Home / Romansa / Petaka Malam Tahun Baru / Bab 5 : Kado Untuk Bastian

Share

Bab 5 : Kado Untuk Bastian

Author: Evhae Naffae
last update Last Updated: 2021-08-06 22:10:48

Petaka Malam Tahun Baru

Bab 5 : Kado Untuk Bastian

Ada suara tangisan bayi di tepi telinga yang membuat tidurku jadi terusik. Akan tetapi, saat membuka mata dan mengedarkan pandangan ke segala penjuru kamar, suara itu malah tak terdengar lagi. Apakah bayi terkutuk itu hidup kembali? Kutatap tajam kotak di pojok kamar yang sudah terbungkus rapi layaknya kado di hari ulang tahun. Ah, kado itu akan kuberikan kepada Bastian, sebagai ucapan selamat tahun baru. Hahaha ... aku merasa sangat lucu, tawa ini seakan tak bisa kuhentikan. Bastian, tunggu kadomu datang! Hahaa ... aku semakin cekikikan. Membayangkan ekspresi terkejutnya nanti, membuat hati semakin tergelitik. Entah kenapa, hal ini sangat lucu menurutku? Apakah aku sudah mulai gila? Aku tertegun sejenak, lalu menghentikan tawa dan kembali fokus kepada rencana.

Kuraih toples biskuit di atas nakas lalu memakannya, aku lapar. Lalu menenggak beberapa botol susu uht yang sengaja sudah kusiapkan dari kemarin. Tubuh ini mulai merasa segar, namun setelah meminum susu itu aku malah ingin pipis. Aduh, bagaimana ini? Aku meringis ngeri dan takut jika malah darah lagi yang keluar. Sebaiknya kutahan saja dulu.

Aku meraih ponsel lalu melihat waktu, ternyata sudah pukul 15.30, pantas saja aku sudah lapar. Keedarkan pandangan ke atas meja, lalu beranjak bangun dan meraih kotak roti dan selainya, kembali kueksekusi segala makanan itu dan memakannya dengan lahab.

Pukul 19.30, aku sudah bersiap pergi walau melangkahkan kaki saja masih terasa risi. Aku harus kuat dan tak boleh cengeng. Dengan sambil berpegangan di dinding dan membawa bungkusan kado, aku melangkah perlahan lalu keluar dari kamar dan berjalan menuju pintu.

Di depan rumah kost, taxi yang kupesan sudah menunggu. Bergegas aku masuk ke dalamnya lalu menyuruhnya untuk jalan. Setengah jam perjalanan dan tak jauh dari rumah baru Bastian, aku sudah meminta untuk diturunkan.

Aku melangkah perlahan dan menatap tajam ke arah rumah bertingkat dua itu. Eh, mobil Bastian kebetulan sedang terparkir di depan pagar, sangat pas sekali. Mobil sport merah yang memang terbuka itu sepertinya baru saja tiba, mungkin pemiliknya hanya mampir sebentar saja. Segera kuletakkan bungkusan kado itu di kursi kemudi, lalu melangkah menjauh. Kulambaikan tangan pada abang tukang ojek dan minta diantar ke warung makan.

Setelah kenyang, aku kembali mencari taxi untuk pulang ke rumah kost. Semoga Bastian senang dengan kado yang kuberikan. Aku menahan tawa lalu turun dari taxi. Sesampainya di kamar kost, segera kubuka pakaian ala ninja ini yang tadinya hanya terlihat mata saja itu. kubawa pakaian itu ke kamar mandi lalu membakarnya menjadi abu. Semua jejak dan bukti telah kumusnahkan. Besok aku akan pindah rumah kost dan memulai hidup baru. Rivana telah hidup kembali, bukan Rivana yang bucin, tapi Rivana yang tangguh dan butuh siapa pun, calon pengacara kondang.

****

Beberapa hari kemudian. Kini aku sudah terbaring di kamar kost yang baru dan kali ini memilih tempat kost yang tak jauh dari calon tempat magang. Minggu depan, aku baru akan ke kampus untuk melengkapi persayaratan magang yang masih kurang kemarin karena keburu acara lahiaran anak setan itu.

Kuraih ponsel dan membuka aplikasi koran online. Aku ingin tahu, apakah Bastian melaporkan ke Polosi penemuan bayi tak bernyawa itu.

