisan.

Ada ratusan karya seni dari pelukis terkenal dan lukisan favorit Frenny hari itu adalah sebuah lukisan bunga berjudul "Kehidupan Ganda". Saat dia hendak bertanya soal harga, matanya langsung melihat nama pelukisnya ... Harvey.

Ayah dari Natasha ....

Seketika, hati Frenny terasa kecut.

Tepat saat itu, suara lembut seorang wanita terdengar dari sampingnya, "Kamu juga suka lukisan ini, ya?"

Frenny menoleh dan terkejut saat melihat seorang wanita sosialita berdiri di sebelahnya.

Pakaian wanita itu tampak mewah, parasnya juga cantik. Dia didampingi oleh dua orang asisten pribadi yang tampak cerdas dan cekatan. Hanya dengan sekali lihat, Frenny bisa menebak bahwa wanita ini adalah istri sah dari salah satu keluarga bangsawan.

Wanita itu tersenyum tipis pada Frenny, "Nama suamiku Baim."

Frenny tiba-tiba teringat, bukankah wanita ini adalah istri Pak Baim daru Proyek Amasia? Baim selalu berbisnis di wilayah selatan, sehingga Frenny hanya pernah bertemu dengan istrinya sekali.

Melihat Frenny telah mengingat dirinya, Cantika langsung tersenyum, "Begitu masuk tadi aku langsung lihat kamu. Kamu istri Lionel, bukan?"

Di bagian selatan ada Keluarga Chandra yang berkuasa, sedangkan Keluarga Pramudya menguasai bagian utara.

Cantika memang sengaja memanggil Lionel dengan namanya langsung agar terkesan hubungan kedua keluarga sangat dekat. Kelihatannya, Baim sangat berniat menjalin kerja sama dengan Grup Rahayu.

Frenny tidak terlalu peduli dengan urusan bisnis, tetapi dia dan Cantika langsung merasa cocok begitu bertemu. Mereka tidak membicarakan urusan bisnis, melainkan tenggelam dalam obrolan tentang seni dan lukisan cat minyak. Perbincangan mereka pun terasa sangat nyambung. Cantika lalu mengundang Frenny untuk minum kopi.

Frenny pun menyambut ajakan itu dengan senang hati.

Di dalam kafe yang terang, Cantika mengaduk kopinya perlahan dengan sendok perak, lalu berkata dengan senyum lembut, "Lukisan Pak Harvey memang bagus, tapi kepribadiannya biasa saja. Nggak usah beli lukisannya juga nggak akan rugi."

Frenny hanya tersenyum tipis.

Baru saja dia hendak menjawab, Frenny tiba-tiba melihat wajah Cantika yang tampak sedih, seolah-olah sedang hanyut dalam kenangan.

Asistennya menghibur dengan lembut, "Bu, jangan mengingat hal-hal yang menyedihkan lagi. Kalau sampai jatuh sakit, nanti Pak Baim pasti akan sedih.

Cantika tersenyum meminta maaf pada Frenny, "Maaf membuatmu melihat hal seperti ini. Ada hal yang sudah lama mengganjal di hatiku. Waktu muda, aku pernah mencintai seseorang yang berhati dingin."

"Aku melahirkan anak untuknya, tapi malah mendapat perlakuan kejam dari orang lain. Waktu aku sadar, anakku yang baru berusia lima tahun itu sudah menghilang. Untungnya, aku kemudian bertemu sama suamiku yang sekarang."

"Kami sudah berkeliling ke mana-mana, tapi tetap saja nggak berhasil menemukan anak perempuanku yang malang itu."

Saat membicarakan hal yang menyedihkan ini, Cantika meneteskan air mata.

Dia masih ingat dengan jelas bahwa di pinggang anak perempuannya, ada sebuah tanda lahir kecil berwarna merah yang samar. Begitu melihat tanda itu, dia yakin bisa mengenali anaknya.

