Petaka Malam Tahun Baru
Bab 5 : Kado Untuk Bastian
Ada suara tangisan bayi di tepi telinga yang membuat tidurku jadi terusik. Akan tetapi, saat membuka mata dan mengedarkan pandangan ke segala penjuru kamar, suara itu malah tak terdengar lagi. Apakah bayi terkutuk itu hidup kembali? Kutatap tajam kotak di pojok kamar yang sudah terbungkus rapi layaknya kado di hari ulang tahun. Ah, kado itu akan kuberikan kepada Bastian, sebagai ucapan selamat tahun baru. Hahaha ... aku merasa sangat lucu, tawa ini seakan tak bisa kuhentikan. Bastian, tunggu kadomu datang! Hahaa ... aku semakin cekikikan. Membayangkan ekspresi terkejutnya nanti, membuat hati semakin tergelitik. Entah kenapa, hal ini sangat lucu menurutku? Apakah aku sudah mulai gila? Aku tertegun sejenak, lalu menghentikan tawa dan kembali fokus kepada rencana.
Kuraih toples biskuit di atas nakas lalu memakannya, aku lapar. Lalu menenggak beberapa botol susu uht yang sengaja sudah kusiapkan dari kemarin. Tubuh ini mulai merasa segar, namun setelah meminum susu itu aku malah ingin pipis. Aduh, bagaimana ini? Aku meringis ngeri dan takut jika malah darah lagi yang keluar. Sebaiknya kutahan saja dulu.
Aku meraih ponsel lalu melihat waktu, ternyata sudah pukul 15.30, pantas saja aku sudah lapar. Keedarkan pandangan ke atas meja, lalu beranjak bangun dan meraih kotak roti dan selainya, kembali kueksekusi segala makanan itu dan memakannya dengan lahab.
Pukul 19.30, aku sudah bersiap pergi walau melangkahkan kaki saja masih terasa risi. Aku harus kuat dan tak boleh cengeng. Dengan sambil berpegangan di dinding dan membawa bungkusan kado, aku melangkah perlahan lalu keluar dari kamar dan berjalan menuju pintu.
Di depan rumah kost, taxi yang kupesan sudah menunggu. Bergegas aku masuk ke dalamnya lalu menyuruhnya untuk jalan. Setengah jam perjalanan dan tak jauh dari rumah baru Bastian, aku sudah meminta untuk diturunkan.
Aku melangkah perlahan dan menatap tajam ke arah rumah bertingkat dua itu. Eh, mobil Bastian kebetulan sedang terparkir di depan pagar, sangat pas sekali. Mobil sport merah yang memang terbuka itu sepertinya baru saja tiba, mungkin pemiliknya hanya mampir sebentar saja. Segera kuletakkan bungkusan kado itu di kursi kemudi, lalu melangkah menjauh. Kulambaikan tangan pada abang tukang ojek dan minta diantar ke warung makan.
Setelah kenyang, aku kembali mencari taxi untuk pulang ke rumah kost. Semoga Bastian senang dengan kado yang kuberikan. Aku menahan tawa lalu turun dari taxi. Sesampainya di kamar kost, segera kubuka pakaian ala ninja ini yang tadinya hanya terlihat mata saja itu. kubawa pakaian itu ke kamar mandi lalu membakarnya menjadi abu. Semua jejak dan bukti telah kumusnahkan. Besok aku akan pindah rumah kost dan memulai hidup baru. Rivana telah hidup kembali, bukan Rivana yang bucin, tapi Rivana yang tangguh dan butuh siapa pun, calon pengacara kondang.
****
Beberapa hari kemudian. Kini aku sudah terbaring di kamar kost yang baru dan kali ini memilih tempat kost yang tak jauh dari calon tempat magang. Minggu depan, aku baru akan ke kampus untuk melengkapi persayaratan magang yang masih kurang kemarin karena keburu acara lahiaran anak setan itu.Kuraih ponsel dan membuka aplikasi koran online. Aku ingin tahu, apakah Bastian melaporkan ke Polosi penemuan bayi tak bernyawa itu.Berita Penemuan mayat bayi dalam kotak kado : Siang tadi telah ditemukan mayat bayi laki-laki yang dibungkus seperti kado. DV yang mendapatkan kado itu terletak di dalam mobilnya, mengira telah mendapatkan suprise dapat sang pacar. Akan tetapi, saat membuka bingkisan itu, bukan kado istimewa yang ditemukan melainkan sesosok mayat bayi di dalam plastik. Hingga detik ini masih dilakukan pengusutan, siapa pelaku pembuangan bayi itu. Saudara DV dan pacarnya TR, saat ini masih menjadi saksi.
