Terpaksa Meiva harus meninggalkan dunia entertainment. Setelah mendapat hujatan yang tak henti-hentinya dari netizen, karena menyebarnya artikel bohong yang memberitakan tentang scandal dengan seorang pejabat beristri. Meiva datang meminta bantuan pada kekasihnya, Alden Gunidya. Untuk melakukan konferensi pers bahwa semua berita itu bohong. Tapi, secara bersamaan di malam penghargaan itu, Meiva mengetahui fakta kalau justru Alden dan Ellen--teman baiknya menusuknya dari belakang, setelah semua effort yang Meiva lakukan untuk membantu mereka selama ini secara cuma-cuma, tapi mereka justru hanya memanfaatkannya saja. Meiva pikir hidupnya akan hancur kehilangan karier, kekasih dan teman baiknya, tapi, segalanya berubah ketika dia bertemu dengan Presdir tampan yang telah mengidolakannya sejak lama, Clovis Mallory. Setelah insiden tabrak lari, Clovis terus saja mengejarnya, lalu memberi tawaran untuk memainkan peran, tapi kali ini bukan untuk tayang di layar televisi, melainkan berperan untuk memainkan peran, yang tak pernah Meiva duga sebelumnya.
View More"Kamu sangat menggairahkan, aku nggak akan puas walau terus melakukan denganmu. Setelah acara selesai, bagaimana kalau kita melakukannya lagi di hotel dekat sini? Lagi pula, Meiva nggak hadir kan malam ini? Aku dengar dia dicancel digantikan denganmu?" Suara Alden sangat jelas, sedang menggoda seseorang di dalam sana.
“Bahkan kamu belum puas, padahal kita sudah melakukannya berulang kali di apartemen, sampai lututku saja rasanya masih lemas.”Meiva mengenakan long dress hitam rambut di kuncir satu di belakang ingin menemui Alden, untuk meminta bantuan pada pacarnya perihal masalah pembatalan secara sepihak oleh salah satu produser DTP TV.Tetapi, langkahnya berhenti saat mendengar suara Alden sedang bicara mesra dengan seorang perempuan.
Meiva berdiri di depan pintu kaca acid low iron glass. Sepertinya ia sama sekali tidak asing dengan suara itu. Walau penasaran tetapi ia tetap menahan kakinya untuk berdiri tagak di posisinya sambil mencengkram handle pintu, mendengarkan mereka bicara. “Kurasa tidak ada salahnya kalau aku diberi kesempatan untuk membawakan acara malam ini. Aku sendiri yang minta pada Pak Dante untuk menggantikan posisi Meiva,” ucap perempuan itu bangga. Meiva mengepal kuat, jadi ternyata orang yang menyebabkan dibatalkan dirinya adalah Ellen? Ia menarik napas dari dalam dadanya yang sesak, masih berusaha untuk tidak masuk ke dalam. 'Brengsek kalian!' Meiva sudah berusaha tampil memukau malam ini. Setelah sekian lama tidak mendapat tawaran syuting kini mendapat kesempatan lagi untuk menjadi presenter di acara award yang diadakan malam ini. Tetapi, tiba-tiba pihak DTP TV membatalkan begitu saja karena gosip menyebarnya foto Meiva dengan salah satu pejabat, padahal pria itu sebatas fans yang hanya minta foto bersama dengannya saat Meiva mengantar Ellen ke Club malam. Bahkan Ellen ada di sana, sebagai pemotret. Namun, Ellen diam, seolah membenarkan opini publik kalau Meiva dan pejabat itu memiliki scandal. Baru saja pihak produser mengatakan kalau mereka lebih memilih Ellen. Bahkan disaat Meiva sudah datang penuh antusias. Mencoba menghubungi temannya tapi tidak bisa, ternyata dia ada di sini, bersama kekasihnya! “Kalau seandainya aku hamil, kamu jangan lepas tanggung jawab, kita sudah sangat sering melakukannya, bahkan tak tahu tempat, kamu ingat, saat kita liburan bersama Meiva, kita melakukannya dengan cepat ketika dia makan.” “Ellen, aku akan tanggung jawab. Kamu jangan khawatir,” ucap Alden. Saat mendengar pria itu menyebut satu nama dan menjelaskan semuanya, rasanya dada Meiva seperti ditekan batu hingga nyeri, napasnya sesak.'Jadi, Alden berselingkuh dengan Ellen?'
