Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 61. Menebarkan Ancaman

Share

61. Menebarkan Ancaman

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-04-24 18:16:00
Langit Kota Godam siang itu tampak cerah, nyaris tanpa awan. Udara dipenuhi aroma manisan dan daging panggang dari festival ulang tahun Gubernur yang ke-55. Namun, keceriaan itu mendadak membeku ketika sebuah bayangan besar melintas di atas alun-alun.

Sebuah peti mati berwarna hitam legam—melayang perlahan, sekitar tiga meter dari tanah. Di atasnya berdiri seorang pria muda berjubah putih panjang, dengan rambut hitam tergerai tertiup angin. Matanya yang tajam memandang ke bawah, diam namun penuh arti, seperti membawa beban ratusan rahasia yang tak diucapkan.

Kerumunan yang awalnya tertawa dan menari kini terdiam. Langkah mereka tertahan, kepala menengadah. Bisikan-bisikan mulai menggema di antara orang-orang yang berdiri di alun-alun, menciptakan gelombang kegelisahan.

“Apa yang sedang terjadi?” gumam seorang ibu yang memeluk anaknya erat.

“Siapa dia? Kenapa muncul hari ini? Apa dia sudah gila, membuat keributan di hari sebesar ini?” seorang lelaki paruh baya mengomel dengan nada tak p
Zhu Phi

Bab Utama : 2/2 Selesai Bab Bonus Gems : 2/2 Selesai Bab Extra Author : Nanti Malam Terima kasih bagi sobat readers yang sudah memberikan gems dan hadiah ... Terima kasih juga bagi sobat readers yang sudah membaca sejauh ini ...

| 4
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   62. Hadiah Untuk Gubernur

    Halaman depan kediaman Gubernur Adam Smith malam itu bagaikan lautan manusia. Lentera kristal tergantung di sepanjang jalan masuk, memancarkan cahaya keemasan yang menari-nari di permukaan marmer putih, memantulkan siluet para tamu berpakaian mewah. Aroma dupa kayu cendana dan bunga kastuba bercampur dalam udara malam, menambah suasana sakral dan megah.Di tengah keramaian, para petinggi kota dan pemimpin paviliun berdiri berbaris dengan wajah penuh senyum dan tangan memegang kotak persembahan. Mereka tidak hanya datang untuk merayakan ulang tahun Gubernur yang ke-55, tetapi juga berlomba-lomba menunjukkan loyalitas dan mencari restu dari orang paling berpengaruh di Provinsi Xandaria.Desiran bisik-bisik terdengar dari paviliun-paviliun kecil yang berdiri di bawah tenda-tenda bermotif naga dan burung phoenix. Meskipun mereka tahu posisi mereka jauh di bawah nama-nama besar seperti Paviliun Caraxis—yang reputasinya musnah hanya dalam satu hari oleh tangan dingin Kevin Drakenis—namun mer

    Last Updated : 2025-04-24
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   63. Selamat Ulang Tahun, Gubernur!

    Hening berubah menjadi gelombang riuh."Apa?! Peti mati?"“Gila! Itu penghinaan! Apa Paviliun Drakenis sudah bosan hidup?”“Bukankah mereka sudah musnah lima tahun lalu?”Kerumunan mulai berdesis dan mengerutkan kening, mencari siapa yang berani menyebut nama itu—nama yang seharusnya sudah terkubur dalam sejarah berdarah.Lalu, perlahan, sebuah bayangan muncul dari balik gerbang utama. Peti mati hitam berukir pola naga terkutuk melayang anggun di udara, mengeluarkan aura dingin yang membuat suhu ruangan turun beberapa derajat. Di atasnya berdiri seorang pemuda berjubah putih, tubuhnya tegak, langkahnya tenang bagai tak tersentuh tekanan ratusan pasang mata yang menatap tajam.Wajah-wajah para tamu berubah pucat, sebagian bahkan mundur setapak, seolah keberadaan pemuda itu adalah racun yang bisa meledak kapan saja. Namun pemuda itu tidak menunjukkan ketegangan sedikit pun. Dengan santai, ia mengambil sebungkus rokok dari dalam jubahnya, menyalakan sebatang, lalu menghembuskan asap ke la

    Last Updated : 2025-04-25
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   64. Pemuda Tak Tahu Diri

