Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!

Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!

last updateLast Updated : 2025-06-01
By:  Sri PulunganUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
94Chapters
2.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Demi biaya pengobatan suamiku yang mengalami kecelakaan, aku terpaksa meninggalkannya. Ibu mertuaku berjanji akan menanggung semua biaya perawatannya, dengan satu syarat, aku harus pergi dari hidupnya. Diam-diam, aku membawa serta anak dalam kandunganku. Aku tak pernah membayangkan harus memilih antara tetap di sisi suamiku atau memastikan dia mendapatkan perawatan yang layak. Tapi ibu mertuaku tak memberiku pilihan lain. "Jika kau benar-benar mencintainya, buktikan dengan menghilang dari hidupnya," katanya dingin, menatapku dengan penuh kebencian. "Kamu sudah cukup membawa sial dalam hidupnya." Dadaku sesak. Aku ingin membela diri, ingin berteriak bahwa aku bukan penyebab semua ini. Tapi saat aku menoleh ke arah Arfan, terbaring lemah dengan nafas yang bergantung pada alat medis, aku tahu aku tak punya pilihan lain. Malam itu, dengan tangan gemetar, aku mengemasi barang-barangku. Tak banyak yang kubawa, hanya beberapa pakaian, sedikit uang, dan tentu saja, rahasia terbesar yang ku sembunyikan dari ibu mertuaku, kehidupan kecil yang tumbuh dalam rahimku. Sebelum pergi, aku berdiri di ambang pintu kamar rumah sakit, menatapnya untuk terakhir kali. Aku ingin menyentuhnya, menggenggam tangannya, membisikkan bahwa aku mencintainya dan berharap dia segera sadar. Tapi aku takut. Takut jika aku menunggu lebih lama, aku tak akan sanggup pergi. "Aku mencintaimu," bisikku pelan, lalu melangkah pergi, meninggalkan hatiku bersamanya.

View More

Chapter 1

Bab 1

"Garis dua?" gumamku lirih saat menatap test pack di tangan yang gemetar.

Senyumku merekah perlahan. Tanganku terangkat, mengusap perutku yang masih rata. Rasanya seperti mimpi. Setelah penantian panjang, akhirnya ada kehidupan kecil yang tumbuh di dalam rahimku. Aku membayangkan reaksi mas Arfan, apakah ia akan terkejut? Atau justru menangis haru, seperti di video-video kejutan kehamilan yang sering aku tonton?

Dengan hati-hati, kusimpan test pack itu di laci meja rias. Hari ini adalah ulang tahun pernikahan kami yang keempat. Aku sudah menyiapkan semuanya: dekorasi sederhana di ruang makan, hidangan favorit Arfan, dan kue kecil bertuliskan "Happy 4th Anniversary." Malam ini, aku akan memberinya kabar paling bahagia dalam hidup kami.

Namun, tiba-tiba ponselku berdering. Sebuah nomor tak dikenal muncul di layar. Aku sempat ragu, tapi rasa penasaran mengalahkan keraguanku.

“Halo?” sapaku hati-hati.

Tak ada jawaban. Hanya suara napas berat di ujung sana, sebelum akhirnya terdengar suara pria, berat dan tegas.

“Kami dari rumah sakit. Cepat datang. Suami Ibu dalam kondisi sekarat.”

Dunia seketika berhenti. Jantungku berdenyut keras. Jemariku mencengkeram ponsel erat-erat.

"Apa maksud Anda? Siapa ini?" tanyaku terguncang.

Namun, sambungan sudah terputus.

Aku berdiri terpaku. Tubuhku mendadak terasa dingin. Ini pasti salah paham. Suamiku baik-baik saja, bukan? Baru tadi pagi kami berbicara, dan dia mengatakan akan pulang tepat waktu untuk merayakan ulang tahun pernikahan kami.

Tanpa berpikir panjang, aku meraih kunci mobil dan berlari keluar. Langit malam tampak gelap, seolah mencerminkan ketakutanku yang semakin menyesakkan dada.

