Bab pertama hari ini ... maaf rilis telat lagi sobat readers ... Bab Utama : 1/2 Bab Bonus Gems : 0/1
Sisik keras Hydrascale Maw bergeser saat mengayunkan tubuh, dan di sela-sela gerakannya yang besar, Kevin menemukan celah—titik kecil, tak terlihat oleh mata biasa, terletak di bawah ketiak belakang makhluk itu. Ia bergerak cepat, jari-jarinya melesat seperti petir senyap.“Satu ... dua ... tiga ... empat ...” Jarum-jarum spiritual ditancapkan dengan presisi mutlak.“Lima.”Kelima jarum itu menusuk dalam pola melingkar, mengenai titik vital yang dikenal sebagai Pengatur Tekanan Qi, pusat aliran energi makhluk tersebut. Sebuah mantra keluar dari bibir Kevin, nyaris seperti desahan, namun penuh kekuatan yang tak tertahankan.“Ilmu Alkimia Medis-Pembalikan Racun Surgawi!”Seketika, tubuh makhluk raksasa itu kejang hebat. Seluruh otot-ototnya mengencang seperti tali busur yang ditarik hingga batas, lalu meledak dalam ledakan energi yang tak terkendali. Salah satu kepala tambahan di punggungnya menjerit dengan suara yang memekakkan telinga, lalu meleleh seperti lilin disiram api, daging da
Lendir hijau kental muncrat dari sela-sela semak dan akar menggembung, menyembur seperti darah dari luka terbuka. Dari celah-celah pepohonan rawa yang melengkung menyerupai taring raksasa—berkerut dan ditumbuhi lumut keunguan—sesosok makhluk muncul perlahan, menggerakkan tubuhnya seolah menari dalam mimpi buruk.Raksasa Buaya Roh—Hydrascale Maw.Makhluk setinggi lima meter itu menyapu pandangan mereka dengan tubuhnya yang mengerikan. Kulitnya bersisik, berlapis-lapis seperti zirah naga tua, berwarna hijau lumut yang memudar ke ungu gelap. Setiap gerakan tubuhnya menimbulkan suara berdecit seperti logam yang digesek batu. Dari dalam rongga matanya yang dalam, dua bola mata bersinar merah darah—tidak berkedip, tidak berperasaan. Hanya haus ... haus akan darah dan energi spiritual.Namun itu belum semuanya.Dari punggungnya yang berdenyut seperti daging bernapas, muncul dua kepala tambahan—menjuntai seperti ular kelaparan. Lidah dari ketiganya menjulur panjang dan bercabang, masing-masin
Setelah melintasi Taman Kabut Hitam yang kini tinggal arang dan bayangan, Kevin dan Valkyrie melangkah ke wilayah berikutnya. Udara berubah drastis, seolah dunia itu sendiri menahan napas. Di hadapan mereka membentang Rawa Spirit Beast—sebuah hamparan luas yang tampak seperti luka terbuka di permukaan bumi.Langit di atasnya redup, diliputi awan hitam yang menggantung rendah, membuat seluruh kawasan tampak seperti terperangkap dalam malam abadi. Rawa itu bukan sekadar lumpur dan air, tapi kolam keheningan yang mengintai. Legenda menyebutkan bahwa di sinilah roh-roh binatang spiritual yang gagal menyeberang ke alam baka terperangkap—terdistorsi, tercemar, dan bersatu dalam wujud-wujud buas yang melampaui batas kewajaran. Mereka bukan makhluk hidup biasa. Mereka adalah bayangan dari kematian yang tertunda.Udara mulai lengket dan lembap, menempel di kulit seperti selimut keringat dingin. Kabut tipis menyelimuti permukaan rawa, mengapung perlahan seperti napas terakhir makhluk yang tak t
Salah satu dari ‘tubuh’ itu tiba-tiba menggeliat. Lidahnya terjulur—bukan daging biasa, tapi jaringan akar bercabang yang menjulur panjang. Makhluk itu berteriak, bukan dengan suara manusia, tapi pekikan parau yang terdengar seperti batang pohon yang dipatahkan paksa. Teriakannya mengguncang udara, dan tanah di sekitar mereka mulai bergetar.Retakan kecil muncul di bawah kaki mereka, menyebar seperti kilat di tanah kering. Dari dalam celah-celah itu, sesuatu merayap keluar.Makhluk-makhluk kecil bermunculan, tubuh mereka terbuat dari kayu yang dipenuhi duri. Mata mereka menyala hijau terang dalam kabut abu. Mereka bergerak cepat, seperti kawanan serangga yang tersulut kemarahan, namun dengan bentuk tubuh menyerupai manusia mini. Jemari mereka bercakar, dan tiap langkah mereka menimbulkan suara ‘kret kret’ seperti ranting patah.Kevin mencabut pedangnya, dan bilahnya langsung memercik cahaya biru muda. “Kita harus bertahan di sini. Jangan biarkan mereka mengepung.”Valkyrie berdiri di
Udara mulai berubah. Di setiap langkah Kevin dan Valkyrie, aroma tajam seperti besi tua menguar pelan, bercampur dengan bau tanah basah yang menyusup hingga ke paru-paru. Angin tak berhembus, tetapi udara tetap bergerak—seolah mengalir dari sesuatu yang hidup, bukan dari alam biasa. Seiring mereka melangkah lebih dalam ke dalam Taman Kabut Hitam, kabut perlahan turun dari pucuk-pucuk pohon yang telah lama mati, mengalir lembut layaknya air hujan yang dibalik arahnya. Kabut itu memeluk tubuh mereka dengan dingin menusuk, seperti tangan-tangan tak kasatmata yang meraba-raba dalam keheningan.“Tempat ini ...” gumam Valkyrie, suaranya hampir tertelan kabut. Nafasnya terlihat, mengepul pelan seperti asap dari lilin yang hampir padam.Kevin tak menjawab. Tatapannya tajam, penuh waspada. Di sekeliling mereka, hutan seakan tidak sekadar berdiri diam. Ia hidup. Ia mengamati. Ia ... menunggu.Tanaman yang semula tampak layu mulai bergoyang, tidak seperti ditiup angin, melainkan seperti makhluk
Kurozan melesat menembus tirai kabut spiritual yang memisahkan dunia fana dengan Tanah Terlarang Dewa dan Iblis. Di balik dinding kabut itu, dunia berubah. Udara menjadi tebal seperti minyak, menggantung di paru-paru. Awan gelap menggumpal di atas dataran yang luas, dan di tengahnya berdiri Hutan Ilahi—hijau pekat seperti giok tua, namun menyimpan kengerian yang tidak terucapkan.Begitu mereka memasuki wilayah Hutan Ilahi dari udara, tubuh Kurozan mendadak tersentak.“Ugh!” Kevin memegang erat bulu leher Kurozan saat tubuh raksasa itu menukik tak terkendali. Valkyrie segera menancapkan tombaknya ke sisik punggung Kurozan, menstabilkan tubuhnya.Gravitasi di atas hutan itu ... aneh. Menghisap. Menekan. Seolah ada tangan-tangan tak terlihat dari bumi yang mencengkeram dan menarik siapa pun yang mencoba terbang di atasnya.Kurozan mengerang—suara rendahnya seperti petir ditahan di dada. Sayapnya mengepak keras, tapi sia-sia. Nafasnya tersengal. Tubuh besarnya mulai goyah. Angin di sekeli