    Di dalam aula mewah yang dikelilingi lampu kristal berkilauan dan aroma wine mahal yang menguar lembut di udara, Gubernur Adam Smith duduk dengan santai di singgasananya yang megah. Matanya yang tajam menyapu seluruh ruangan, namun sedikit pun tak menunjukkan keterkejutannya saat Kevin Drakenis masuk ke dalam aula pesta dan menghinanya.Asistennya, seorang wanita berjas putih dengan tablet di tangan, telah menunjukkan video viral yang menampilkan pria itu—Kevin Drakenis, sosok misterius yang mengendarai peti mati spiritual di tengah Kota Godam. Adam mengangguk pelan kala itu, sambil menyesap anggur merahnya.Kini, ia memandangi Kevin dari singgasananya, menilai dengan penuh minat, lalu berdiri. Dengan suara berat yang bergema ke seluruh ruangan, ia berkata sambil membuka kedua tangannya lebar, "Kau datang juga akhirnya. Keberanianmu patut dipuji! Aku memang selalu menyukai anak muda yang tangguh dan punya nyali besar!"Ia melangkah turun, mendekati Kevin. Para tamu menahan napas."Apa

    Last Updated : 2025-04-25
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   65. Para Penjilat Gubernur - I

    Udara di dalam aula megah itu mendadak berubah—seakan suhu turun beberapa derajat dalam sekejap. Aroma rempah dari alat aroma terapi yang sebelumnya mendominasi ruangan kini tercampur dengan jejak tipis asap rokok yang menggantung di langit-langit, membentuk sulur-sulur samar yang belum sempat lenyap. Di tengah keremangan cahaya kristal gantung, Kevin berdiri tenang, sebatang rokok terselip di jarinya, abu di ujungnya bergetar ringan—seperti merespon ketegangan yang menggumpal di udara.Lalu... BRAAAK! Sebuah tekanan spiritual menghantam ruangan seperti gelombang tak terlihat, membuat udara seolah-olah membeku. Para tamu tersentak. Sebagian kehilangan keseimbangan, dan yang lain meremas dada, berusaha bernapas. Seolah-olah langit menggantung tepat di atas kepala mereka—berat, gelap, dan penuh ancaman.Tiba-tiba, dari balik pilar-pilar marmer putih, kilatan cahaya menusuk udara. Secepat kilat, tujuh sosok muncul dalam lompatan nyaris tak terlihat mata biasa. Jubah panjang mereka berkiba

    Last Updated : 2025-04-25
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   66. Para Penjilat Gubernur - II

    Tiba-tiba, suara derap langkah bergema keras, teratur seperti genderang perang yang dipukul serempak. Dari kedua sisi aula, pasukan pengawal Gubernur Adam Smith memasuki ruangan dengan formasi militer yang disiplin. Lantainya bergetar pelan setiap kali kaki mereka menghantam marmer, seakan kekuatan kolektif mereka mampu mengguncang fondasi gedung tua itu.Ratusan pria dan wanita berseragam hitam berlapis emas muncul dari balik pintu besar. Seragam mereka berkilat di bawah cahaya kristal gantung, dengan hiasan logam berbentuk naga membungkus helm mereka seperti penjaga legenda kuno. Di dada masing-masing, terpatri lambang mata merah menyala—simbol ketaatan mutlak dan ambisi yang membara. Sorot mata mereka tajam, tidak hanya menyoroti kesiapan bertempur, tapi juga hasrat untuk diakui. Mereka bukan hanya datang untuk bertarung... mereka datang untuk terlihat bertarung.Seorang kapten, dengan jubah sedikit lebih panjang dan emblem perak di bahunya, melangkah ke depan dan mengacungkan pedan

    Last Updated : 2025-04-25
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   67. Monster

    “BUNUH DIA!!” Teriakan sang kapten pengawal meledak seperti cambuk petir di langit malam. Suaranya serak dan dipenuhi kemarahan, menggema hingga sudut-sudut aula megah yang kini penuh ketegangan.Tanpa perlu aba-aba kedua, derap kaki ratusan prajurit menggema serempak, seperti gelombang badai hitam yang bangkit dari kedalaman neraka. Pedang-pedang terhunus, mata mereka menyala oleh api perintah.Namun di tengah pusaran itu, Kevin berdiri... Diam. Tak bergeming, seperti patung dewa kuno yang menatap hina pada makhluk fana yang mencoba memberontak pada takdir. Matanya menyipit sedikit, penuh keheningan mematikan. Bukan tatapan manusia—melainkan penilaian dingin dari makhluk yang jauh lebih tinggi.Lalu... suara itu terdengar. Pelan. Lembut. Nyaris seperti bisikan yang menggelitik telinga, namun mampu menggetarkan jiwa siapapun yang mendengarnya.“Phantom Gods Blast.”Sepersekian detik kemudian, dunia terasa terhenti. Waktu seolah ditahan napasnya.Angin berhenti bergerak. Jantung

    Last Updated : 2025-04-26
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   68. Iblis