Dalam perjalanan menuju rumah sakit, pikiranku dipenuhi berbagai kemungkinan. Kecelakaan? Serangan jantung? Atau sesuatu yang lebih buruk? Aku menggeleng, mencoba menepis pikiran-pikiran buruk itu.

Setibanya di rumah sakit, aku langsung menuju bagian informasi. "Suamiku... suamiku dibawa ke sini. Namanya Arfan," ucapku tergesa-gesa.

Perawat di balik meja tampak ragu sebelum menunjuk ke arah ruang gawat darurat. "Dia ada di sana, tapi..."

Aku tak menunggu perawat itu menyelesaikan kalimatnya. Dengan langkah gemetar, aku berlari ke arah yang ditunjukkan. Saat aku sampai, seorang dokter baru saja keluar dari ruangan dengan wajah serius.

"Keluarga pasien?" tanyanya.

Aku mengangguk cepat. "Saya istrinya. Apa yang terjadi? Bagaimana kondisi suami saya?"

Dokter itu menghela napas. "Kami sudah melakukan yang terbaik. Suami Anda mengalami kecelakaan serius—mobilnya ditabrak dari samping. Dia kehilangan banyak darah dan..."

Aku menahan napas, menunggu kelanjutannya.

"Dia dalam kondisi kritis. Kami butuh persetujuan Anda untuk tindakan operasi segera."

Dunia terasa runtuh di hadapanku. Aku baru saja hendak memberinya kabar bahagia, tapi sekarang... aku dihadapkan pada ketakutan terbesar dalam hidupku.

Tanganku gemetar saat menandatangani surat persetujuan operasi. "Tolong... selamatkan dia," bisikku dengan suara nyaris tak terdengar.

Dokter mengangguk sebelum kembali masuk ke ruang operasi. Aku jatuh terduduk di kursi tunggu, air mata yang kutahan akhirnya jatuh.

Aku menatap kosong ke arah pintu ruang operasi yang tertutup rapat. Waktu seakan berjalan begitu lambat, setiap detik terasa seperti satu abad. Dalam hatiku, aku terus berdoa, memohon agar Arfan bisa selamat.

Aku ingin dia tetap di sisiku. Aku ingin dia tahu bahwa aku mengandung anak kami. Aku ingin dia melihat bayi kami lahir dan tumbuh bersama kami.

Air mataku semakin deras mengalir. Aku memeluk perutku yang masih rata, berusaha mencari ketenangan.

Tiba-tiba, seseorang duduk di sampingku. Aku menoleh dan melihat seorang pria paruh baya dengan wajah penuh simpati.

"Ibu istri Arfan?" tanyanya pelan.

Aku mengangguk, masih terisak.

"Saya Pak Rudi, polisi yang menangani kecelakaan suami ibu," lanjutnya.

Jantungku mencelos. Polisi?

"Ada yang ingin saya tanyakan, tapi saya mengerti kalau ibu masih syok. Jika ibu siap, tolong hubungi saya," katanya sambil menyerahkan kartu namanya.

Aku menatap kartu itu dengan tangan gemetar. "Apa yang sebenarnya terjadi pada suami saya, Pak?" tanyaku dengan suara serak.

Pak Rudi menghela napas. "Kami masih menyelidiki, tapi ada sesuatu yang janggal. Mobil suami ibu ditabrak oleh sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi.”

Aku menatap Pak Rudi dengan dada berdegup kencang. "Maksudnya... ini bukan kecelakaan biasa?" tanyaku, nyaris berbisik.

Pak Rudi tampak ragu sejenak sebelum mengangguk. "Ada kemungkinan begitu, Bu. Truk itu langsung kabur setelah kejadian, dan berdasarkan rekaman CCTV, terlihat seperti disengaja."

Darahku seolah membeku. Disengaja? ulangku dalam hati, hampir tak percaya.

"Kami belum bisa memastikan sepenuhnya, tapi dari rekaman yang kami lihat, truk itu tidak berusaha menghindar atau mengerem sebelum menabrak mobil suami ibu," jelasnya dengan nada serius.

Aku merasa lemas. Ini bukan sekadar kecelakaan, seseorang mungkin sengaja mencelakai Arfan. Tapi siapa?