Frenny sendiri adalah seorang yatim piatu. Mendengar cerita itu, hatinya pun tersentuh dan ikut merasakan perihnya kerinduan seorang ibu. Dia pun menggenggam tangan Cantika dan memberi penghiburan dengan suara lembut.

Perasaan Cantika pun perlahan menjadi lebih baik. Dia merasa dekat dengan Frenny, "Sejak pertama kali bertemu, aku merasa cocok sekali sama kamu. Makanya, aku jadi nggak bisa menahan diri untuk menceritakan semua ini. Jangan anggap aku cerewet, ya."

Dengan suara lembut, Frenny menjawab, "Mana mungkin. Aku yakin hubungan Bu Cantika dengan anak pasti sangat dekat. Kalian pasti akan bertemu kembali suatu saat nanti."

Cantika pun tersenyum di balik tangisnya, "Terima kasih atas doa baikmu!"

Tiba-tiba, dia teringat sesuatu. Setelah bertukar kartu nama dengan Frenny, dia berkata dengan sungguh-sungguh, "Beberapa waktu lagi pamanku akan mengadakan pesta di vila. Saat itu, kamu harus datang, ya. Aku tahu kamu orang yang punya semangat tinggi dalam karier, nanti akan kuperkenalkan dengan orang-orang penting."

Frenny tidak tega mengecewakan niat baiknya, dia menerima kartu nama itu dan menyanggupi ajakan tersebut.

Saat berpisah, Cantika berdiri di samping mobil mewahnya, tampak enggan beranjak. Sudah lama dia tidak merasakan kehangatan seperti ini. Percakapannya dengan Frenny hari ini, mengingatkannya akan masa lalu saat masih bersama putri kecilnya.

Sekretarisnya datang mengingatkan dengan lembut. Barulah Cantika mau melepaskan tangan Frenny, "Lain kali kita lanjutkan obrolannya, ya."

Frenny tetap berdiri di tempat sambil memandangi mobil mewah itu melaju menjauh. Dia berpikir, Baim pasti sangat mencintai Cantika. Selain mencukupi kehidupan secara materi, dia juga memberi cinta sepenuhnya. Bahkan demi Cantika, dia tidak ingin punya anak lagi.

Seketika, pikiran Frenny pun mengembara jauh.

....

Pukul sembilan malam, Frenny menyelesaikan goresan terakhirnya di atas kanvas, lalu meregangkan tubuhnya sambil menguap kecil.

Shiro yang berada di dekatnya langsung mengibas-ibaskan ekornya dengan semangat.

Frenny menuangkan makanan anjing ke mangkuknya, bahkan menambahkan sepotong kecil sosis ayam. Shiro pun makan dengan lahap dan penuh semangat.

Setelah mengelus Shiro sebentar, Frenny berjalan ke kamar untuk mengambil jubah mandi. Akhir-akhir ini cuaca selalu mendung dan lembap. Beberapa jubah mandinya yang dijemur di balkon masih terasa basah saat disentuh. Akhirnya, Frenny membuka lemari dan berniat mencari kemeja biasa untuk dipakai mandi.

Di bawah cahaya, jemarinya yang ramping menyapu lembut deretan pakaian, hingga berhenti pada sebuah kemeja hitam. Itu adalah kemeja milik Lionel.

Entah bagaimana bisa terbawa di dalam koper dan tanpa sengaja ikut terbawa ke sini.

Frenny sempat ragu sejenak, tapi akhirnya tetap mengambil kemeja itu. Lagi pula, Lionel juga tidak akan tahu.

Sepuluh menit kemudian setelah selesai mandi, Frenny mengenakan kemeja pria itu. Rambut hitamnya yang basah dia tarik ke belakang bahu dan bersiap untuk mengeringkannya. Namun, tiba-tiba bel rumah berbunyi ....

Frenny mengira itu Annie. Tanpa banyak berpikir, dia langsung membuka pintu.

Pada detik berikutnya, dia terpaku.

Lionel berdiri di ambang pintu. Sosoknya yang tinggi dan tegap membuat sebagian besar cahaya di lorong tertutup bayangannya. Wajahnya tak sepenuhnya terlihat, begitu juga ekspresinya. Frenny tak tahu apa maksud kedatangannya di malam seperti ini.