Aku tersnyum miring setelah membaca berita itu. Rasanya sangat puas. Ini baru awal Bastian, akan lebih banyak kejutan lagi tentunya untuk kamu. Aku memang sengaja tak melaporkannya ke Polisi karena hukuman penjara itu masih kurang cukup untuk membalas semua yang telah ia perbuat kepadaku.
Kuraih ponsel lalu kembali memikirkan rencana untuk magang. Sebaiknya magang kutunda saja dulu, ada baiknya menyelesaikan skripsi. Apalagi judul yang kuajukan sudah mendapatkan ACC. Semangat, Riva. Kuambil laptop lalu memulai mengetik bab awal skiripsi yang kutargetkan harus selesai dalam waktu tiga bulan dan rencananya, sambil menunggu jadwal sidang akhir nanti, baru akan kumanfaatkan untuk magang sebab akan butuh waktu sebulan untuk antri sidang skripsi.Hari terus berlalu, semangatku semakin full untuk secepatnya menyelasaikan skripsi ini. Apalagi Pak Jimmy sang dosen pembimbing selalu mendukungku, dia sangat baik.
Oh iya, sebelum tidur, aktivitas rutin juga harus kulakukan yaitu menelepon Bastian dengan nomor baru lalu mendengar mendengarkan rekaman tangis seorang bayi. Kadang juga, aku mengirimkan video boneka yang kutusuk-tusuk hingga mengeluarkan darah. Tempo hari juga aku pernah mengirimkan kembali bingkisan yang berisikan boneka seperti bayi yang tentunya sudah kusiram dengan darah ayam dan tetap dengan tulisan “happy new years.” Aku takkan membiarkan dia bernapas dengan tenang.
“Aagghh!!!” Terdengar suara jeritan Bastian dari arah ponsel yang disertai nada ‘tut-tut’ panggilan terputus.
Hahaa ... aku tertawa puas. Setelah menerornya, segera kukeluarkan kartu sim lalu mematahkannya. Besok-besok akan kugunakan kartu yang lain lagi. Terima hukumanmu, Bastian sayang. Dengan sambil tersenyum sendiri, aku mulai berbaring dengan memeluk gulingku lalu memejamkan mata.****
“Oweee ...oweee ... oweee .... “ Suara bising tangisan bayi terdengar di dekat telinga.
Aku membuka mata cepat, lalu bangkit dari tempat tidur dan mancari sumber suara. Tangisan semakin kencang, hingga aku harus menutup telinga agar tak pekak. Langkahku kini berhenti di depan kamar mandi. Eh, ini kamar kostku yang dulu. Kenapa aku ada di sini? Aku celingukan namun tangan kanan malah memutar knop pintu.
“Agghhh!!!” jeritku hiteris saat melihat sesosok bayi bersimbah darah di lantai kamar mandi.
Aku segera terduduk di atas tempat tidur dengan napas yang tersengal-sengal. Kuusap wajah yang penuh keringat, ternyata aku sedang bermimpi. Syukurlah, kuraih gelas air putih di atas meja dan menenggaknya hingga tak bersisa. Sampai kapan mimpi ini akan terus meneror hidupku? Dia, bayi tak berguna itu selalu hadir di dalam mimpi. Kenapa ia menerorku? Kenapa tak meneror enam orang bapaknya itu saja? Kukepalkan tangan dengan geram.
Bersambung ....
#Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 6 (POV Bastian 1)Agghh ... sial, kenapa bisa ketinggalan dompet segala? Aku segera berlari menuju ke mobil. Untung saja, Tiara hanya mengajak makan di restoran dekat rumah. Mana dia juga nggak bawa dompet, dasar!Eh, apa ini? Aku mengerutkan dahi saat melihat sebuah bingkisan di kursi kemudi. Aku tersenyum dan menduga ini adalah suprise dari Tiara. Wanita yang sudah tiga bulan ini kupacari. Dia memang selalu membuat kejutan manis untukku. Ah, nanti saja, sebaiknya aku pura-pura nggak tahu biar dia senang.Kupacu mobil menuju restoran, di mana Tiara sedang menungguku. Dia tersenyum saat melihat kedatanganku, ah ... aku semakin tak sabar mendapatkan hadiah lainnya selain dari sekedar bingkisan kado yang harus membuatku pura-pura senang saja.“Sayang, kok lama?” rengeknya manja.“Cuma sebentar kok. Hmm ... kamu udah pesan rupanya, ayo kita makan!” Aku duduk di hadapannya.Tiara
#Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 7 (POV Bastian 2)“Sayang, apa nggak nunggu pagi aja baru kita hubungi Polisi?” tanya Tiara kemudian.“Kenapa nggak sekarang aja?” Aku masih berusaha mengusai diri dan meredam debaran keras di dada, aku masih kaget dan tak menyangka kalau isi kotak kado itu adalah mayat bayi yang aku tak kenal sama sekali.“Yank, ini udah hampir tengah malam, bisa-bisa nggak tidur kita malam ini kalo bikin laporan sekarang. Introgasinya pasti panjang lebar ini, soalnya ini berhubungan dengan kasus pembunuhan."Aku mengangguk pada Tiara, terserah dia saja.“Tapi ... malam ini ... kamu temani aku tidur di sini, ya, Sayang! Aku nggak berani kalo tidur sendirian, tinggal bedua ama mayat bayi, serem .... “ Aku mulai memanfaatkan kesempatan sambil memeluk tubuh ramping Tiara.“Hmm .... “ Tiara tersenyum malu-malu.Tanpa menunggu lama lagi, langsung kugendong dia ke ka
#Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 8 : Bertemu DiaSetelah bayi terkutuk itu enyah dari hidup ini, keberuntungan selalu menyertai langkahku. Penyusunan skripsiku berjalan dengan lancar, berkat kerja keras dan keuletan seorang Rivana, korban pelecehan yang bercita-cita menjadi pembela kaum perempuan yang mendapatkan nasib serupa dengannya. Sidang skripsi juga sudah kudaftarkan dan tinggal menunggu jadwalnya saja, sambil magang juga untuk mengisi waktu.Sebuah panggilan telepon dari Ibu, membuatku tersenyum dan tak sabar untuk memberitahukan tentang pendaftaran sidang skripsi yang sudah kuajukan.“Assalammualaikum, Nak.” Suara lemah lembut Ibu begitu menyejukkan telinga.“Waalaikumsalam, Bu,” jawabku dengan senyum yang tak dapat kutahan.“Bagaimana kabar kamu, Nak? Gimana kabar skripsinya, apa lancar-lancar saja? Oh iya, tadi pagi Ibu ada kirim uang satu juta buat kamu, hemat-hemat, ya, Nak! Beli barang yang penting saj
#Petaka_Malam_Tahun_Baru Bab 9 : Diperkosa Tiga Bencis Ah, kenapa mesti ketemu Seno dan satu kelas pula? Dia temannya Bastian yang hanya berpura-pura lugu dan mengaku tak ikut andil. Bohong, semua itu hanya kebohongannya saja! Aku takkan bisa percaya kepadanya, dia sama gilanya dengan temannya yang bermodal kegantengan namun berotak mesum itu! Cih, aku benci! Kuhempaskan tubuh ke atas tempat tidur, lalu meraih ponsel sambil memikirkan teror selanjutnya yang akan kuhadiahkan kepada Bastian. Aku tersenyum miring sebab ide langsung muncul di kepala ini. Langsung kuketik sebuah pesan yang akan kukirimkan kepadanya. [Kak Icha, nanti jemput Intan di tempat biasa, ya!] Aku pura-pura chat salah nomor. Dua menit kemudian, chatku langsung dibacanya. [Maaf, Dek, kamu salah nomor berangkali. Aku bukan Kak Icha, tapi Davit.] Hmm ... aku menyunggingkan senyum dan kembali mengetik balasan. [Oh, maaf, Bang, abis nomornya mirip. M
#Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 10 (POV Bastian 3)“Kalian itu bego! Teman dikeroyok bencis malah nggak ditolongin!” umpatku kesal, masih dengan posisi terbaring di tempat tidur.“Sorry lama, Bas, tapi ini udah ditolongin kok,” jawab Andra sambil saling pandang dengan teman-temanku yang lain.“Tapi aku udah ternoda ini!” Kulembar bantal ke wajah Andra.“Sorry, abisnya waktu kamu telepon aku lagi di klab sama cewek.” Andra menundukkan wajah.Agghh ... dasar Andra! Padahal waktu para bencis itu mulai mengeroyokku, aku sempat menekan nomor dia dan berharap ia datang tapi nyatanya mereka datang malah setelah tubuh ini terlecehkan dan lebih tragisnya disiram air cabe pula. S1al!!!“Kamu kok bisa kalah sama bencis sih, Bas?” Amrul mengerutkan dahinya.“Awalnya ... mereka pura-pura jadi kuntilanak gitu, mana pantai gelap pula. Setelah aku lengah karena ketakutan, mereka la
#Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 11 (POV Bastian 4)Keparat! Kupacu mobil dengan kecepatan kencang. Hati ini terasa sangat sakit melihat penghianatan Tiara padahal aku tak pernah merasakan hal ini sebelumnya dengan pacar terdahulu. Selama ini, aku tak pernah punya perasaan serius dengan seorang wanita karena yang kuinginkan hanya tubuh mereka saja tapi dengan Tiara aku merasa berbeda, aku ingin serius dengannya dan aku tak rela dia disentuh pria lain walau sahabatku sendiri.“Bas, jangan ngebut ah!” tegur Seno sambil menepuk pundakku.Tak kuhiraukan perkataan Seno, mobil tetap kupacu dengan kecepatan kencang. Beberapa saat kemudian, mobilku telah telah berhenti di sebuah klab, tempat inilah yang bisa menghilangkan stres dan penatnya pikiran.Aku langsung turun dan masuk ke tempat yang merupakan surga dunia. Segala kenikmatan ada di sana, tinggal pilih saja. Ada minuman pereda pikir
#Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 12 : Bertemu Dua SetanAku sedang duduk di sebuah rumah yang terasa sangat asing. Rumah ini tak terlalu besar namun terlihat megah, aku celingukan, heran akan sebab keberadaanku di sini. Taklama berselang, muncullah beberapa orang wanita berpakaian serba putih dengan dandanan ala princes sambil menggendong seorang bocah laki-laki.Mereka membawa sang bocah keluar dari rumah itu dan bermain di halamannya. Aku mengekor di belakang, meski tak disapa. Kini kulihat empat orang wanita itu sedang berlari-lari kecil dengan sang bocah yang tawanya terdengar begitu renyah. Aku seperti mengenal bocah yang usianya mungkin dua tahunan itu, tapi di mana dan siapa, aku tak bisa mengingatnya.Kuamati mereka yang sedang bermain dengan sangat ceria dan tanpa beban itu. Aku ingin bergabung, tapi mereka tak ada mengajakku. Eh, aku mulai ingat dia mirip siapa, dia mirip denganku. Siapa dia? Mengapa dia bisa mirip denganku?Karena pena
#Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 13 : DilemaSore ini, aku sedang nyantai di kafe pinggir sungai sambil menikmati jus jeruk dan kentang goreng. Tadi aku baru saja habis ketemu klien dan mencatat permasalahannya. Pak Nanda, advokat yang membimbingku dalam kegiatan magang ini menugaskanku untuk menganalisa permasalahan yang dialami kliennya tentang sengketa perebutan harta peninggalan orangtua mereka yang belum sempat dibagi dan kini tiga orang anaknya memperkarakannya karena masing-masing merasa paling berhak. Pak Nanda ingin kliennya bisa menang, dan ini adalah tantangan pertama karir yang akan kujalani nanti.Dari arah pintu masuk kafe, aku melihat dua orang teman Bastian lagi, yaitu Bobby dan Andra. Sepertinya Tuhan memang mempertemukan kami agar aku bisa mengerjai mereka. Tinggal mereka berdua saja yang belum mendapatkan pembalasan part awal, mungkin inilah saatnya. Segera kunaikkan masker wajah dan memasang kaca mata serta menguncir rambut panjangku ke bel