Ellen adalah teman baiknya, tidak mungkin salah orang, sebab suaranya sangat mirip. Ellen tahu kalau selama ini Alden adalah kekasih Meiva, bahkan dia adalah tempat menceritakan susah senangnya perjalan cinta mereka. Dulu waktu Meiva menjadi artis, Ellen kesulitan mendapat pekerjaan di Ledoria. Dia mengatakan, pada Meiva bersedia melakukan apa saja asal mendapatkan uang. Meiva saat itu yang merupakan artis pendatang baru mencoba mendaftarkan ke dalam manajemen yang sama dengannya. Memulai dari sana, Ellen mulai di kenal public hingga kariernya berangsur naik. Selain memiliki bakat akting, Ellen juga pandai memikat hati para pejabat tinggi di perindustrian film, hingga dia kerap mendapatkan pemeran utama. Berbeda dengan Meiva, yang tanpa dia ketahui penyebabnya mengapa semakin hari dia tidak memiliki job dan bahkan beberapa stasiun teve melakukan blacklist gara-gara skandal yang sama sekali tidak dia lakukan. “Lalu bagaimana dengan Meiva? Bukankah kalian berencana akan menikah?” "Hubungan kita akan tetap berjalan lancar. Menjalin hubungan dengannya terlalu membosankan, sikapnya terlalu polos dan kekanak-kanakan. Lagi pula, dulu aku hanya memanfaatkan ketenarannya saja untuk mendongkrak popularitas. Tapi sekarang kariernya sudah meredup, apa lagi yang bisa diandalkan?" Ellen tertawa terbahak-bahak mendengar Alden. "Menurutmu apa kita terlalu jahat sama dia?" "Orang jahat nggak pernah mengakui kejahatannya, tentu saja kita benar versi kita sendiri," ucap Alden. "Kamu nakal." Meiva tidak percaya kata-kata seperti itu keluar dari bibir Alden, pria yang selama ini bersikap lembut dan sayang padanya. Tangan Meiva mengepal kuat, kedua lututnya merasa lemas sambil ia menutup mulutnya. Terlebih lagi detik berikutnya suara tertawa manja dari bibir Ellen membuatnya muak. Mereka hanya memanfaatkannya saja. Tujuan Meiva datang ke mari untuk meminta bantuan. Untuk memberikan klarifikasi ke publik, kalau Meiva tidak seperti yang digosipkan. Namun, orang yang dia harapkan bisa menolong, ternyata adalah duri dalam dagingnya. “Badanmu semakin kenyal dan sedikit berisi, apa lagi area ini. semakin menantang.” “Mungkin karena efek kamu terus menekannya. Bahkan aku sekarang merasa selalu menginginkanmu, Alden.” BRAK! Meiva membuka pintu kasar hingga membuat dua insan yang sedang terbakar gejolak asmara itu melonjak kaget. Ellen ada di pangkuan Alden dengan posisi saling berhadapan. Secara bersamaan office boy masuk membawa secangkir kopi panas, tanpa berpikir panjang, Meiva mengambil cangkir putih yang mengepulkan asal di atasnya, dan langsung menyiramkan ke tubuh mereka hingga keduanya memekik kepanasan. “Nona.” Meiva tersentak dari lamunan, sayangnya kekerasan yang dia lakukan hanya dalam angan saja. Ia menarik napas, saat seorang office boy menyapanya, karena posisinya menghalangi jalan. Meiva menempelkan satu jarinya ke depan bibir, mencegah pria itu bicara lagi sambil menariknya menjauh, karena ia tidak ingin kalau Alden dan Ellen tahu, bahwa ia mengetahui hubungan busuk mereka. Ia akan melihat sampai mana mereka bersandiwara, sampai membuat Meiva membongkar kebohongan dan membuat mereka tak bisa berkutik. Dia tidak percaya apa yang baru saja terjadi. Alden, kekasihnya selama tiga tahun, dan Ellen, sahabatnya sejak SMA, ternyata telah berbohong dan mengkhianatinya. Bahkan saat Alden memerlukan uang untuk keperluan syuting, uang makan dan kontrakan, Meiva memberikan seluruh tabungannya untuk membantu. Meiva tidak tahu harus berbuat apa atau ke mana harus pergi. Yang dia tahu hanya satu: dia harus meninggalkan tempat itu. Karena berjalan buru-buru Meiva menabrak seorang perempuan berpakaian rapi dia produser dari salah satu rumah produksi. "Oh