Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 60. Memanggul Peti Mati Hitam

Share

60. Memanggul Peti Mati Hitam

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-04-24 15:19:36
Fajar baru saja menyingsing di langit Kota Nagapolis. Kabut tipis menyelimuti halaman Paviliun Dracarys, menciptakan bayangan samar yang menari di antara pepohonan. Kevin Drakenis berdiri tegak di ambang pintu, tubuhnya dibalut jubah putih yang berkibar tertiup angin pagi. Di bahunya, sebuah peti mati berwarna hitam legam terpanggul dengan mantap, menciptakan kontras mencolok dengan cahaya lembut matahari pagi.​

Claudia, pemimpin Pavilun Dracarys cabang Nagapolis, melangkah cepat mendekatinya. Alisnya berkerut menunjukkan kebingungan.

"Chief, kenapa tidak naik mobil saja? Perjalanan ke Kota Godam cukup jauh, dan membawa peti mati seperti itu... agak mencolok," katanya dengan nada khawatir.

Kevin menoleh sekilas, matanya tajam. "Peti mati ini lebih cepat dari mobil," jawabnya singkat.

Claudia terdiam, mencoba mencerna jawaban yang tidak masuk akal itu. Ia menatap peti mati besar yang tampak berat dan tidak mungkin digunakan sebagai kendaraan.

"Bukankah lebih nyaman naik mobil, Chief? Na
Zhu Phi

Bab Bonus Gems : 1/2 Ada 2 Bab Bonus Gems hari ini... Bab Extra Author akan diinfo nanti malam ada atau tidaknya ... Perseteruan Kevin Drakenis dengan Gubernur Adam smith akan segera dimulai ...

| 13
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   359. Pagi di Kota Hantu

    Pagi datang perlahan, menyusup diam-diam melewati celah tirai krem yang menari ringan tertiup angin. Sinar keemasan menyentuh lantai batu kamar seperti tangan lembut yang membangunkan dunia dari tidur panjangnya. Udara pagi di Kota Hantu membawa aroma samar tanah basah dan rempah kayu, menyusup masuk ke dalam ruangan dan meluruhkan dingin malam yang tertinggal.Kevin masih tertidur di atas ranjang, tubuhnya setengah tenggelam dalam selimut putih yang kusut. Wajahnya terlihat tenang, berbeda jauh dari semalam—saat sorot matanya masih diselimuti kilatan kekhawatiran dan bayang-bayang luka. Di dekat bantal, bekas luka di bahunya tampak mulai mengering, meskipun jelas masih terasa nyeri bila disentuh.Sementara itu, Valkyrie telah lebih dulu bangun. Ia berdiri tegak di depan jendela besar kamar, membiarkan cahaya pagi menyorot tubuhnya. Rambut peraknya kini telah terikat tinggi, meninggalkan leher jenjang yang mengkilap karena embun keringat. Ia telah mengenakan kembali pakaian tempurnya—

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   358. Romantisme Kevin dan Valkyrie

    Kamar itu tenang. Langit-langitnya tinggi, dindingnya berselimutkan warna tanah hangat, dan tirai berwarna gading bergoyang pelan tertiup angin malam. Aroma dupa dari kayu gaharu dan bunga malam perlahan mengisi udara, menghadirkan ketenangan yang langka—ketenangan yang biasanya hanya ada dalam ilusi atau mimpi-mimpi yang hampir dilupakan.Kevin duduk di ambang jendela, tubuhnya masih dibalut pakaian tempur yang kini lusuh dan bernoda darah kering. Di tangannya, sebatang rokok menyala pelan, membakar waktu bersama kenangan. Asapnya mengepul perlahan, menari ke langit malam seperti roh-roh yang mencoba melarikan diri dari tubuh yang terlalu lama membawa beban.Angin malam menyusup perlahan melalui celah jendela yang terbuka separuh, membawa aroma samar hujan yang belum turun. Di luar sana, langit Kota Hantu mengembang gelap, dihiasi bulan pucat yang menggantung seperti kesaksian bisu atas segala dosa dan penderitaan yang pernah dilalui.Di dalam kamar sederhana di paviliun pengasingan

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   357. Penginapan Naga Iblis