Sudah satu minggu mereka tidak saling menghubungi. Tidak ada satu pun telepon.

Frenny yakin, Lionel pasti sudah menerima surat panggilan dari pengadilan. Lalu sekarang ... untuk apa dia datang?

Pandangan Lionel terpaku pada sosok istrinya.

Frenny hanya mengenakan kemeja pria berwarna hitam dengan sedikit terbuka. Bagian bawah kemeja yang tipis itu bahkan tak mampu menutupi seluruh kulitnya. Betis putihnya yang ramping terlihat samar-samar ....
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 50

    Di ruang presdir Grup Rahayu.Lionel bersandar di kursi kulit, tengah menganalisis dirinya sendiri dengan serius.Segala hal yang dia lakukan, semua demi menjaga kestabilan pernikahannya, demi seorang pewaris yang sah. Dia tidak membenci Frenny, bahkan sedikit menyukainya.Setidaknya dalam urusan itu, belakangan ini mereka cukup kompak. Pria memang makhluk penuh hasrat. Jika nafsu mereka terpenuhi di ranjang, mereka akan menjadi lebih murah hati.Lionel bersedia memperlakukan Frenny dengan baik, membiarkannya menikmati segala keuntungan dari sebuah pernikahan, memberi ilusi cinta kalau memang itu yang diinginkan Frenny.Namun, semua itu tidak ada hubungannya dengan cinta. Lionel tetap tidak mencintai Frenny.Saat dia tenggelam dalam pikirannya, Reyna mengetuk pintu dan masuk. "Pak Lionel, ada telepon dari Jenewa."Lionel menerima ponselnya, mengangguk ringan. "Kamu keluar dulu."Reyna kembali ke ruang sekretaris sambil berpikir dalam hati, 'Telepon dari Jenewa selalu datang seminggu se

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 49

    Lionel menghampiri Frenny, sorot matanya dalam. "Kenapa kamu ke sini?"Frenny mengangkat tas dokumennya. "Bukan buat kencan."Tatapan Lionel semakin suram. Dia mengajak istrinya, "Temani aku makan sedikit lagi ya?"Frenny tidak memberi muka. Dia bahkan tidak melirik ke arah Molly, hanya berkata dengan suara datar, "Aku sudah kenyang. Lionel, kalian lanjutkan urusan kalian. Aku pulang dulu."Detik berikutnya, Lionel meraih pergelangan tangannya. Dengan alis berkerut, dia memanggil, "Frenny."Frenny hanya tersenyum tipis, memandang Lionel sambil berkata, "Bukankah kalian sedang bicara soal kerja sama? Aku nggak seposesif itu, apalagi kita cuma pasangan kontrak, 'kan? Kalau waktunya habis, kita bubar. Kamu mau sama siapa, itu bukan urusanku."Alis Lionel berkerut semakin dalam. Tentu saja dia tahu Frenny merajuk. Namun, karena dia merasa tersinggung, dia pun tidak memiliki kesabaran untuk membujuk dan langsung membiarkannya pergi.Frenny juga tidak menunjukkan sedikit pun rasa menyesal. D

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 48

    "Istriku sangat baik, dia adalah wanita yang luar biasa. Tapi, aku nggak mencintainya.""Aku yakin, aku nggak punya perasaan cinta sebagai pria kepada wanita terhadapnya. Aku berhubungan intim dengannya hanya karena ingin punya ahli waris yang sah.""Tapi, entah kenapa aku seperti kecanduan. Padahal sebelumnya, aku ini pria yang selalu bisa menahan diri."Lionel benar-benar bingung.Beberapa saat kemudian setelah evaluasi, dokter berkata, "Pak Lionel, yang pertama-tama harus kamu pastikan adalah apa kamu benar-benar nggak mencintai istrimu? Perasaan antara pria dan wanita itu sangat sulit dipahami, bukan hal yang sepenuhnya subjektif maupun objektif."Lionel mengerutkan kening, menolak untuk berpikir ke arah sana. Karena di masa mudanya, dia pernah mencintai seseorang. Dia tahu betul seperti apa rasanya jatuh cinta.Setelah sesi konsultasi berakhir, Lionel mengancingkan jasnya dan keluar dari ruang konsultasi.Di luar, Reyna menunggu di depan pintu. Saat melihatnya keluar, Reyna bertan