Berita Penemuan mayat bayi dalam kotak kado : Siang tadi telah ditemukan mayat bayi laki-laki yang dibungkus seperti kado. DV yang mendapatkan kado itu terletak di dalam mobilnya, mengira telah mendapatkan suprise dapat sang pacar. Akan tetapi, saat membuka bingkisan itu, bukan kado istimewa yang ditemukan melainkan sesosok mayat bayi di dalam plastik. Hingga detik ini masih dilakukan pengusutan, siapa pelaku pembuangan bayi itu. Saudara DV dan pacarnya TR, saat ini masih menjadi saksi.

Aku tersnyum miring setelah membaca berita itu. Rasanya sangat puas. Ini baru awal Bastian, akan lebih banyak kejutan lagi tentunya untuk kamu. Aku memang sengaja tak melaporkannya ke Polisi karena hukuman penjara itu masih kurang cukup untuk  membalas semua yang telah ia perbuat kepadaku.

Kuraih ponsel lalu kembali memikirkan rencana untuk magang. Sebaiknya magang kutunda saja dulu, ada baiknya menyelesaikan skripsi. Apalagi judul yang kuajukan sudah mendapatkan ACC. Semangat, Riva. Kuambil laptop lalu memulai mengetik bab awal skiripsi yang kutargetkan harus selesai dalam waktu tiga bulan dan rencananya, sambil menunggu jadwal sidang akhir nanti, baru akan kumanfaatkan untuk magang sebab akan butuh waktu sebulan untuk antri sidang skripsi.

Hari terus berlalu, semangatku semakin full untuk secepatnya menyelasaikan skripsi ini. Apalagi Pak Jimmy sang dosen pembimbing selalu mendukungku, dia sangat baik.

Oh iya, sebelum tidur, aktivitas rutin juga harus kulakukan yaitu menelepon Bastian dengan nomor baru lalu mendengar mendengarkan rekaman tangis seorang bayi. Kadang juga, aku mengirimkan video boneka yang kutusuk-tusuk hingga mengeluarkan darah. Tempo hari juga aku pernah mengirimkan kembali bingkisan yang berisikan boneka seperti bayi yang tentunya sudah kusiram dengan darah ayam dan tetap dengan tulisan “happy new years.” Aku takkan membiarkan dia bernapas dengan tenang.

“Aagghh!!!” Terdengar suara jeritan Bastian dari arah ponsel yang disertai nada ‘tut-tut’ panggilan terputus.

Hahaa ... aku tertawa puas. Setelah menerornya, segera kukeluarkan kartu sim lalu mematahkannya. Besok-besok akan kugunakan kartu yang lain lagi. Terima hukumanmu, Bastian sayang. Dengan sambil tersenyum sendiri, aku mulai berbaring dengan memeluk gulingku lalu memejamkan mata.

****

“Oweee ...oweee ... oweee .... “ Suara bising tangisan bayi terdengar di dekat telinga.

Aku membuka mata cepat, lalu bangkit dari tempat tidur dan mancari sumber suara. Tangisan semakin kencang, hingga aku harus menutup telinga agar tak pekak. Langkahku kini berhenti di depan kamar mandi. Eh, ini kamar kostku yang dulu. Kenapa aku ada di sini? Aku celingukan namun tangan kanan malah memutar knop pintu.

“Agghhh!!!” jeritku hiteris saat melihat sesosok bayi bersimbah darah di lantai kamar mandi.

Aku segera terduduk di atas tempat tidur dengan napas yang tersengal-sengal. Kuusap wajah yang penuh keringat, ternyata aku sedang bermimpi. Syukurlah, kuraih gelas air putih di atas meja dan menenggaknya hingga tak bersisa. Sampai kapan mimpi ini akan terus meneror hidupku? Dia, bayi tak berguna itu selalu hadir di dalam mimpi. Kenapa ia menerorku? Kenapa tak meneror enam orang bapaknya itu saja? Kukepalkan tangan dengan geram.

Bersambung .... 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 40 : Tamat

    Petaka Malam Tahun BaruPart 40 (Tamat)Hari ini aku sudah bersiap untuk pulang kampung, walau belum tahu apakah akan kembali ke sini lagi atau tidak. Yang jelas, saat ini aku hanya ingin jujur kepada kedua orangtuaku tentang apa yang sudah kualami dulu. Aku tak mau ada yang ditutup-tutupi lagi, meski kenyataan ini sangat pahit tapi aku sudah berhasil melewatinya. Dengan adanya musibah itu, aku dapat menjadi pribadi yang kuat dan tak pantang menyerah serta bisa membuktikan di mana ada kegigihan dan kesungguhan tekat, maka kesuksesan tetap akan kamu tuai. Percayalah, di setiap ada masalah, pasti akan ada hikmahnya. Allah takkan memberika ujian di luar batas kemampuan umat-Nya.Setelah mengunci rumah, aku segera menuju taxi yang sudah menunggu di depan pagar.

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 39 : Nisan Tanpa Nama

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 39 (Nisan Tanpa Nama)Hari terus berlalu, aku masih disibukkan oleh rutinitas sebagai penasehat hukum para klien yang membutuhkan jasaku. Aku jadi bimbang untuk pulang ke kampung karena jika sudah tinggal di kampung, pendidikan advokatku ini tidak akan berguna sebab keluargaku tinggal di desa terpencil dan jauh dari perkotaan, palingan aku hanya bisa bekerja di kantor desa.Aku merenung di depan meja makan, menatap aneka masakan yang kubeli dengan cara catering sebab aku tak sempat untuk masak karena kepadatan rutinitas. Semua telah kumiliki, uang dan rumah yang mewah tapi semua ini terasa hampa. Ibu dan ayah juga tak mau kuajak tinggal di sini, sebab ayah tak bisa meninggalkan ladangnya.

  • Petaka Malam Tahun Baru   Babal 38 : Spageti Untuk Bastian

    Petaka Malam Tahun BaruBab 38 : Spageti Untuk Bastian[Penggerebekan di sebuah losmen yang terletak di belakang Klab malam, Polisi menemukan beberapa pasangan mesum, salah satunya saudara BS bersama dua wanita malam sedang melakukan pesta narkoba. BS sang terdakwa kasus perkosaan juga sebelum, kini malah menambah berat kasusnya. Pria yang sudah tiga kali berganti nama ini akan dihukum dengan banyak pasal.]Aku tersenyum puas, kubuka lembaran berikutnya berita koran hari ini dan membaca tentang terkuaknya pelaku pemerkosaan di malam tahun baru 2020 silam. Ini kasusku dan seminggu yang lalu juga aku sudah dimintai keterangan. Lima pelaku itu kini sudah mendekam di tempat yang semestinya, akhirnya keadilan sudah berpihak kepadaku.Bastian, akhirnya kamu bisa mendapatkan ganjaran yang setimpal. Bagaimana kabarmu di sana? Sepertinya, aku harus melihat keadaanmu dan membawakan oleh-oleh tentunya. Walau bagaimana pun, kamu itu mantan pacarku dan ayah dari mayat

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 37 (POV Bastian 12)

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 37 (POV Bastian 12)Agghh ... foto wanita bernama ‘calon istri’ ini menggunakan masker, jadi aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Aku makin penasaran kalau begini. Kubuka galery ponsel Seno, tanggung banget kalo udah megang ponselnya tapi tak bisa dapat info siapa wanitanya ini. Temanku yang satu ini memang agak kudet masalah wanita sebab ia belum pernah sekali pun berpacaran, sebab aku mengenalnya sudah sejak dari kecil.Mataku langsung melotot kaget, melihat beberapa foto wanita yang sudah tak asing ini. Wooww ... di sini juga ada foto mereka berdua, saat di angkutan umum, saat sang wanita tertidur di pundaknya. Ternyata Seno bermain di belakangku, bisa-bisanya dia mendekati musuh bebuyutanku. Pantas saja dia begitu girang dan mendukung Amrul untuk menyerahkan diri kepada Polisi atau mungkin juga memang ia yang membujuk Amrul agar kami juga terseret.“Kopi, Bas.” Seno meletakkan cangkir kopi di

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 36 (POV Bastian 11)

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 36 (POV Bastian 11)Kulempar ponsel ke sofa, semuanya memang menyebalkan dan ditambah lagi, Seno telah mengundurkan diri sebagai pengacaraku. Ini sih, hukuman 20 tahun sudah di depan mata. Derra, penuturan darinya di depan pengadilan membuatku semakin tersudut. Aku yakin, ini pasti suruhan mamanya. Ia pasti memang disuruh untuk mengaku kalau kuperkosa.Taklama kemudian, terdengar bunyi bel di depan pintu apartementku. Kuraih remot untuk membukanya tanpa harus berjalan lagi. Itu pasti Bobby, sebab tadi dia sudah meneleponku dan mengatakan hendak ke sini. Pintu terbuka masuklah empat temanku, Bobby, Andra, Seno serta Amrul yang kini sudah kurus kering.“Woy, kok Si Penderita HIV ini dibawa ke sini sih?” tanyaku kaget melihat penampakan teman yang sudah lama tak pernah kulihat itu. katanya dia direhap, dan aku tak berkeinginan untuk membesuknya.Amrul duduk agak jauh dari kami, ia juga mengenakan masker, juga

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 35 (POV Seno) : Sidang Pertama