    Matahari telah condong ke barat, melemparkan cahaya keemasan yang nyaris murung ke langit Kota Hantu. Udara kering menguap dari tanah retak, sementara kabut tipis melayang seperti bisikan roh-roh yang tak tenang. Di kejauhan, Hellrider Chopper meraung pelan—suaranya serupa bisikan neraka yang disamarkan oleh kabut kelabu.Kendaraan spiritual itu menembus gerbang kota yang menjulang, penuh ukiran patah dan reruntuhan tak bernama. Gerbang itu seperti mulut raksasa yang sedang menguap, seolah menyambut siapa pun yang cukup nekat untuk masuk… dan tidak keluar.Kota Hantu. Kota yang dilupakan sejarah, tapi tidak oleh mereka yang hidup dalam bayangan.Di tengah reruntuhan dan bangunan tua yang seakan menolak waktu, berdiri sebuah struktur misterius seperti menantang langit senja—Paviliun Seribu Bayangan. Tak ada yang tahu berapa banyak lantai bangunan itu sebenarnya. Di luar, hanya tampak gelap, sunyi, seperti dinding dunia lain yang menolak disentuh matahari.Di sanalah, Sylvara Nocturne,

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   356. Inti Jiwa Naga dan Tiga Legenda

    Debu pertarungan perlahan turun seperti hujan abu yang dingin, melayang ringan sebelum menyentuh tanah yang telah diremukkan oleh kekuatan para cultivator. Di antara retakan-retakan tanah terlarang yang masih mengepulkan asap, getaran qi spiritual—sisa dari pertempuran maha dahsyat—masih terasa. Seolah-olah tanah ini sendiri sedang mencoba mengingat... atau mungkin, sedang menangis.Celestine jatuh berlutut.Suara tubuhnya menyentuh tanah bukan ledakan, bukan gemuruh—melainkan suara lirih dari kekuatan yang telah mengerahkan segalanya. Tubuhnya bergetar halus, tak hanya oleh kelelahan, tapi karena nyeri yang menari di sekujur otot dan tulang.Rambut pirangnya, yang dulunya mengilap di bawah sinar langit, kini kusut tak karuan, melekat di dahi dan pipi karena keringat, darah, dan debu. Jubah putih sucinya, simbol kehormatan dari Sekte Petir Langit, kini tercabik-cabik seperti panji perang usang. Luka terbuka menghiasi lengannya, memar menghitam di bahu dan dada, dan dari sudut bibirnya

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   355. Kekuatan Petir Surgawi

    Celestine memejamkan mata.Tak ada suara lain di dunia yang mampu menyaingi keheningan sesaat itu. Bahkan gemuruh pusaran petir di langit pun mereda, seolah menyadari bahwa sesuatu yang agung akan segera turun ke dunia fana.Tubuhnya terangkat pelan dari tanah—melayang seperti titisan surgawi. Jubah putihnya berkibar, rambut pirangnya bersinar seperti benang cahaya yang terurai dari langit itu sendiri. Dan dari balik awan hitam yang menutup langit Pegunungan Darah Iblis...BRUUAAAMMM!!!Satu sambaran petir surgawi menembus kegelapan—cahaya murni yang lebih terang dari matahari, lebih dingin dari maut, dan lebih tajam dari segala pedang di bumi. Petir itu jatuh tepat ke arah Celestine, namun alih-alih melukainya, energi surgawi itu menyatu dengan tubuhnya, menyalakan setiap pori dan setiap helai rambutnya dengan cahaya yang tak bisa dijelaskan oleh kata-kata biasa.Matanya terbuka—sepasang mata langit. Tak ada rasa takut di sana. Hanya kemurnian niat untuk mengakhiri kegelapan.Ia meng

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   354. Kehebatan Celestine Arclight

    Dalam sekejap—dalam sepercik cahaya petir yang meledak—Celestine tak lagi ada di tanah. Ia melompat di antara dimensi, teleportasi murni dengan teknik Void yang telah diasah pada puncak dunia.Ketika ia muncul kembali, dia telah berada di atas kepala Roh Naga Neraka.Waktu seolah berhenti sejenak. Hanya ada badai, petir, dan satu cahaya putih-biru di tangan Celestine. Ia membalikkan tombaknya dan menukikkan ujungnya dengan seluruh kekuatan qi-nya.KRAAAKKK!!!Ledakan cahaya petir menembus malam. Kilat menyambar dari ujung tombak dan membentuk jaringan kilat yang melingkupi seluruh tubuh naga. Tanah terbelah, langit bergetar, dan udara mengalir mundur seperti ditarik oleh kekuatan dewa.Tombaknya menghantam…Tepat di antara mata naga.Tapi…Terdengar suara logam menghantam dinding neraka.Tombak itu menembus, tapi hanya sejengkal. Ia tertahan oleh perisai qi gelap—perisai kegelapan yang dibangun dari ribuan jiwa yang dikorbankan, masing-masing menjerit dan menangis, menempel dalam bent

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status