Share

Teror Kukun Dimulai

Author: El Nurcahyani
last update Last Updated: 2024-11-01 11:21:26

Bab 6

“Udah, jangan dipikirin. Mungkin kamu Cuma capek,” kata Jaya sambil mengelus lembut pundak kekasihnya. “Aku pamit pulang dulu ya, besok kerja. Kamu istirahat yang cukup.”

Leha hanya mengangguk lemah. “Kang, hati-hati ya,” lanjut Leha.

“Iya... Akang udah gede. Kamu jangan over khawatir gitu, ih. Akang jadi kepikiran kalau gini.”

“Kepikiran kenapa Kang? Leha kan cuma bilang hati-hati.”

“Kamu tuh dari tadi kaya orang bingung. Tiba-tiba ngilang, terus malah lagi diem, bengong sendiri. Kamu gak mau cerita sama Akang? Ada apa?”

“E-enggak kok, Kang. Aku baik-baik aja.” Leha menjawab dengan sedikit gugup, dia belum siap terbuka sekarang pada kekasihnya. “Ya udah atuh Kang. Sok mau pulangmah. Takut keburu malem,” lanjut Leha. Dia berusaha menutupi kegundahannya.

Jaya tersenyum, kemudian menggenggam kedua tangan Leha. Diusapnya dengan lembut. “Akang pulang ya, Geulis,” ucap Jaya, kemudian pergi

( Geulis = Cantik)

***

Setelah Jaya dan para tamu pulang, Leha kembali mengamati ibunya yang duduk di kursi kayu. Aminah sibuk dengan kertas dan pena, sedang menulis daftar belanjaan.

Aminah, tidak menunjukkan tanda-tanda kesedihan seperti orang yang baru kehilangan anak. Wajahnya tetap datar, tanpa raut duka sedikit pun. Leha semakin resah.

“Ibu... kok nggak kelihatan sedih, ya?” gumamnya pelan, hampir tak terdengar.

Malam semakin larut. Leha mencoba tidur, tapi matanya sulit terpejam. Telinganya menangkap suara aneh—seperti ada orang yang berbisik di luar jendela kamarnya. Suara itu samar-samar, namun jelas terdengar seperti percakapan, membuat jantungnya berdebar kencang.

Dia beranjak dari tempat tidur, dilangkahkan kakinya dengan hati-hati ke arah jendela. ‘Buka jangan. Buka jangan.’ Berulang kalimat itu memenuhi kepalanya. Perintah yang mendorong keberaniannya.

“Ayo ... Ayo...,” ucapnya seperti berbisik. Tangan kanannya terangkat menyentuh tirai, tapi terlihat begitu berat. “1... 2 ... 3 ....”

Srrett!

Tirai disibak dengan cepat, tapi ditutup kembali. Leha tak melihat apa-apa. Namun, napasnya naik turun.

“Kalau aku buka lagi tirainya, terus pas ada sosok nempel di jendela ini, atau penampakan wajah, bagaimana?” Leha terus menimbang-nimbang.

Namun, suara seperti orang sedang merumpi itu masih saja mengganggu. Siapa malam-malam begini yang masih mengobrol? Kali ini Leha akan mencoba lagi, memberanikan diri, tapi dengan perlahan. Dia tidak membuka tirai, tapi hanya mengintip.

“Hah!” Leha mengucek matanya, mungkin dia salah lihat.

Dengan langkah cepat dia naik ke tempat tidur, ditariknya selimut sampai ke dada dia dalam posisi duduk di pojokan. Kemudian diraihnya ponsel yang ada di samping bantal.

“Kang, temenin aku tidur, ya,” pinta Leha, mengirim pesan pada Jaya. Wajahnya pucat, badannya seperti menggigil.

“Kamu kenapa Leha?”

“Em, Aku juga gak tahu. Mungkin gak yakin, sih.”

“Ada apa? Jangan bikin Akang kepikiran Leha. Ada masalah cerita aja.”

“I-ini tentang ibu.”

“Kenapa ibu kamu, Leha. Kamu kaya ketakutan gitu?”

Akhirnya Leha mengobrol dengan Jaya lewat panggilan telepon. Dia harap perlahan kantuk bisa datang. Terlebih mengurangi rasa takutnya. Selama mengobrol dengan Jaya, suara orang-orang yang mengobrol ditambah berisiknya suara ayam, perlahan lenyap. Entah karena fokus Leha ke Jaya, hingga melupakan kejadian aneh di halaman belakang.

“Leha, kamu kan udah lama gak pulang. Mungkin, suasana kamarmu seperti asing lagi. Sulit tidur jadinya,” ucap Jaya.

“Bisa jadi, Kang. Em, tapi ... ada yang bikin aku tidak bisa tidur, selain itu.”

“Tentang kehilangan adikmu?” tebak Jaya.

Bersambung....

Karena Leha belum pernah bertemu adiknya. Saat ibunya melahirkan Lisna, Leha benar-benar tidak bisa pulang. Lagi pula, ini bukan hal yang sangat istimewa. Ibarat, ibunya sudah biasa melahirkan, punya anak.

Namun, siapa sangka, Leha tidak bisa lama menimang adik bungsunya. Meski Leha anak pertama, dia sudah sering mendapatkan adik, tapi melihat Lisna, sepertinya berbeda. Entah karena sudah lama tak memiliki adik bayi. Jadi, meski belum bertemu, rasa sayang pada adiknya begitu besar. Terlebih, rasa penasaran. Kenapa tiba-tiba adiknya bisa meninggal.

“Leha?” tanya Jaya. “Leha? Kamu udah tidur?” lanjutnya.

***

Menelepon dengan Jaya, ternyata mempan juga mendatangkan kantuk. Namun, itu tidak lama. Sekitar pukul dua dini hari, Leha terjaga.

“Iya Bu...! Sebentar!” seru Leha, sambil menyingkirkan selimut dari tubuhnya.

Dia kemudian menuruni tangga, menghampiri Bu Aminah yang memanggil.

“Ibu di mana sih?” gumam leha, dia sudah sampai di dapur.

Rupanya Aminah tidak ada di dapur. Padahal Leha yakin sekali tadi Ibunya memanggil dari arah dapur. Tangga ke lantai dua, sangat dekat ke pintu dapur. Tidak mungkin leha salah dengar.

Leha berpikir, mungkin ibunya di kamar atau di ruang depan. “Nggak ada juga. Atau aku salah dengar?”

Langkah kakinya sedikit cepat untuk menuju kamar Aminah. Leha ingin segera membuktikan rasa penasarannya. “Ibu tidur nyenyak, kok,” gumamnya.

Rasa takut mulai merayap kembali. Leha merasa perlu menenangkan diri. Ia menuju kamar mandi, mengambil air wudu, dan berniat melaksanakan salat tahajud. Begitu ia mulai takbir, dia malah teringat apa yang dilihatnya beberapa jam yang lalu, saat sebelum menelepon Jaya untuk minta ditemani.

“Astaghfirullahaladzim...,” ucap leha dalam hati. Dia memantapkan hati, tidak boleh terganggu oleh makhluk-makhluk asing.

***

Pagi-pagi buta, Leha bangun lebih awal. Matanya mengedarkan pandangan ke seluruh rumah, mencari sosok ibunya, tapi Aminah tidak ada di mana pun—tidak di dapur, tidak di ruang tamu. Leha mulai panik.

“Bu? Di mana ibu?” serunya sambil berlari mencari ke ruangan lain.

Bersambung....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Tatapan Aneh Mulai Tampak

    Bab 41"Astaghfirullahaladzim...," gumam Leha. Dia tahu yang didengarnya adalah halusinasi.Leha tetap melanjutkan perjalanan, melewati jalan kecil di desa yang sunyi, hanya ada beberapa orang yang terlihat di pinggir jalan. Namun, ada sesuatu yang aneh.Orang-orang itu berdiri dengan posisi kaku, kepala mereka sedikit miring, dan mata mereka kosong, seolah menatap jauh ke dalam jiwa Leha. Beberapa bahkan tersenyum lebar, tetapi senyuman itu terasa dingin dan tidak manusiawi.Saat Leha melewati mereka, ia merasakan udara dingin menusuk kulitnya. Salah satu dari mereka, seorang lelaki tua dengan topi anyaman, melambaikan tangan pelan. Leha hampir menghentikan motornya untuk membalas, tetapi ia melihat tangan lelaki itu terlalu panjang, jari-jarinya menghitam seperti hangus.Leha menghela napas, mencoba untuk tidak panik.“Ini cuma imajinasi... Cuma pikiran aku aja,” gumamnya, namun hatinya tetap gelisah.Ketika hampir sampai di tikungan menuju sekolah, ia melihat seorang perempuan muda

  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Apa Salahnya Dendam

    Bab 40Keesokan harinya, suasana pagi di rumah Leha masih diliputi kesunyian yang terasa ganjil. Di meja makan, Leha menyiapkan diri untuk berangkat mengajar. Taryo, yang sejak tadi memperhatikan putrinya, akhirnya membuka percakapan."Leha," panggil Taryo sambil menyeduh kopi hitam. "Ayah mau ngomong. Kamu nggak capek jadi guru honorer? Gajinya kecil, tenagamu habis. Belum lagi bensin tiap hari. Gimana kalau kamu nerusin warung almarhum ibumu saja? Lebih praktis, kan?"Leha menghentikan sendoknya yang sedang mengaduk teh. Ia memandang ayahnya dengan raut wajah dilema."Ayah, Leha jadi guru bukan cuma soal uang," jawabnya pelan, mencoba menahan gejolak hatinya. "Leha ingin desa ini berubah. Anak-anak di sini butuh pendidikan, biar nggak gampang ditipu atau terjerumus pada hal-hal yang salah. Apalagi sekarang... teror ku... Em, maksud Leha, teror kemalasan dan gaptek, sudah semakin parah. Kalau Leha berhenti, siapa yang akan ngajari mereka?"Taryo meletakkan cangkirnya dengan sedikit k