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 47

    Frenny sedang sakit, jadi tentu tidak mungkin melakukan hubungan suami istri. Dia kembali ke ranjang untuk beristirahat.Dari arah kamar mandi, terdengar suara gemercik air. Lionel sedang mandi. Suara air itu menenangkan, membuat Frenny mengantuk. Tanpa sadar, Frenny pun tertidur.Dalam mimpinya, Lionel masih saja terus mengganggunya, tidak mau melepaskannya. Saat terbangun lagi, waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.Di kamar hanya ada satu lampu baca yang menyala. Lionel bersandar di ujung ranjang, sedang membaca dokumen penting.Penampilannya memang luar biasa. Bahkan hanya dengan jubah mandi putih, dia tetap tampak memukau. Frenny sekalipun tidak bisa menahan diri untuk menatapnya beberapa kali.Gerakan kecil dari tempat tidur membuat Lionel menoleh. Dia menatap Frenny sambil bertanya pelan, "Sudah bangun?"Frenny mengangguk. "Sekarang jam berapa?"Lionel meletakkan dokumen di tangan, lalu membaringkan setengah badannya dan merangkul pundak istrinya. Suaranya terdengar lembut d

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 46

    Tak lama kemudian, Lionel membuka pintu kamar utama.Kamar itu tenang dan sunyi. Di udara tercium samar aroma feminin. Saat melangkah lebih dalam, dia melihat Frenny terbaring di ranjang. Tampaknya sedang tertidur.Lionel berjalan mendekat, lalu berlutut di sisi ranjang. Dia menyibakkan helaian rambut dari wajah Frenny dan menyentuh keningnya. Masih panas.Frenny terbangun, demam membuatnya tampak linglung. Tatapannya bertemu mata Lionel. Suara lembut keluar dari bibirnya. "Kamu sudah pulang?"Jantung Lionel berdebar-debar. Dia mengelus lembut wajah istrinya dan menjawab pelan, "Aku sudah minta mereka bawakan bubur ke atas. Makan sedikit, baru tidur lagi. Badanmu masih nggak enak ya?"Saat menyentuhnya, Lionel seperti mengelus anak anjing kecil. Frenny merasa sedikit canggung. Dia mengangkat tangan dan menyentuh kening Lionel. Pria ini tidak demam.Lionel terkekeh-kekeh, merasa kesal sekaligus geli. "Salah ya kalau aku perhatian? Dulu kamu selalu bilang aku kurang peka."Frenny bersand

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 45

    Di ruang rapat, Lionel sedang memimpin rapat pagi saat Reyna masuk sambil membawa ponselnya. Lionel mengangkat alis, sedikit terkejut, lalu mengambil ponsel itu.Suara dari seberang adalah suara asisten rumah tangganya. "Tuan, Nyonya sakit. Demamnya sudah sampai 39 derajat, aku khawatir Nyonya nggak kuat."Meskipun agak dramatis, pesannya cukup jelas.Lionel hendak bicara, tetapi menyadari para eksekutif di ruang rapat sedang memandangnya, dia tersenyum ringan. "Frenny sakit. Dia telepon cuma buat manja-manja, suruh aku pulang cepat."Para eksekutif terdiam. Kalau bukan karena mereka tahu betapa parahnya pertengkaran Lionel dengan Frenny sebelumnya, mereka mungkin akan percaya.Setelah pamer kemesraan, Lionel berpesan kepada pembantu untuk menjaga Frenny baik-baik dan berjanji akan pulang lebih cepat. Tutur katanya penuh perhatian, seolah-olah dirinya adalah suami ideal.Setelah menutup telepon, Lionel lanjut memimpin rapat. Hal pertama yang diumumkan adalah Natasha dikeluarkan dari Pr