    “Dasar Iblis!” Seruan itu meluncur keras dari bibir salah satu dari Tujuh Cultivator Pedang Sekte Pedang Langit. Suara itu penuh amarah, namun juga diliputi ketakutan.Udara di sekeliling mereka mendadak berubah. Panas. Tajam. Mencekam. Niat pedang mereka menyembur keluar, tak kasatmata namun terasa seperti ribuan jarum mencabik kulit. Setiap langkah maju mereka menggores langit, membentuk retakan-retakan halus berwarna biru di udara—seakan dimensi itu sendiri enggan menyentuh kekuatan mereka.Salah satu pemimpin mereka mengangkat pedang tinggi-tinggi, suaranya bergema seperti dentang baja: "Formasi Pedang Tujuh Langit!"Tujuh sosok melesat ke langit—secepat kilat, sepadu nyawa. Tubuh mereka membentuk formasi bintang berujung tujuh, dan di tengahnya, badai spiritual mengamuk. Udara menjadi berat. Tanah bergetar. Energi murni meledak ke segala penjuru.Tapi Kevin... hanya berdiri.Angin menggoyang rambutnya yang tergerai. Tatapannya tenang, terlalu tenang untuk seseorang yang hendak d

    Last Updated : 2025-04-26
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   69. Jimat Rune Pembantaian Kuno

    Namun sebelum Kevin sempat melangkah maju, udara di medan pertempuran tiba-tiba menegang. Dari kerumunan yang berjarak, sebuah suara mengguntur, berat dan dipenuhi kekuatan yang menusuk hingga ke sumsum."Kevin Drakenis!"Grand Rune Master Weng melangkah maju, jubah panjangnya berkibar keras dihempas badai spiritual yang ia ciptakan. Tatapan matanya tajam seperti tombak kuno, membelah jarak di antara mereka. Suaranya mengandung gema keabadian, seolah dunia itu sendiri berhenti sejenak untuk mendengarkan.Di tangannya, ia mencengkeram sebuah jimat kuno—selembar kain tipis berwarna merah darah, penuh dengan rune-rune kuno yang berdenyut seperti nadi makhluk hidup. Cahaya merah menyala dari jimat itu, membentuk pusaran rune raksasa di udara."Atas nama Dao... kuhancurkan kau!" teriak Weng, suara amarah bercampur dengan hukum alam itu sendiri.BOOOM! Jimat itu meledak, menghamburkan ratusan sinyal kuno ke segala penjuru. Rune-rune tersebut melesat, berpadu, dan berputar membentuk segel k

    Last Updated : 2025-04-26

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   100. Cultivator Penjarah Relik

    Pria tua itu tertawa pelan, ujung jarinya mengetuk botol kaca itu. “Sangat … sebanding,” bisiknya, mata logamnya berkilat.Mata pria tua itu berkilat tajam, seperti sepasang batu permata logam yang memantulkan cahaya neraka. Bibirnya melengkung ke dalam seringai licik, rasa puas terpancar dari setiap kerutan wajahnya. Dengan gerakan halus, ia mengangkat tangan, memberi isyarat kecil pada asistennya — seorang pemuda kurus bermata cekung, aura spiritualnya lemah tapi tangannya cekatan.Pemuda itu mendekati sebuah peti kayu hitam, terikat benang-benang spiritual merah yang berdenyut samar, seolah hidup. Dengan mantra pelan, segel-segel itu terbuka satu per satu, memancarkan kilatan kecil cahaya merah. Saat tutup peti terbuka, udara di dalam tenda mendadak menghangat, bahkan membakar ujung-ujung rambut.Di dalam peti, terbaring sebuah batu merah menyala — Vermillion Vein, tampak seperti bara hidup yang bernafas. Setiap detik, pancaran panasnya menggetarkan udara, menciptakan riak-riak tip

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   99. Pasar Gelap Centralpolis

    Di puncak tertinggi Paviliun Dracarys, Kevin berdiri tegak, siluetnya terpotong cahaya remang lampu-lampu kota yang berkedip di kejauhan. Matanya, tajam dan penuh tekad, menatap cakrawala seolah mencoba menembus jarak yang memisahkannya dari takdir yang sebentar lagi datang menghantam. Angin memainkan ujung jubahnya, membuatnya berkibar pelan, seperti sayap naga yang sedang merentang di bawah cahaya samar bulan.Di bawah, di dalam ruangan pusat komando, Claudia nyaris tak berhenti bergerak. Rambutnya yang hitam berantakan menempel di pelipis, sementara jemarinya sibuk menari di atas layar komunikasi holografik. Suara Claudia terdengar cepat, teratur, tapi ada tepi kegelisahan yang merayap di ujung nadanya. “Chief, satu petunjuk mengarah ke Pasar Gelap Agarthium, Centralpolis,” ucapnya dengan suara yang agak serak, kelelahan mulai menggerogoti tenaganya. “Ada rumor… seorang kolektor eksentrik menyimpan batu Vermillion Vein, jenis merah pekat, yang telah melewati ritus pemurnian api na