Meiva? Sudah cukup lama aku tidak melihatmu." Walau masih ingin menangis, Meiva berusaha tetap tersenyum. "Nyonya Claire, apa kabar?" "Aku terkejut, karena kamu tidak lagi pernah muncul di teve mana pun satu tahun terakhir ini." "Persaingan begitu ketat, aku nggak mampu bersaing dengan mereka, dan mungkin sebaiknya aku nggak perlu menjadi artis. Aku akan melamar pekerjaan di bidang lain, menjadi karyawan mungkin itu nggak terlalu buruk," ucap Meiva sambil menunduk ternyata selama ini dia cukup buruk. Nyonya Claire menyunggingkan bibirnya. "Kurasa bukan karena itu, mungkin kamu mematok harga terlalu tinggi, Meiva. Seandainya kamu menyamakan harga di dengan artis lainnya, mungkin kamu bisa bersaing.” Meiva langsung mengerjap. "Aku memasang harga sama seperti artis pada umumnya." Soal harga itu biasanya Emeli, manager, yang mengaturnya, tetapi sebelumnya mereka sudah melakukan kesepakatan hingga ditulis di kontrak kerja sama. Meskipun selama ini Meiva tidak pernah diperlihatkan kontrak oleh managernya. "Tidak, Meiv. Kamu memasang harga di atas rata-rata, yang lain sepuluh juta, kamu dua puluh juta," kekeuh Nyonya Claire. Meiva masih penasaran tentang harga yang disebutkan Nyonya Claire, ia akan mencari tahu setelah ini. "Mungkin terjadi kesalahpahaman. Tapi sudahlah, sekarang semua itu nggak penting karena aku sudah memutuskan untuk mencari pekerjaan lain.”“Ini rincian naskah yang sebenarnya?” Clovis mengernyitkan dahi membaca isi naskah yang diberikan oleh penulis.Sutradara Niel, penulis dan produser terlihat bingung setelah melihat naskah ke atas meja begitu saja.“Kenapa Anda terkejut begitu, Pak? Maaf, bukannya Anda sudah membaca naskahnya sebelumnya?” tanya penulis bernama Rully itu.Begitu juga dengan sutradara Niel yang kini turut mengangguk. “Benar, sebelumnya Anda membacanya, bahkan dengan sangat detail, lalu setuju dengan semuanya.”Wajah Clovis tampak muram jari telunjuknya mengusap-usap pelipisnya seiring dengan mata terpejam, sontak membuat suasana dalam ruangan itu terasa mencekam.“Kurasa, pemeran utama juga tidak akan keberatan dengan adegan itu, mereka sangat professional,” ucap Rully.Clovis sontak menggeleng. ‘Dia adalah wanitaku,’ batinya.“Sebaiknya hilangkan saja adegannya,” ucapnya kemudian.“Pak Clovis, semua adegan dan teks di dalamnya sudah diatur sejak lama, kalau tiba-tiba meminta kami untuk menghilangkan ad
Tanpa Meiva dan Clovis sadari, di antara banyaknya wartawan. Ada satu media masa yang melihat mereka turun dari mobil secara bergantian. Gerak gerik Meiva yang menyelinap masuk ke gedung menimbulkan kecurigaan langsung menggerakkan tangan wartawan itu untuk mengangkat kamerannya, menggambil foto Meiva tersembunyi. Meiva masuk dengan santai setelah lolos dari kerumunan wartawan. Dia segera ke ruangan pertemuan yang ada di lantai lima. Sambil berjalan tergesa-gesa ia mengeluarkan ponselnya mencoba menghubungi Emeli yang seharusnya sudah di sini sebelum dia sampai. “Apa kamu sudah sampai, Meiv?” Meiva memejamkan mata mendesah kesal. “Bukankah kamu yang seharusnya lebih dulu sampai di sini?” “Maaf, Meiv, mendadak kakakku menelepon minta aku mengantar ke rumah sakit. Ini baru saja aku dalam perjalanan ke sana, kamu masuklah duluan, aku akan segara menyusul.” “Oke.” Secara bersamaan Meiva membuka pintu, tubuh rampingnya hampir saja tertabrak oleh tubuh tegap yang akan keluar da
