Padang Jiwa Terkoyak kini benar-benar menjadi tempat yang sesuai namanya. Ribuan mayat bergelimpangan di mana-mana, baik dari kultivator hidup maupun jiangshi yang akhirnya hancur.Bau darah dan mayat yang membusuk memenuhi udara, bercampur dengan asap dari berbagai ledakan qi yang masih mengepul.Di berbagai sudut medan perang, para pemimpin sekte dari kedua aliran terlibat dalam duel mematikan yang menentukan nasib perang ini. Satu per satu, tokoh-tokoh penting mulai berjatuhan.Luo Qing Xian dari Sekte Kabut Jade Abadi tergeletak tidak bernyawa setelah duel dengan Bai Yuanfeng dari Sekte Shennong Gu.Wanita berambut hijau kebiruan itu tewas setelah racun buatannya sendiri berbalik menyerangnya, sementara Bai Yuanfeng terbaring sekarat dengan meridian yang hancur akibat terkena Kabut Jade Mematikan.Xu Ying Ming dari Sekte Teratai Bulan Perak berhasil mengalahkan Qin Hua, wakil pemimpin Sekte Shennong Gu, namun ia sendiri terluka parah. Darah perak mengalir dari luka di dadanya, sem
Di bagian lain medan perang, Xue Tianmo dari Sekte Xuanyin Zong terlibat dalam duel mematikan dengan Huang Tian Wu dari Sekte Pedang Naga Tujuh Elemen.Kedua warrior itu sudah saling serang selama berjam-jam, namun belum ada yang berhasil memberikan luka fatal.Xue Tianmo mengayunkan sabit raksasanya yang berkilau merah gelap, setiap gerakan menciptakan pusaran energi yang menyerap darah dari udara di sekitarnya.Tubuh besar dan kekarnanya penuh dengan bekas luka pertempuran, matanya berpendar merah seperti bara api. Dari mulutnya keluar napas yang bau seperti besi berkarat, sementara giginya yang runcing berlumuran darah segar."Sabit Pemanen Jiwa, Tarian Kematian Seribu Luka!" raungnya sambil berputar seperti pusaran angin.Sabit raksasa itu berputar dengan kecepatan luar biasa, menciptakan lingkaran energi merah yang meluas hingga radius dua puluh meter. Setiap putaran menghasilkan suara mengerikan seperti jeritan ribuan jiwa yang disiksa. Tanah di sekitarnya terkoyak menjadi juran
Padang Jiwa Terkoyak berubah menjadi amphitheater kematian ketika Meng Moshen, utusan neraka yang telah dijadikan zombie oleh Rong Tian, berhadapan langsung dengan Tetua Hunyuan dari Sekte Hunyuan Dao.Udara di sekitar mereka bergetar hebat, seolah alam sendiri menahan napas menyaksikan benturan antara kekuatan kematian melawan harmoni alam semesta.Meng Moshen melangkah maju dengan gerakan yang tidak wajar, setiap langkahnya menciptakan lingkaran hitam di tanah yang langsung menjadi tandus.Mata hijau pucatnya memancarkan cahaya seperti lentera neraka, sementara jubah ungu compang-campingnya berkibar tanpa angin. Dari tubuhnya menguar bau busuk mayat yang sudah berbulan-bulan membusuk, bercampur dengan wangi bunga kematian yang tumbuh di kuburan kuno."Penenun Mimpi Buruk akan menunjukkan pada kultivator tua apa yang terjadi ketika harmoni bertemu dengan chaos," suara seraknya seperti gesekan tulang kering di dalam gua.Tetua Hunyuan berdiri tegak dengan tongkat jade putih di tangan
Matahari belum menampakkan diri ketika neraka kecil tercipta di Padang Jiwa Terkoyak.Ribuan jiangshi menyerbu dari segala arah dengan gerakan yang tidak beraturan namun menakutkan. Tanah bergetar karena derap kaki mayat hidup yang tidak pernah lelah, sementara udara dipenuhi dengan bau busuk yang menyesakkan napas.Dari barisan depan pasukan jiangshi, sosok yang sangat mengerikan muncul.Meng Moshen, Utusan Neraka yang telah dijadikan zombie oleh Rong Tian, melangkah maju dengan aura kematian yang begitu pekat hingga rumput di sekitarnya langsung layu. Tubuhnya yang tinggi besar diselimuti jubah compang-camping berwarna ungu tua, sementara mata hijau pucatnya memancarkan cahaya yang menyeramkan."Penenun Mimpi Buruk datang membawa kematian," suara seraknya bergema di seluruh padang seperti gong neraka.Di sisi lain, Tetua Hunyuan dari Sekte Hunyuan Dao maju menghadapi zombie utusan neraka itu. Pria tua berusia seratus lima puluh tahun itu memiliki janggut putih panjang dan mata yang
Di sisi selatan Padang Jiwa Terkoyak, suasana sangat berbeda dengan kamp sekte iblis. Api unggun besar menyala terang, dikelilingi oleh kultivator-kultivator berseragam putih, biru, dan emas yang tertawa riang sambil meminum arak beras berkualitas tinggi. Aroma daging panggang bercampur dengan wangi bunga melati yang mereka bakar sebagai persembahan kepada dewa."Untuk kemenangan yang sudah di depan mata!" teriak seorang kultivator muda dari Sekte Awan Sembilan Keabadian sambil mengangkat cangkir araknya tinggi-tinggi."Untuk keadilan yang akan segera tegak!" sahut yang lain.Tian Yuxiao berdiri agak jauh dari kerumunan, menatap api unggun dengan ekspresi yang sulit dibaca. Meski pasukannya dalam kondisi jauh lebih baik, ia tahu bahwa perang belum berakhir.Rong Tian sang Raja kelelawar bukanlah lawan yang mudah menyerah."Guru Besar," Feng Qingxuan mendekat dengan langkah goyah. Meski sudah diobati oleh healer terbaik Sekte Shennong Gu, luka akibat penggunaan teknik pengorbanan masi
Malam merangkul Padang Jiwa Terkoyak dengan selimut kelam yang mencekam.Bulan sabit menggantung tipis di langit, nyaris tersembunyi di balik awan hitam yang bergerak perlahan. Bintang-bintang berkelip redup, seolah enggan menyinari medan perang yang dipenuhi darah dan penderitaan.Kesepakatan tidak tertulis antara kedua pihak berlaku sejak perang kuno dimulai. Malam adalah waktu untuk memulihkan luka dan mempersiapkan kematian esok hari.Namun keheningan yang seharusnya menenangkan kini dipecah oleh jeritan panjang yang menggema dari tenda-tenda hitam di sisi utara padang.Rong Tian berjalan pelan di antara barisan tenda darurat yang didirikan pasukannya. Topeng giok hitamnya telah ia lepas, menampakkan wajah pucat dengan mata keemasan yang berkilat tajam.Rambutnya berwarna kelabu keperakan yang panjang tampak berkibar tertiup angin malam yang membawa bau anyir darah dan sesuatu yang membusuk.Tenda pertama yang ia masuki dipenuhi suara rintihan yang menyayat hati.Tiga puluh kultiv