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   98. Vermillion Vein

    Cahaya lampu di dalam kamar Paviliun Dracarys masih bergetar lembut, memantul di atas lantai marmer yang sempat diselimuti kabut dingin dari kekuatan Darah Iblis Es milik Ravena. Setelah kekacauan itu mereda, Kevin menoleh ke arah Clara yang tengah berjongkok di sudut ruangan, tubuhnya gemetar meskipun hawa dingin sudah mulai menghilang.Kevin menghampirinya, perlahan berlutut hingga sejajar dengan mata gadis itu. Tatapannya lembut, jauh berbeda dari sosok dingin yang beberapa saat lalu mengeksekusi Gubernur Adam Smith tanpa ragu.“Kamu tidak apa-apa, Clara?” tanyanya pelan, suara itu terdengar seperti pelukan hangat di tengah sisa-sisa badai.Clara mengangguk kecil, tapi suaranya serak saat menjawab.“Aku ... aku baik-baik saja, Kev. Tapi ... Vena?” Matanya beralih, mencari sosok yang ia sayangi. “Bagaimana dengan Ravena? Dia … tidak terluka, kan?”Kevin mengangguk meyakinkan. “Dia sudah kembali... masih pingsan, tapi aku berhasil menstabilkan auranya. Dia akan baik-baik saja.”Sebelu

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   97. Api Ilahi

    “Ravena … dengarkan aku,” suara Kevin terdengar pelan, tapi ada kekuatan yang menggema di balik bisikannya. Setiap kata meluncur seperti doa yang menembus badai, menggetarkan udara yang dingin membatu. Tatapannya menancap pada gadis yang berdiri kaku di depannya, matanya yang dulu penuh cahaya kini hanya cermin gelap yang memantulkan kekuatan terkutuk. “Aku tahu kau masih ada di sana. Aku tidak datang untuk melawanmu—aku datang untuk membebaskanmu dari belenggu darah terkutuk itu.”Untuk sekejap, hanya desiran angin es yang menjawab. Tapi kemudian … AUMMM! Ravena mengaum, suara nyaringnya menggema seperti serigala salju meraung di tengah badai kutub. Napas putih menyembur dari bibirnya, dan lantai di bawahnya mulai memutih, tertutup es yang menjalar cepat, melingkar seperti ular glasial menuju kaki Kevin.Kevin mengerutkan kening, lalu BRAK! — dengan satu hentakan kaki, dia mengaktifkan Divine Flame Shield di sekeliling tubuhnya. Api ilahi menyala lembut di permukaan kulitnya, merah

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   96. Kekuatan Darah Iblis Es

    Langit di atas Nagapolis menyelubungi kota dengan kegelapan yang pekat, seakan menelan segala cahaya. Awan hitam berputar perlahan di atas, menyelimuti dunia di bawahnya dalam suasana suram yang aneh—seperti energi gelap yang meresap ke dalam langit, mengambil kekuatan dari sesuatu yang tak tampak oleh mata manusia. Suasana itu memberi kesan seolah dunia ini sedang berada di ujung kehancuran.Di dalam markas Paviliun Dracarys yang menjulang tinggi dan kokoh, sebuah aura mengerikan mulai membentuk. Ruang di salah satu kamar tamu terasa jauh lebih dingin dari biasanya, seperti es yang mengalir di udara. Gelombang energi beku menyebar, menghantam dinding-dinding dengan kekuatan luar biasa. Suhu di sekitarnya merosot dengan cepat—sungguh luar biasa—hingga es mulai menutupi permukaan dinding, membentuk lapisan tipis seperti kulit beku yang siap mencabik siapapun yang mendekat.Jendela-jendela mulai berembun, perlahan menghitam dan retak-retak, suara gemerisiknya bergetar dalam keheningan ma

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   95. Kebangkitan Darah Iblis Es