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 44

    Lionel menyalakan sebatang rokok, lalu melangkah masuk ke ruang VIP di rumah sakit. Kebetulan saat itu, Dennis sedang melakukan konsultasi di sana.Melihat Lionel datang, Dennis menyapa dengan senyum tenang. "Lionel, kamu juga datang. Rencana operasinya sudah hampir beres, tinggal menentukan tanggal operasinya saja."Kondisi tubuh Tabita belum cukup kuat, jadi masih perlu pemulihan. Akhirnya, Dennis menetapkan operasi akan dilakukan dua minggu lagi. Frenny pun merasa lega.Dennis juga mengundang seorang teman lamanya. Lionel pun mengantar mereka sampai ke tempat parkir.Sepanjang jalan, Dennis terus memuji Frenny. Sebelum pergi, dia menepuk pundak Lionel sambil berpesan, "Perlakukan dia baik-baik. Dia gadis yang baik, aku bisa lihat itu. Kalau kamu lepasin dia, belum tentu dapat yang sebaik ini lagi."Lionel tersenyum tipis dan membukakan pintu mobil untuk Dennis. "Tenang saja, Paman Dennis."Dennis tertawa dan masuk ke mobil. Tak lama kemudian, mobil mewah itu perlahan melaju dan mele

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 43

    Lionel berbaring di atas ranjang, tatapannya dalam dan kelam. Tak lama kemudian, dia juga turun dan masuk ke kamar mandi. Frenny sedang mencuci muka.Pria itu memeluk pinggang rampingnya dari belakang, dagunya bertumpu di bahu sang istri. Suaranya rendah dan serak. "Tunggu dua tahun lagi ya? Setelah aku 30 tahun, kita baru punya anak. Kamu 'kan selalu bilang ingin melakukan sesuatu."Frenny mengangkat kepala, menatap wajah tampan Lionel di cermin, seolah-olah sedang melihat orang asing.Setelah hening beberapa saat, Frenny tersenyum tipis. "Lionel, trik apa lagi yang kamu mainkan?"Ucapan itu menohok. Hati Lionel terasa sakit. Dia tidak menjawab, hanya langsung mengangkat tubuh Frenny, menggendongnya sampai ke depan jendela besar kamar. Di bawah cahaya matahari pagi, dia terus mencium Frenny ....Tirai putih melambai ringan ditiup angin pagi. Tubuh wanita itu lembut dan halus bagaikan sutra.....Menjelang siang, pasangan suami istri itu baru keluar dari kamar. Frenny masih harus menje

  • Pesona Istri Yang Dikhianati   Bab 42

    Di luar dugaan, Lionel berhenti bergerak. Dia menunduk menatap Frenny yang berada dalam pelukannya. Jakunnya bergerak naik turun, menunjukkan betapa berusaha dia menahan diri.Beberapa saat kemudian, Lionel bangkit dari tubuhnya. Bisa dibilang, dia melepaskan wanita itu malam ini. Dengan ekspresi datar, Lionel berkata, "Mandi sana."Ketika Frenny bangkit, kedua kakinya terasa lemas dan gemetar. Saat tertatih-tatih menuju kamar mandi, dia bahkan terkejut melihat bayangannya sendiri di cermin, terlalu berantakan dan kacau.Di kamar tidur, Lionel membalikkan tubuh. Setelah menarik napas beberapa kali, dia meraih laci di samping tempat tidur, mengambil sebungkus rokok, lalu meletakkan sebatang rokok di bibirnya.Kemudian, dia berjalan ke depan jendela besar di ruang tamu untuk duduk, membuka sedikit celah, dan berdiri di sana sambil perlahan mengisap rokoknya.Cahaya lampu kekuningan menyinari wajah Lionel. Bagian wajah yang terkena cahaya terlihat bersih, sementara kelopak matanya membent

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status