Bab Utama : 1/2. Bab pertama hari ini ... agak telat rilis, author mohon maaf. Bab Bonus Gems : Ada 6 Bab akan diberikan besok hari minggu.
Suara daging terbakar terdengar pelan namun menyiksa, seperti bisikan maut di telinga para pelaku kejahatan. Separuh wajahnya luluh oleh cahaya suci, melepuh dan berubah menjadi abu dalam diam yang menyayat. Shian mengerang tertahan, tangannya gemetar saat berusaha menyuntikkan cairan penyembuhan ke lehernya.Namun sia-sia.Tubuhnya menolak untuk pulih—karena cahaya surgawi tak hanya membakar daging, tapi menolak keberadaan kegelapan. Kulitnya pecah, tubuhnya mengembang dan merekah, seperti bunga layu yang dipaksa mekar di bawah matahari suci.Di sisi lain, Xireon Halazar tersungkur. Paru-parunya berlubang, napasnya berbunyi seperti celah neraka yang terbuka. Darah hitam bercampur busa hijau keluar dari mulutnya—campuran racun, penderitaan, dan keputusasaan.Langkah Valkyrie terdengar pelan, menghantam tanah suci yang kini basah oleh darah putih—bukan darah manusia, tapi darah surgawi yang dibawa oleh tubuh makhluk-makhluk yang terlalu jauh menyimpang dari cahaya.Di hadapannya, Shian
Kabut telah surut, namun dunia belum benar-benar pulih. Langit yang dulunya menyala merah kini berubah menjadi ungu kelam—warna luka yang belum sembuh, warna perang yang belum usai. Angin berembus lirih membawa sisa bau darah, racun, dan debu kematian. Tanah di bawah kaki retak-retak, seperti tubuh yang tak sanggup lagi menahan beban neraka.Di tengah medan yang dilukai oleh sihir medis dan racun spiritual, Valkyrie berdiri sendiri.Tubuhnya babak belur, namun tak satu pun langkahnya goyah. Rambut peraknya terurai, terkena angin hitam yang beracun. Jubah tempurnya berlubang dan berlumuran darah, cahaya, dan noda pertempuran. Tapi sinar dari matanya... tak pernah padam.Dua sosok berdiri di hadapannya—dua musuh terakhir yang tersisa.Shian Myrtha, Dewa Medis Neraka.Seorang tabib legendaris... yang menyembuhkan bukan untuk keselamatan, melainkan untuk menyiksa kembali. Setiap luka yang ia sembuhkan menjadi pintu masuk penderitaan baru.Wajahnya masih teduh, tangannya bergetar halus sep
Di tengah medan yang sudah dipenuhi darah, asap, dan cahaya spiritual yang berputar tanpa arah—sebuah sosok raksasa tertawa keras.“HUHAHAHA!” “Akhirnya! Giliran kita, wahai penyatu langit dan neraka!”Suara itu datang dari Orojin Vastfist, Sang Dewa Bela Diri. Tubuhnya sebesar rumah, ototnya berkilau seperti batu yang hidup, dan setiap langkahnya membuat tanah retak. Aura spiritualnya berwarna merah kehitaman, seperti bara yang tidak pernah padam.Dalam satu ayunan lengan raksasanya, Orojin menghantam tanah dengan kekuatan murni. Dentuman itu bukan hanya menghancurkan permukaan Lembah Surgawi, melainkan menggetarkan lima elemen sekaligus—tanah, angin, api, air, dan logam berdenyut dalam satu lingkaran simbol yang meledak dari titik benturan.Tanah di bawah kaki Kevin Drakenis bergemuruh hebat. Angin tersedot ke dalam pusaran, dan udara seperti ditampar mundur.Namun...Kevin mengangkat tangan kirinya, dan dalam sekejap, Pedang Dewa Ilahi melayang, menyala dengan aura putih keemasan.
Di ujung langit pertempuran, medan berubah menjadi lukisan suram yang nyaris tak bisa didefinisikan antara mimpi dan kematian. Kabut racun—pekatan kehijauan yang menjalar seperti luka hidup, berdesis, berdenyut—bertemu dengan kabut penyembuhan yang bercahaya lembut bagai napas dewi dari surga. Keduanya bertabrakan… bukan seperti dua elemen, tetapi seperti dua jiwa yang membenci keberadaan satu sama lain.Sssshhh... ssssshhkkk...Uap mereka bertarung di udara, saling memakan, saling menghina. Masing-masing mencoba menelan ruang di hadapan mereka. Dan di tengah perbatasan kabut yang menari liar itu, berdiri sosok berjubah gelap dengan rambut panjang keperakan—Xireon, sang Dewa Alkemis. Matanya bersinar kehijauan, dan di tangannya tergenggam pistol spiritual berbentuk ular naga yang mengilap seperti terbuat dari tulang beracun.“Matilah dalam dua belas tahap,” bisiknya pelan, namun terdengar seolah berbicara langsung ke dalam jiwa siapa pun yang mendengarnya. “Dimulai dari... kenanganmu
Kevin mengangkat kedua pedangnya, menyilangkan Pedang Dewa Ilahi dan Pedang Iblis Suci di depan tubuhnya. Angin spiritual mulai bergerak seperti badai yang mengumpulkan kekuatan."Jika ini adalah gerbang menuju akhir… maka izinkan aku membuka gerbang itu dengan amarah… dan kebenaran."Valkyrie melangkah ke samping, tubuhnya diselimuti petir surgawi, pedangnya menyala dalam dalam kilatan petir ,,, Arashi-no-Hime. Matanya menatap Kevin, lalu menatap kelima dewa di hadapan mereka."Biar kuhadapi dua dari mereka… Tapi sisanya… milikmu."Pertarungan Lima Dewa dimulai. Tanah Lembah Surgawi berguncang. Langit membelah. Dan sejarah baru pun mulai ditulis… dengan darah dan kehendak.***BOOOOMMM!!!Tanah retak, dan dunia seolah berdenyut saat Qi surgawi meledak dari telapak kaki Kevin. Ledakannya bukan sekadar kekuatan, melainkan pernyataan perang. Dalam sekejap, tubuh Kevin menjadi garis cahaya—kilat keemasan yang mengoyak jarak, melesat menuju Brianstrom Seraphblade, Sang Dewa Pedang.Pria ti
Langkah Kevin dan Valkyrie melambat seiring dengan hawa yang berubah—udara seolah menjadi lebih berat, lebih tajam, dan setiap partikel spiritual yang mengambang di sekeliling mereka mulai bergetar seperti senar kecapi yang ditekan dengan kekuatan tak kasat mata.Kabut spiritual yang sejak tadi menari lembut di sepanjang lembah kini berhenti bergerak. Ia membeku… lalu terbelah.Dari balik kabut itu, lima sosok perlahan berjalan maju—seperti bintang-bintang jatuh yang menolak tunduk pada langit. Mereka tidak sekadar hadir. Mereka menghentikan dunia.Aura mereka mencuat, membentuk lima pilar kosmik yang saling bersilangan di udara, menciptakan penghalang tak terlihat namun terasa, seolah-olah realitas itu sendiri sedang ditahan dari bergerak lebih jauh. Tanah di sekeliling Kevin dan Valkyrie mulai retak halus, tidak karena kekuatan yang diarahkan pada mereka, tapi karena dunia bergetar di bawah kehadiran kelima makhluk ini.Mereka berdiri sejajar, tak bergerak seperti patung yang mengand