“Lumayan.” Mendengar kata ‘lumayan membuat Meiva seketika menoleh. Entah apa maksud Clovis mengatakannya. “Sudah kubilang, kalau dia adalah Perempuan yang baik.” Pipinya bersemu merah saat mendengar pujian itu. Tangannya memotong daging panggang di atas piring hadapannya. “Ya, mama benar. Dia gadis baik.” “Dan juga patuh.” Clovis melirik sambil menyeringai di samping Meiva. Tapi, entah kenapa ia merasa lirikkan itu seperti sebuah ancaman. Ia mengusap-usap belakang leher sendiri, ketika merasakan takut, juga canggung. Acara pertemuan kali sangat berangsur sangat formal, para pelayan pun menyajikan makanan secara khusus. Nyoya Liona sibuk mencicipi makanan satu persatu sebelum menyuruh yang lain menyantapnya. “Clovis memiliki alargi susu, oleh sebab itu, aku harus memastikan kalau tidak ada kandungan susu dalam setiap menunya.” “Dan kamu juga harus mengingatnya, Lily, supaya di masa depan berhati-hati.” “Hanya masalah kecil, tidak perlu dibicarakan,” potong Clovis ti
Pasok udara di sekitarnya semakin menipis. Di dalam kegelapan saja, membuatnya merasa sesak, apa lagi sekarang tangan kekar Clovis terus membekapnya. 'Pria ini gila, seperti yang dikatakan Austin.'Saat tenaganya hampir saja habis, Clovis mengendurkan tangannya. Meiva langsung meraup napas sebanyak-banyaknya, untuk memasukkan oksigen dalam dadanya terpenuhi. "Ka—" Secara bersamaan Meiva membuka mulut ingin bicara, lampu dalam kamar mandi itu menyala. Mata kecoklatannya, bertatapan dengan netra hitam pekat milik Clovis. Saat ini lelaki itu baru menyadari, kalau perempuan yang bersamanya sejak tadi adalah Meiva? Dahi Clovis mengkerut dalam, saat menyadarinya. Antara malu, dan juga canggung saat perempuan itu menatapnya dengan napas terengah-engah karena ulahnya. "Bagus sekali, Pak Clovis," ucap Meiva dengan suara pelan sambil tersenyum sinis. "Apa yang kamu lakukan di sini?" Mereka sudah bertemu sejak beberapa jam yang lalu, tapi kini Clovis bersikap seolah baru saja bangun dari
Bab 45 Saat menyadari langkah kaki lelaki itu masuk melalui celah pintu yang terbuka, Meiva reflek mundur, tangannya yang gemetar mengarahkan senter di ponselnya ke wajah lelaki itu, tapi karena panik ponselnya terjatuh ke lantai, meski pun tidak mati, Cahaya itu berbalik meyorot ke kaki jenjangnya.Dalam ruang yang minim pencahayaan itu, Meiva sama sekali tidak merasakan sikap baik laki-laki itu, bayangan hitam itu semakin mendekat seperti malaikat maut. Tanganya terulur ke belakang pinggang ramping Meiva, guyuran air dingin menerpa kulit Meiva Kemudian memejamkan mata, tersentak, kala buliran air terjun bebas melewati kelopak matanya. Hawa panas dari tubuh lelaki kian mendekat, Meiva mendongak saat jari lelaki itu mengangkat dagunya, Meiva berusaha mengamati wajah itu, meski pun tidak jelas di balik sama-samarnya pencahayaan, ia bisa merasakan hawa penindasan yang begitu kuat. “Lepaskan aku!” Meiva menggunakan keberaniannya untuk menyingkirkan tangan lelaki itu. ia bergera
Kaki jenjang berkulit putih Meiva berangsur mundur, ketika dia menyadari kalau sudah salah memilih tempat berpijak. Meski pun ia tak melihat wajah pria di balik bayangan hitam itu, tapi, aura menyeramkan telah memenuhi ruangan membuat Meiva lagi dan lagi menelan saliva. ‘Aku menghargai Nyonya Liona, tapi aku juga menghargai nyawaku sendiri, lebih baik meninggalkan tempat ini dari pada meninggal untuk selama-lamanya,’ batinnya, mengamati benda-benda yang diletakkan di meja dan lingerie di atas ranjang, dengan cepat kemudian dengan cepat ia berbalik. Tidak menoleh lagi, ia segera membuka pintu keluar dari tempat menyeramkan itu. Namun, berulang kali tangan berkulit putihnya memutar handle pintu, tapi tak kunjung terbuka. Tanpa menyerah, ia mengulangi dengan cepat, berharap keajaiban terjadi.“Permainan belum dimulai, kau mau pergi, Nona?” Clovis sengaja tidak menunjukkan wajahnya, sebab ia tidak ingin perempuan itu mengenalinya setelah keluar dari sini. Statusnya sebagai anak Liona
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments