#Petaka_Malam_Tahun_Baru
Bab 1 : Malam Petaka
[Sayang, tinggal dua hari lagi malam tahun baru tiba. Gimana dengan permintaanku?]
Sebuah chat masuk ke ponsel, itu dari Bastian, pacarku. Aku menggigit bibir bimbang, permintaan cowok yang sudah dua tahun mengisi hati itu sungguh sulit untuk dipenuhi. Dengan ragu, kuketik sebuah balasan untuknya.
[Maaf, Yank, aku belum bisa mengabulkan permintaanmu. Aku sayang kamu.]
Segera kukirimkan balasan untuknya. Dua menit kemudian, dia sudah kembali membalas.
[Kamu itu nggak sayang aku, Riva! Kalau kamu sayang aku, kamu nggak akan nolak keinginanku, seorang pacar yang sangat mencintaimu.]
Kuhela napas panjang, ini bukan kali pertama Bastian selalu memaksakan keinginannya. Sudah sejak dari dua bulan yang lalu, dia selalu membahas tentang hal ini. Satu bulan berpacaran saja, dia meminta untuk membiarkan dia menciumku, katanya sebagai tanda jadian kami dan aku tak bisa menolak karena aku memang sangat mencintainya jauh sebelum kami berpacaran.
Belum sempat aku membalas pesan dari pria bertubuh tegap itu, dia kembali mengirimkan pesan lagi. Aku semakin gelisah dan pusing memikirkan semua ini.
[Kalau kamu tak mau menuruti keinginanku di malam tahun baru nanti, kita putus saja!]
Nah, dia kembali mengeluarkan jurusnya. Dia tahu kelemahanku yang memang teramat mencintainya dan tak pernah mau hubungan kami berakhir begitu saja sebab aku menginginkan hubungan kami sampai ke jenjang pernikahan jika sudah lulus kuliah nanti.
[Sayang, jangan begitu! Aku nggak mau kita putus. Apa kamu tak bisa bersabar sampai kita lulus kuliah dan menikah nanti? Kalau kita sudah sah, aku pasti akan dengan senang hati menyerahkan apa yang memang menjadi milikmu.]
Segera kutekan tombol sent dan berharap dia mau mengerti. Kuusap wajah dengan kesal lalu mematikan laptop, aku tak bisa menyelesaikan tugas makalah ini jika pikiran sedang tak tenang seperti sekarang.
[Aku beri kamu waktu sampai lusa, tanggal 31 desember. Kalau kamu masih keberatan, terpaksa kita putus! Aku akan bertanggung jawab denganmu, Riva. Hubungan kita tak main-main, aku serius denganmu dan kita sudah berencana menikah jika lulus kuliah nanti. Jadi, tak ada salahnya kamu menuruti keinginanku, toh aku akan jadi suamimu nanti.]
Kuletakkan ponsel di atas bantal, setelah membaca pesan dari Bastian. Kepala ini terasa sakit memikirkan semua ini. Di satu sisi, aku sangat mencintai dan tak mau kehilangannya, tapi di satu sisi ... aku masih memikirkn dosa dan akibatnya. Kalau aku sampai hamil, bagaimana? Kuliahku yang baru semester enam itu akan putus di tengah jalan, sedang aku adalah anak sulung, harapan dari kedua orangtuaku. Mereka sangat berharap aku bisa menjadi sarjana dan mendapatkan pekerjaan yang bagus dan bisa membanggakan keluarga tentunya. Apalagi keluargaku memang ekonomi kelas ke bawah, ayahku hanya seorang buruh tani sedang ibu hanya seorang guru honorer yang gajinya ia kumpulkan untuk biaya kuliahku.
Bastian, dia anak orang kaya yang selalu bisa memenuhi kebutuhanku karena kadang uang kiriman dari Ibu tak cukup sampai sebulan. Sejak berpacaran dengannya, aku tak perlu khawatir masalah uang, ia sudah terbiasa memberiku uang jajan dan membelanjai barang-barang. Aku merasa sangat tergantung dengannya, selain tergantung dengan uangnya, aku juga tergantung karena memang mencintainya walau gaya pacaran kami sudah hampir melewati batas. Aku kadang tak bisa menahan diri walau yang satu itu masih bisa kujaga, walau sudah berkali-kali ia pinta.
****
Tanggal 31 desember pun telah tiba. Dari pagi sampai sore, aku sudah mulai gelisah, antara menuruti keinginan Bastian atau putus darinya. Aku tak yakin bisa mendapatkan cowok seroyal dan sebaik dia, walau dia agak mesum, tapi ganteng. Selama dua tahun bersama, kami sudah tiga kali putus nyambung, dan aku akan selalu down jika putus dengannya. Aku akan mogok makan hingga berhari-hari hingga bolos kuliah.
Pukul 20.15, sebuah notif pesan masuk ke ponselku, ini dari Bastian.
[Aku jemput pukul 21.00, kita jalan-jalan dan abis itu ke pantai, teman-temanku ngadain acara bakar-bakaran di sana. Oke, Sayang?]
Aku menggigit bibir bimbang. Dari chat ini, Bastian tak ada menyebut tentang permintaannya itu dan semoga dis sudah lupa.
[Oke, Sayang.]
Kubalas pesannya dengan berusaha bersikap tenang.
[Pakai baju yang kita beli kemarin, aku suka lihat kamu pakai baju itu. I love you.]
Chat dari Bastian muncul lagi di ponsel. Aku tersenyum senang dan berharap dia memang benaran lupa dengan permintaannya itu sebab aku tak bisa memberikan kesucianku kepadanya walau tubuh ini sudah terjamah jarinya.
Sesuai janji, tepat pukul 21.00, Bastian sudah datang ke kostku. Aku sudah berdandan cantik malam ini, dan bersiap menghabiskan malam tahun baru bersamanya.
“Ayo, Sayang,” ujarnya sambil merangkul pinggungku menuju motor ninjanya.
Aku naik ke atas motornya dan memeluknya erat. Bastian mulai memacu motornya dengan tangan kiri yang mengelus lenganku yang melingkar di pinggangnya. Aku merasa menjadi cewek paling beruntung karena bisa menjadi menjadi pacar Bastian, cowok blasteran Indo-Jerman yang lumayan populer di kampus.
Setelah berputar-putar di jalanan yang lumayan macet, Bastian membelokkan motornya ke arah pantai, di mana teman-temannya sudah menunggu sebab ada acara bakar jagung dan ayam di sana. Benar saja, ternyata lima orang temannya sudah menunggu di sana dengan mengelilingi api unggun sambil membakar jagung dan ayam. Mereka juga mendirikan sebuah tenda.
Aku tak merasa risi walau hanya aku saja satu-satunya cewek di sini, sebab ada Bastian di sampingku. Lima temannya itu memang jomlo, wajar kalau tak bawa cewek, hanya Bastian saja yang punya pacar.
Tepat pukul 00.00, mereka mulai membakar kembang api yang berwarna-warni di angkasa sana. Bastian menggenggam erat tanganku, kami bertatapan.
“Happy new years, Sayang, semoga hubungan kita selalu langgeng sampai nikah nanti,” ujarnya sambil mendaratkan kecupan hangat di dahi. “I love you.”
"Happy new years juga, Sayang. I love you too ... " Aku tersenyum senang dan merasa hal ini sangat romantis.
Bastian memelukku dari belakang dengan sambil menatap kembang api aneka warna di atas sana.
“Kita ke tenda yuk, aku capek,” bisiknya tiba-tiba.
“Hmm ... mau ngapain, Sayang? Kita pulang aja yuk, udah pukul 01.30 ini,” ujarku dengan perasaan mulai tak enak.
“Nanti aja pulangnya, kita nyantai di tenda sambil makan jagung bakar. Yuk!” Bastian menarik tanganku menuju tenda.
Aku terpaksa mengikutinya. Kami duduk di tenda sambil menikmati jagung bakar. Tiba-tiba, Bastian langsung mendaratkan ciumannya di bibirku dengan tangannya yang bergentayangan ke mana-mana.
“Jangan, Sayang!" Aku mendorongnya yang sudah bersiap menindihku.
“Ayolah, Riva, kali ini saja! Aku mau kamu membuktikan cintamu!” rayunya.
“Aku takut hamil, Bas, kumohon jangan!” Aku membenarkan pakaian.
“Please, Sayang, jangan kecewakan aku!“ Bastian mendorong kembali tubuhku dan kembali melancarkan aksinya.
“Jangan, Bas!” Aku berusaha meronta.
‘Plak’
Bastian menampar wajah ini dan membuatku tak bisa lagi melawannya. Kejadian yang tak kuinginkan pun terjadi, dia telah merenggut mahkota keperawananku.
Beberapa saat kemudian.
Bastian menyeringai puas dan menyudahi aksinya, sedang aku, hanya meringis kesakitan.
“Hmm ... berdua aja nih, kita-kita nggak diajak?” Andra, teman Bastian mengintip dari balik tenda.
Dengan gelagapan, aku segera meraih pakaian dan menutupi tubuh polos ini.
“Kalian mau juga, ambil deh!” Bastian keluar dari tenda dengan menyangkutkan bajunya di pundak.
“Bas!” teriakku berusaha bangun, saat Andra kini masuk ke tenda dan menatapku penuh napsu.
Nasibku memang sungguh sangat sial di malam tahun baru ini, setelah Bastian merenggut kesucianku, dia malah membiarkan teman-temannya ikut menikmati tubuhku. Malam itu, aku diperkosa bergantian, hingga aku tak sadarkan diri lagi dan mirisnya, mereka meninggalkanku begitu saja di tepi pantai dan tanpa busana.
Sakit, perih dan hancur, seperti itulah keadaanku malam itu. Malam tahun baru malah menjadi malam petaka bagi kehidupanku. Kehormatanku telah terenggut secara mengenaskan, membuatku harus terbaring tak berdaya di rumah sakit.
Bastian, aku membencimu! Aku bersumpah, aku akan membalas dendam padamu!
Bersambung ....
Petaka Malam Tahun BaruBab 2 : Masuk KoranPerkosaan di malam tahun baru : Telah ditemukan korban perkosaan di tepi pantai pasca pesta perayaan malam pergantian tahun. Diduga korban yang seorang mahasiswi jurusan hukum Fakultas xxx diperkosa secara bergantian oleh beberapa orang. Hingga saat ini, korban masih belum bisa dimintai keterangan, ia masih bungkam dan diduga mengalami shock berat.Agghh ... begitulah isi berita di koran yang kubaca pagi ini tentang petaka malam tahun baru yang baru saja kualami. Kenapa berita memalukan yang merupakan aib ini mesti masuk koran dan menjadi berita utama? Yang lebih gil*nya, ada fotoku yang terbaring di tempat tidur meski foto itu udah diblur.Belum hilang rasa sakit bekas kejadian naas itu, kini aku juga harus menanggung malu karena aib. Semoga keluargaku dikampung tak tahu tentang berita ini, biarlah aku menanggung semuanya sendiri sebab dari awal semua memang salahku yang terlalu bucin dan tak ingat pesan orangt
Petaka Malam Tahun BaruBab 3 : Janin Enam PriaKupukuli perut yang kini tumbuh janin enam bajingan itu. Kupikir, setelah ini aku akan bisa melanjutkan kehidupan meski menjadi bahan gunjingan selama sebulan ini, nyatanya ... kepahitan hidup ini akan terus berlanjut. Janin ini harus kumsnahkan, aku tak mau dia hidup, aku tak mau! Aku ingin membalas dendam kepada enam pria tak punya otak itu, tapi dengan keadaanku yang seperti ini, bagaimana mungkin?Segera kukemasi barang-barang, hari ini juga, aku akan pindah tempat kost. Tak ada yang boleh tahu tentang kehamilan ini, cukup kasus perkosaan itu saja yang tersebar luas. Aku tetap harus lanjut kuliah, janin ini harus bisa kulenyapkan. Harus! Aku harus bisa menjadi pengacara dan mempenjarakan para pelaku perbuatan biadab itu. Aku harus bisa membela kaum wanita yang teraniaya, seperti diriku yang sekarang. Aku tak mau ada Rivana yang lainnya, cukup aku saja yang menjadi budak cinta hingga akhirnya terpuruk seperti se
Petaka Malam Tahun BaruBab 4 : Melahirkan di Kamar MandiSemakin hari, aku semakin kesusahan untuk bergerak karena beban perut yang meskipun tak begitu besar seperti orang hamil lainnya namun tetap terasa berat untukku. Aku mulai kesusahan tidur dengan posisi yang nyaman dan mulai sering lapar walau tak pernah kuturuti untuk rajin makan, aku Cuma makan sekali sehari saja biar perut ini tak terlalu besar juga dan dengan maksud untuk menyiksa bayi yang tak kuinginkan ini. Dia adalah aib yang tak bisa untuk kubuang, maka kusiksa dia dan berharap dia segera mati.Sepulang dari kampus, aku langsung masuk ke dalam kamar lalu membuka ikatan korset diperut agar napas kembali plong. Menyembunyikan kehamilan itu sangat susah ternyata. Mungkin teman-teman di kampus tahu kalau aku hamil, hanya saja aku memang menulikan telinga biar tak mendengar gosip mereka.Aku berusaha mengontrol pernapasan yang masih terasa sesak, lalu berbaring di tempat tidur untuk merel
Petaka Malam Tahun BaruBab 5 : Kado Untuk BastianAda suara tangisan bayi di tepi telinga yang membuat tidurku jadi terusik. Akan tetapi, saat membuka mata dan mengedarkan pandangan ke segala penjuru kamar, suara itu malah tak terdengar lagi. Apakah bayi terkutuk itu hidup kembali? Kutatap tajam kotak di pojok kamar yang sudah terbungkus rapi layaknya kado di hari ulang tahun. Ah, kado itu akan kuberikan kepada Bastian, sebagai ucapan selamat tahun baru. Hahaha ... aku merasa sangat lucu, tawa ini seakan tak bisa kuhentikan. Bastian, tunggu kadomu datang! Hahaa ... aku semakin cekikikan. Membayangkan ekspresi terkejutnya nanti, membuat hati semakin tergelitik. Entah kenapa, hal ini sangat lucu menurutku? Apakah aku sudah mulai gila? Aku tertegun sejenak, lalu menghentikan tawa dan kembali fokus kepada rencana.Kuraih toples biskuit di atas nakas lalu memakannya, aku lapar. Lalu menenggak beberapa botol susu uht yang sengaja sudah kusiapkan dari kemarin. Tubuh i
#Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 6 (POV Bastian 1)Agghh ... sial, kenapa bisa ketinggalan dompet segala? Aku segera berlari menuju ke mobil. Untung saja, Tiara hanya mengajak makan di restoran dekat rumah. Mana dia juga nggak bawa dompet, dasar!Eh, apa ini? Aku mengerutkan dahi saat melihat sebuah bingkisan di kursi kemudi. Aku tersenyum dan menduga ini adalah suprise dari Tiara. Wanita yang sudah tiga bulan ini kupacari. Dia memang selalu membuat kejutan manis untukku. Ah, nanti saja, sebaiknya aku pura-pura nggak tahu biar dia senang.Kupacu mobil menuju restoran, di mana Tiara sedang menungguku. Dia tersenyum saat melihat kedatanganku, ah ... aku semakin tak sabar mendapatkan hadiah lainnya selain dari sekedar bingkisan kado yang harus membuatku pura-pura senang saja.“Sayang, kok lama?” rengeknya manja.“Cuma sebentar kok. Hmm ... kamu udah pesan rupanya, ayo kita makan!” Aku duduk di hadapannya.Tiara
#Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 7 (POV Bastian 2)“Sayang, apa nggak nunggu pagi aja baru kita hubungi Polisi?” tanya Tiara kemudian.“Kenapa nggak sekarang aja?” Aku masih berusaha mengusai diri dan meredam debaran keras di dada, aku masih kaget dan tak menyangka kalau isi kotak kado itu adalah mayat bayi yang aku tak kenal sama sekali.“Yank, ini udah hampir tengah malam, bisa-bisa nggak tidur kita malam ini kalo bikin laporan sekarang. Introgasinya pasti panjang lebar ini, soalnya ini berhubungan dengan kasus pembunuhan."Aku mengangguk pada Tiara, terserah dia saja.“Tapi ... malam ini ... kamu temani aku tidur di sini, ya, Sayang! Aku nggak berani kalo tidur sendirian, tinggal bedua ama mayat bayi, serem .... “ Aku mulai memanfaatkan kesempatan sambil memeluk tubuh ramping Tiara.“Hmm .... “ Tiara tersenyum malu-malu.Tanpa menunggu lama lagi, langsung kugendong dia ke ka
#Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 8 : Bertemu DiaSetelah bayi terkutuk itu enyah dari hidup ini, keberuntungan selalu menyertai langkahku. Penyusunan skripsiku berjalan dengan lancar, berkat kerja keras dan keuletan seorang Rivana, korban pelecehan yang bercita-cita menjadi pembela kaum perempuan yang mendapatkan nasib serupa dengannya. Sidang skripsi juga sudah kudaftarkan dan tinggal menunggu jadwalnya saja, sambil magang juga untuk mengisi waktu.Sebuah panggilan telepon dari Ibu, membuatku tersenyum dan tak sabar untuk memberitahukan tentang pendaftaran sidang skripsi yang sudah kuajukan.“Assalammualaikum, Nak.” Suara lemah lembut Ibu begitu menyejukkan telinga.“Waalaikumsalam, Bu,” jawabku dengan senyum yang tak dapat kutahan.“Bagaimana kabar kamu, Nak? Gimana kabar skripsinya, apa lancar-lancar saja? Oh iya, tadi pagi Ibu ada kirim uang satu juta buat kamu, hemat-hemat, ya, Nak! Beli barang yang penting saj
#Petaka_Malam_Tahun_Baru Bab 9 : Diperkosa Tiga Bencis Ah, kenapa mesti ketemu Seno dan satu kelas pula? Dia temannya Bastian yang hanya berpura-pura lugu dan mengaku tak ikut andil. Bohong, semua itu hanya kebohongannya saja! Aku takkan bisa percaya kepadanya, dia sama gilanya dengan temannya yang bermodal kegantengan namun berotak mesum itu! Cih, aku benci! Kuhempaskan tubuh ke atas tempat tidur, lalu meraih ponsel sambil memikirkan teror selanjutnya yang akan kuhadiahkan kepada Bastian. Aku tersenyum miring sebab ide langsung muncul di kepala ini. Langsung kuketik sebuah pesan yang akan kukirimkan kepadanya. [Kak Icha, nanti jemput Intan di tempat biasa, ya!] Aku pura-pura chat salah nomor. Dua menit kemudian, chatku langsung dibacanya. [Maaf, Dek, kamu salah nomor berangkali. Aku bukan Kak Icha, tapi Davit.] Hmm ... aku menyunggingkan senyum dan kembali mengetik balasan. [Oh, maaf, Bang, abis nomornya mirip. M