    Raungan mesin mewah memecah kesunyian malam yang mencekam. Lima mobil Bentley berwarna hitam legam berhenti dalam formasi rapi di halaman depan kediaman gubernur yang kini hanya menyisakan puing dan bau gosong. Kilatan lampu mobil menyinari tubuh Kevin dan Valkyrie yang masih berdiri di tengah reruntuhan, dikelilingi abu, debu, dan bayangan kematian.Dari pintu salah satu mobil, seorang wanita turun anggun namun penuh wibawa. Gaun merah menyala dengan belahan tinggi di kaki kanannya melambai diterpa angin malam, memperlihatkan betisnya yang jenjang dan langkahnya yang mantap. Rambut hitam panjangnya terurai rapi, dan sepatu hak tingginya mengetuk aspal dengan suara menggoda.Ia langsung menunduk dalam-dalam ke arah Kevin, dengan tangan di dada, menunjukkan sikap penuh hormat dan loyalitas.“Chief … apakah peti mati spiritual yang tadinya buat Gubernur juga akan kita bawa pulang?” tanyanya, suaranya lembut namun profesional. Wajahnya tenang, tapi matanya menyorot tajam seperti selalu si

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   94. Pelayan Baru

    Suara itu datang menggema dari kejauhan, bergema bagaikan petir yang merambat melalui udara meski jarak memisahkan mereka. “Kenapa kau tidak mengikutiku? Katanya mau jadi pelayanku?”Nada Kevin terdengar dingin namun tegas, seakan mengiris udara. Meski hanya berupa suara yang disalurkan melalui energi spiritual, setiap kata menyusup tajam ke telinga Valkyrie, mengguncang hatinya yang sempat tenggelam dalam keraguan.Valkyrie yang semula berdiri terpaku, mata birunya menatap kosong ke cakrawala, tiba-tiba mengerjap. Seketika wajahnya yang pucat karena kelelahan memerah, berseri-seri seperti bunga sakura yang mekar di pagi hari . Sebuah senyum kecil, pertama kali sejak pertemuan mereka, merekah di bibirnya.“Dia memanggilku …” bisiknya pelan, seakan meyakinkan dirinya sendiri. Dia sempat menyangka Kevin hanya akan menolongnya tanpa menginginkannya lebih jauh. Tapi kini—ada harapan.“Siap, Tuan Muda!” seru Valkyrie, suaranya lantang penuh semangat. Dengan gerakan cepat namun anggun, tang

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   93. Pil Elixir Jiwa

    Kevin perlahan memutar tubuhnya, derap langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok yang tergeletak di balik kepulan debu. Valkyrie—Celestial Myrad yang baru saja ia kalahkan—terbaring di atas tanah yang retak, tubuhnya penuh luka, armor peraknya remuk, sayap-sayap cahayanya kini hanya kelap-kelip samar. Namun matanya… masih menyala. Masih menyimpan api yang belum padam.“Aku …” suara Valkyrie terdengar serak, tapi tegas, “aku akan menjadi pelayanmu … jika kau memulihkan kondisi tubuhku yang rusak.” Nada suara itu aneh—campuran kesombongan yang dipaksa tunduk, dan pengakuan kekalahan yang pahit.Kevin menyipitkan mata, bibirnya melengkung sinis. “Apa gunanya bagiku?” desisnya, suara rendahnya nyaris seperti geraman. “Baru beberapa saat lalu kau ingin membunuhku tanpa ampun. Dan sekarang? Kau ingin jadi pelayanku? Jangan bercanda.”Valkyrie menggigit bibirnya, darah emas menetes di dagu. “Aku hanya menjalankan perintah …” katanya, matanya menatap Kevin tanpa berkedip. “Tapi aku

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   92. Heaven's Wrath Seal

    “Cukup dengan kebohonganmu.” Suara Kevin terdengar pelan, nyaris tanpa emosi, seperti sebongkah es yang jatuh menghantam tanah, dingin dan datar. Matanya menatap kosong ke arah Adam Smith, yang kini hanya tinggal bayangan lelaki sombong yang dulu berdiri gagah sebagai Gubernur Xandaria. “Kau hanyalah makhluk rendahan …” lanjut Kevin pelan, kata-katanya menggantung tajam di udara, “yang tak berguna bagiku.”Ia menunduk perlahan, membiarkan helaan napasnya yang dingin menyapu telinga Adam yang pucat. “Kau akan mati bukan sebagai gubernur …” bisiknya, suaranya nyaris seperti suara angin yang berkesiur di sela reruntuhan. “Tapi sebagai pengkhianat … yang menjual nyawa demi kekuasaan murahan.”Tubuh Adam makin menggigil, giginya bergemeletuk tanpa kendali. Mata lebarnya memantulkan bayangan Kevin yang perlahan berdiri kembali, tegap, seolah menyerap semua kekuatan di sekitarnya. “Tidak … tidak …” gumam Adam pelan, hampir seperti doa kosong, air mata bercampur ingus mengalir di pipinya.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status