Sebelum aku bisa mengajukan lebih banyak pertanyaan, pintu ruang operasi terbuka. Seorang dokter keluar dengan wajah letih. Aku langsung berdiri, nafasku tercekat.

"Dokter, bagaimana suami saya?" tanyaku dengan suara bergetar.

Dokter menatapku sejenak sebelum menghela napas. "Operasi berjalan lancar, tapi kondisi suami Anda masih kritis. Dia mengalami cedera parah di kepala dan pendarahan dalam yang cukup serius."

Aku menutup mulut, menahan isak tangis.

"Kami akan memindahkannya ke ICU. Dua puluh empat jam kedepan akan sangat menentukan," lanjut dokter itu.

Aku mengangguk lemah. Setidaknya Arfan masih hidup. Itu satu-satunya harapan yang bisa kupeluk saat ini.

Setelah Arfan dipindahkan ke ICU, aku diizinkan untuk melihatnya sebentar. Melihat tubuhnya yang terbaring lemah dengan selang dan alat medis yang menempel di mana-mana membuat hatiku semakin hancur.

Aku menggenggam tangannya yang dingin, menempelkan telapak tanganku ke punggung tangannya.

"Sayang, aku di sini," bisikku, menahan air mata yang terus menggenang.

Aku ingin memberitahunya tentang bayi kami, tentang kehidupan kecil yang tumbuh di dalam rahimku. Aku ingin dia tahu bahwa dia harus bertahan—untukku, untuk bayi kami.

Namun, saat itu juga, sebuah ketakutan baru muncul di benakku. Jika ini bukan kecelakaan biasa, ada seseorang di luar sana yang ingin mencelakai Arfan.

Dan jika mereka belum berhasil... apakah mereka akan mencoba lagi?

Aku mengeratkan genggamanku pada tangan Arfan yang dingin. Dalam hati, aku berjanji akan mencari tahu siapa yang melakukan ini. Aku tak akan diam saja.

Tapi sebelum aku bisa berpikir lebih jauh, suara lirih terdengar dari depan pintu.

"Arfan... apa yang terjadi padamu, Nak?"

Aku menoleh. Itu suara ibu mertuaku.

Dan saat tatapannya bertemu denganku, wajahnya dipenuhi kemarahan.

"Dasar perempuan pembawa sial! Kalau terjadi sesuatu pada anakku, aku tidak akan memaafkanmu!"

Aku tertegun, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Mataku menatap ibu mertuaku yang berdiri di ambang pintu, wajahnya penuh amarah dan kesedihan.

"Ibu..." suaraku lirih, nyaris tak terdengar.

Namun, tatapan ibu mertuaku semakin tajam. Ia melangkah mendekat, tangannya terkepal di sisi tubuhnya. "Sejak Arfan menikah denganmu, hidupnya selalu penuh masalah! Dan sekarang... dia terbaring seperti ini! Ini semua salahmu!" suaranya bergetar, matanya basah oleh air mata.

Aku menelan ludah, mencoba memahami rasa sakit yang dirasakannya. Aku juga hancur. Aku juga takut kehilangan Arfan. Tapi dituduh sebagai penyebabnya? Hatiku terasa ditusuk.

"Ibu, saya juga ingin Arfan selamat. Saya tidak menginginkan semua ini terjadi..." suaraku bergetar.

"Kalau benar begitu, kenapa justru ada masalah terus? Kenapa sejak menikah denganmu, Arfan selalu dalam bahaya?" suaranya meninggi.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Faisalicious
Keren banget thor novelnya, lanjut terus ya Jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak juga di novelku ya, judulnya TULANG SUCI NAGA ABADI buat yang suka fantasi timur bisa langsung mampir
2025-05-27 19:32:57
0
user avatar
Sri Pulungan
Cerita yang menarik
2025-04-10 17:57:30
0
user avatar
Sri Pulungan
Ceritanya menarik
2025-04-10 17:54:14
0
user avatar
Sri Pulungan
Ceritanya menarik
2025-04-10 17:48:33
0
94 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status