Share

Flashback 10 Tahun yang Lalu part 1

2013

Malam itu hujan deras membasahi ibu kota Jakarta, kira-kira pukul setengah dua belas malam terdapat mobil range rover yang melaju dengan kecepatan sedang di sebuah jalan tol yang sepi. Hanya mobil itu yang berjalan di jalan tol tersebut. Di dalamnya terdapat tiga orang termasuk sang sopir. Ketiga orang itu berusia kira-kira tiga puluh tahunan dan semuanya memakai setelan jas yang sangat rapi. Nama mereka adalah Bams, Denny, dan Andika.

Bams menyetir dan raut wajahnya menunjukan ketegangan begitu juga dengan Denny yang ada di sebelahnya dan Andika yang ada kursi belakang. Mereka menoleh ke sana kemari penuh dengan kegelisahan dan seakan perjalanan ini ingin segera berakhir secepatnya.

"Kenapa sih harus kita yang dapat tugas penting ini?" Kata Bams. "Gila aja cuma kita bertiga"

"Kan gue sudah bilang, supaya tidak mencolok dan pihak musuh tidak mendeteksi kita." Sahut Denny.

"Udah lu cepetan nyetirnya lah." Kata Andika, dia mengeluarkan sebatang rokok dan korek api untuk mengusir ketegangan. "Kalau sudah selesai kita ambil uangnya dan kita akan bersenang-senang."

"Pertanyaanya kenapa mesti kita? Bukannya Pak Satia punya tim yang lebih handal?" tanya Bram ketika membelokan mobilnya ke kanan saat tiba di persimpangan.

"Yakin lu tim yang lain itu bisa diandalkan? Selama ini kita yang jadi pesuruh utamanya buat urusan ginian. Masih ingat ketika kita disuruh mengancam pemilik restoran? Kita juga yang turun tangan." Kata Andika menjelaskan sambil membuang asap rokok dari mulutnya.

"Ini bukan masalah receh tentang memeras pengusaha ataupun mengancam anggota parlemen yang lain." Denny menyahut. "Kita tidak tahu isi dari koper itu, dirahasiakan. Gue yakin ini bukan masalah receh, tapi bukannya kita seharusnya bangga dapat tugas ini?"

"Halah." Keluh Andika yang terus merokok. "Palingan isinya garam murahan yang banyak, narkoba biasa."

Bams menjelaskan, "Kata Pak Satia ke gue, ini menyangkut kepentingan negara yang ada di koper tersebut. Tapi dia sendiri nggak pernah buka tuh koper. Dia cuma bilang berkali-kali kalau koper ini banyak yang memburu."

"Tunggu-tunggu. " Andika mendadak berhenti merokok, dia mematikan api rokok itu dan membuangnya keluar jendela mobil. "Lu bilang Pak Satia nggak pernah buka koper ini?"

"Iya." Bams mengangguk dan terus fokus di depan kemudi.  "Katanya ini koper akan terus diburu oleh banyak orang makanya kita harus memberikannya ke orang yang tepat."

Denny mengerutkan kening. "Apa jangan-jangan, Pak Satia sendiri enggak tahu kode untuk membuka koper ini?"

"Bisa jadi." Jawab Bams.  "Dia bilang ini rahasia besar dan kita bertanggung jawab membawanya ke tempat tujuan. Gue yang udah berhutang budi sama Pak Satia bakalan sampai mati mengawal koper ini."

"Ah tai, kepentingan negara apaan dianya sendiri juga korupsi nggak tanggung-tanggung. " Ucap Andika tertawa.

"Biarpun korupsi kita sebagai anak buahnya ikut menikmati kan? Haha." Denny tertawa terbahak-bahak. 

Mereka berdua tertawa sementara Bams tampak tegang dan fokus pada kemudinya saat keluar pintu tol dan menuju jalanan kecil yang sangat sepi dan saat itu hujan juga mulai reda. Di hadapan mereka tiba-tiba ada dua orang pemuda yang memarkir motor bututnya di tengah jalan. Kedua pemuda itu terlihat membawa senjata tajam berupa golok.

Wajah mereka sangar badan mereka begitu kurus seperti orang yang makannya hanya dua kali sehari. Tubuh mereka penuh tato dan mereka mengacungkan golok. Dua orang itu jelas akan memberhentikan mobil yang ditumpangi Bams dkk. 

Saat sekitar sepuluh meter dari dua orang itu Bams bergumam, "Sialan, ada begal kampung."

"Tenang aja, cuma kriminal kelas cumi. " Kata Denny dengan sangat tenang, dia mengeluarkan pistol berupa desert eagle dari jasnya dan memegangnya di dekat pintu mobil dengan siaga.

Dua orang begal itu yang satu tubuhnya pendek dan yang satu tinggi, dua-duanya berpakaian lusuh. siJangkung menuju sebelah kiri mobil di mana ada Denny di sana. siJangkung memukul kaca mobil Range Rover yang basah oleh hujan itu dengan keras. "Buka, goblok!"

Denny tersenyum dan membuka kaca mobil itu secara perlahan dan siJangkung berkata dengan bersungut-sungut, "Serahkan uang kalian semuanya, atau gue bacok sampai mati!"

"Wuih." Denny pura-pura kaget. "Tenang bos, kita kasih kok, nih gue kasih semua."

"Cepetan goblok!" siJangkung terus mengancam dan siPendek mengawasi Bams di sebelah kanan.

"Iya, iya. Sabar." Kata Denny, dia meraih sebuah tas berwarna hitam dan berpura-pura mengambil sesuatu di dalamnya. "Nih!"

Si Jangkung langsung terpaku menatap tangan Denny yang dia kira akan memberinya uang gepokan tapi yang ada di hadapannya adalah moncong desert eagle dan dorrr. Kepala sijangkung rusak, pecah, isi otaknya berhamburan karena jarak tembak yang begitu dekat. Darah sijangkung itu terciprat di sana-sini termasuk ke lengan jas yang dipakai oleh Denny.

"Bangsat!" Andika yang duduk di belakang meraung. "Apa-apaan lu?"

Si Pendek kaget bukan main tubuhnya bergetar dan dia ngompol. Denny keluar dari mobil dan menembak tiga kali bagian dada begal itu hingga mati.

"Bangsat, apa-apan lu Den? Malah nambah perkara kalau gini!"

Sementara itu Bams mengusap muka dan langsung tancap gas ketika Denny kembali masuk ke mobil.

"Tenang aja, siapa yang peduli begal miskin? Nggak ada saksi mata gini. "

"Pakaian lu kena darah, goblok!" Semprot Andika.

"Gue bakal ganti baju di SPBU, ribet amat!"

"Harusnya lu lebih berhati-hati kalau bikin keputusan. "Kata Bams.

"Oh come on!" protes Denny. "Kita cuma bunuh hama nggak guna. Bukan bunuh anggota parlemen atau pejabat negara!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status