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 35 (POV Seno : Sidang Pertama)Dasar, Bastian, biar sudah begitu juga, dia masih belum bisa insyaf. Aku tak habis pikir dengan cara pikirnya. Wajar saja orangtua Derra begitu meradang, anaknya masih kecil gitu namun sudah diperawani olehnya, dan orangtua mana pun pasti melakukan hal yang sama, walau sang pelaku berniat menikahi putrinya. Aku juga tak yakin, temanku yang bajingan itu benaran tulus kepada bocah 16 tahun ini, bisa-bisa setelah menikah, Derra malah akan tekanan batin hidup bersamanya.Bastian, Bastian, biar sudah tiga kali ganti nama dan identitas pun, kesialan akan terus menerpamu sebelum kamu benar-benar insyaf dan menyesali segala kesalahanmu. Cuma tinggal Bastian dan Andra saja yang masih belum sadar ini, kalau Pedro, kini ia sudah resmi menjadi tersangka penabrakan itu dan kini sedang menjalani masa hukuman.Tiba-tiba, ponsel yang kini ada di dalam genggamanku bergetar, segera dan kulihat notifikasi apakah it

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 34 : Mantan Kurang Ajar

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 34 (POV Bastian 10) : Mantan Kurang AjarSial! Mantan kurang ajar, beraninya dia menyiramku dengan air comberan yang baunya bikin muntah begini. Benar-benar kelewatan dia! Aku mengumpat sepanjang jalan dan menyuruh Seno untuk mengebut biar cepat sampai. Dia sih enak, cuma kecipratan sedikit saja, lahh aku ... pas kena muka dan ada yang masuk ke tenggorokan juga malah.Sesampainya di apartement, aku langsung berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan semua jatah makan siangku karena bau yang teramat sangat ini. Entah apa saja ramuan yang dibuat Pengacara sok kondang itu, awas saja kamu! Bukan Bastian namanya kalau tak bisa membalas perlakuanmu. Akan kudatangi dukun santet, biar kamu yang bakalan ngejar-ngejar aku dan minta ditiduri. Agghh ... kok malah mesum lagi pikiranku, padahal karena efek terlalu mesumlah hingga aku dijeret pasal berlapis dengan ancaman hukuman 20 tahun. Apa jadinya aku jika akan mendekam di sana? Ya Tuhan, terl

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 33 : Memohon Bantuan

    Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 33 (POV Bastian) : Memohon BantuanSore ini, Seno mengajakku untuk ke rumah Rivana. Walau agak ragu, tapi mencoba untuk memberanikan diri, walau pertemuan terakhir kami, dia meneriakiku jambret dan akibatnya harus menginap seminggu di jeruji besi.Seno membunyikan bel dan taklama kemudian, muncullah mantan pacar yang dulu pernah kucintai itu. Begitu banyak kenangan manis yang kami lewati selama dua tahun berpacaran, walau aku hanya kebanyakan napsu saja dengannya. Untuk sesaat, kami saling pandang, dia terlihat terkejut melihat kedatanganku dengan Seno.“Assalammualaikum, Rivana,” ujar Seno dengan raut wajah datar.Rivana tak menjawab salam dari Seno, ia malah hendak menutup kembali pintu tapi temanku itu segera menahan pintu itu.“Riva, aku ke sini hanya mengantar Bastian. Dia ada keperluan denganmu dan ingin menggunakan jasamu, sebagai pengacara” ujar Seno.“Pergi kalian dari

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 32 : Dia Rivana?

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 32 (POV Bastian 8) : Dia Rivana?“Tuhan akan murka jika umat-Nya tak mau mengakui kesalahan dan mempertanggung jawabkannya!”Apa maksud Seno mengatakan hal itu? Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di kepala ini, membuat hidupku tak tenang saja. Apa dia mencoba menghakimiku? Sudah kubilang, aku takkan pernah mau untuk menyerahkan diri kepada polisi, apalagi kejadian itu sudah tujuh tahun berlalu. Rivana saja tak melaporkan hal itu, artinya ia tak masalah akan kelakuanku. Bisa jadi juga, ia telah menganggapnya inpas karena segala yang telah kuberikan selama dua tahun berpacaran dengannya. Bagaimana tidak? Aku sudah menganggap ia seorang istri yang harus kunafkahi setiap bulannya, juga memenuhi segala kebutuhannya mulai dari pakaian dan segala perlengkapan lainnya. Tempat tidur yang ada di kamar kostnya saja, aku yang membelikan. Setiap bulan, aku selalu mentransfernya uang mulai dari dua juta hingga lima juta dan itu hany

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status