  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Siap Perang

    Bab 39 Renata yang sejak tadi terdiam, tiba-tiba mendekat dan memeluk Leha erat. Air matanya mengalir saat ia mencoba menenangkan kakaknya. "Teh, tenang, ya. Kita butuh Teh Leha. Jangan seperti ini," ujar Renata, suaranya bergetar. Dede, adik bungsu mereka, ikut bergabung dalam pelukan itu. Meskipun ia masih kecil, ia tahu keluarganya sedang menghadapi sesuatu yang besar dan menakutkan. "Teh Leha jangan marah-marah. Dede takut," gumamnya pelan. Pelukan itu membuat kemarahan Leha perlahan surut. Ia menarik napas panjang, menenangkan diri. Suara tawa di luar sana yang tadi menggema kini perlahan mereda. Namun, keheningan itu justru terasa semakin menekan. Juju dan Sastra memandang cucu-cucunya dengan tatapan cemas. Mereka menyadari bahwa suara tawa itu tak mungkin berasal dari manusia. Namun, mereka memilih diam, tak ingin membuat keadaan semakin tegang. Tentunya saja wajah cemas yang ditunjukkan kedua lansia itu, palsu. Di sisi lain, Taryo hanya mengamati dengan bingung. I

  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Jasad Aminah Diambil Alih Kukun

    Bab 38 Setelah tiba di rumah, Renata tak mampu menahan emosinya. Tubuhnya bergetar, napasnya memburu, dan air matanya terus mengalir. Ia berlari menuju kamar ibunya, tadinya mau menumpahkan kesedihan di sana.Namun, dia melihat Kakaknya sedang duduk memandangi kain putih milik mendiang Aminah."Teh!" Renata terisak, suaranya serak oleh kesedihan yang menyesakkan dada. "Ibu... Ibu hilang! Jenazahnya tidak ada!"Leha terdiam sejenak, wajahnya yang pucat menegang. "Apa maksudmu? Hilang?!" tanyanya dengan nada tak percaya.Renata mulai menjelaskan, meski kalimatnya tak beraturan. Ia bercerita bagaimana jenazah ibu mereka menghilang dari liang lahat, diiringi suara tawa mengerikan dan keanehan yang tak masuk akal.Mata Leha menyala oleh emosi. Ia melompat dari tempat duduknya, membuka pintu kamar dengan kasar, dan berjalan keluar dengan langkah cepat. Juju, nenek mereka, yang sedang duduk di ruang tengah bersama Sastra, kaget melihat cucunya melintas dengan penuh amarah."Leha! Mau ke man

  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Dimakamkan Makhluk Lain

    Bab 37Renata dan Dede yang terguncang berusaha bangkit, tetapi kakinya lemas. "Ibu? Ibu kemana?" teriak mereka dengan suara terbata, tubuh terasa sangat lelah dan terhimpit oleh rasa takut yang mendalam.Tak jauh dari sana, sesosok bayangan tampak melintas dengan cepat, seperti sesuatu yang menunggangi angin. Beberapa orang di bisa merasakan kehadiran makhluk asing, seolah sesuatu yang sangat kuat tengah mengawasi mereka."Ini... bukan kebetulan," pikir Juju dalam hati. "Ini adalah perbuatan mereka... makhluk-makhluk itu."Taryo mencoba tenang, namun ia tak mampu menyembunyikan kekhawatiran yang terlihat jelas di wajahnya."Nak... kita harus pulang. Ini bukan tempat yang aman," katanya, namun suara ketakutannya tak bisa ia sembunyikan.Para kerabat yang hadir tampak panik. Mereka semua mulai menjauh dari liang kubur, mencoba untuk lari dari tempat itu. Keanehan ini tidak hanya menyerang Keluarga duka, namun semua orang yang ada di sana merasakan adanya kekuatan yang tak kasat mata.T

  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Jenazah Aminah Hilang

    Bab 36. Aminah menoleh, tapi dia tidak berbicara apa pun."Ibu, ayo. Nanti Ibu kecapean," paksa Leha.Berkali-kali Leha memaksa, karena Aminah cuma diam dan terus berjalan, setelah menatap Leha."Ibu, jangan kaya gitu. Leha gak tega kalau harus pulang sendiri. Padahal ibu kerepotan," paksa Leha sekali lagi.Aminah menggeleng pelan, dengan sorot mata redup tapi tajam. Bahkan tangannya sedikit terangkat, menandakan penolakan.Leha terdiam, ada rasa merinding melihat tatapan ibunya."Yaudah, kalau gitu Leha pulang duluan ya Bu."Aminah tidak merespon. Yang Leha lihat Aminah terus berjalan sambil menenteng kresek besar, yang kelihatannya terasa berat.Dalam perjalanan pulang, Leha berpikir. Mungkin ibunya tidak mau diajak, karena takut bau amis darah dari pembalut mengotori motor, atau membuat Leha tidak nyaman. Dia berpikir positif saja.###Ketika Leha tiba di rumah, suasana sudah berubah mencekam. Banyak orang berkerumun di halaman, beberapa bahkan menangis histeris."Bendera kuning?"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status