Kota Angin Senja tidak lagi seperti dulu. Tembok batu kelabu yang mengelilingi kota kini tampak lebih suram, seperti dinding penjara alih-alih pelindung.Bendera-bendera Kekaisaran Bai Feng berkibar kaku di setiap menara pengawas, lambang phoenix putih yang tercetak di kain merah tampak mengawasi setiap sudut kota dengan tatapan tajam.Di kedua gerbang utama kota—Gerbang Selatan dan Gerbang Utara—barisan prajurit kekaisaran berdiri tegak dengan tombak di tangan.Armor mereka yang berwarna merah dengan aksen emas berkilau tertimpa cahaya matahari, menunjukkan kekuatan dan otoritas Kekaisaran Bai Feng. Pos-pos pemeriksaan didirikan di depan setiap gerbang, lengkap dengan meja kayu besar tempat para pejabat mencatat setiap orang yang keluar masuk kota."Pemeriksaan ketat! Semua orang harus diperiksa!" teriak seorang komandan bertubuh kekar dengan bekas luka melintang di pipinya. "Tidak ada pengecualian!"Para pedagang dan pengembara berbaris dengan wajah lelah, menunggu giliran untuk dip
Papan nama kayu berukir di depannya bertuliskan "Penginapan Bulan Perak", dengan lambang bulan sabit yang diukir dengan indah.Penginapan itu tampak lebih ramai dibandingkan bangunan lain di sekitarnya. Lantai pertamanya adalah restoran besar dengan meja-meja kayu berkualitas tinggi. Lampion-lampion merah tergantung di langit-langit, memberikan cahaya hangat ke seluruh ruangan.Aroma masakan lezat menguar dari dapur, membuat perut Rong Tian bergemuruh mengingatkan bahwa ia belum makan sejak pagi."Selamat datang di Penginapan Bulan Perak!" sambut seorang pelayan wanita setengah baya dengan senyum ramah. "Apakah Tuan ingin makan atau mencari kamar?""Keduanya," jawab Rong Tian. "Sastrawan ini menginginkan kamar terbaik yang kalian miliki, dan makan malam yang layak."Pelayan itu membungkuk hormat. "Tentu saja, Tuan. Kami memiliki kamar di lantai tiga dengan pemandangan kota. Untuk makan malam, chef kami baru saja menyiapkan bebek panggang saus plum, sup tulang sapi dengan jamur gunung,
Rong Tian meletakkan sumpit dengan tenang, menyeka bibirnya dengan kain bersih, dan menyesap tetes terakhir arak plum dari cawannya. Matanya yang tajam tak pernah meninggalkan pintu keluar, tempat sosok kecil Xiao Hu menghilang beberapa saat lalu."Berapa total tagihannya?" tanyanya pada pelayan yang mendekat."Lima puluh tael perak, Tuan Sastrawan," jawab pelayan dengan hormat.Rong Tian mengeluarkan sekantong koin dari lengan jubahnya, menghitung dengan cepat dan menambahkan beberapa keping ekstra. "Ini untuk pelayananmu yang cekatan."Pelayan itu membungkuk dalam, matanya berbinar melihat jumlah tip yang diberikan. "Terima kasih, Tuan. Kamar Anda telah disiapkan di lantai tiga, pemandangan terbaik menghadap kota.""Sastrawan ini akan kembali nanti malam," ucap Rong Tian sambil bangkit. "Pastikan kamarnya tetap siap."Dengan langkah mantap, ia keluar dari penginapan, mata tajamnya segera menyapu jalanan mencari sosok kecil Xiao Hu. Matahari mulai condong ke barat, menciptakan bayang
"Kau gila?" bentak Xiao Lei. "Kita tidak bisa mempercayai siapa pun! Kau lupa apa yang terjadi dengan Bibi Liu dan Paman Chen? Mereka mati karena mencoba membantu kita!""Tapi kita tidak bisa terus hidup seperti ini," bantah Xiao Hu. "Makanan kita hampir habis, dan musim dingin akan segera tiba. Kita butuh bantuan.""Lebih baik kelaparan daripada dibunuh oleh orang-orang bertopeng itu," gumam gadis kecil berkepang, tubuhnya gemetar mengingat sesuatu yang mengerikan.Rong Tian mengerutkan kening. Orang-orang bertopeng? Mungkinkah mereka berbicara tentang anggota Sekte Tengkorak Api yang membunuh Zhao Wei?Percakapan anak-anak itu terhenti tiba-tiba saat suara langkah kaki terdengar dari luar kuil. Wajah mereka seketika pucat pasi, makanan di tangan terlupakan saat mereka bergegas bersembunyi di balik altar yang runtuh.Pintu kuil yang setengah rusak terbuka dengan suara berderit mengerikan. Lima sosok melangkah masuk dengan langkah berat, masing-masing mengenakan jubah berwarna berbeda
Angin malam berhembus dingin melalui celah-celah dinding Kuil Malaikat Keadilan yang rusak. Di bawah cahaya bulan yang temaram, sosok zombie Duan Meng berdiri dengan tegak, matanya memancarkan cahaya merah menyala.Tubuhnya yang kaku bergerak dengan kecepatan menakjubkan, dipandu oleh melodi seruling hitam yang dimainkan Rong Tian dari kegelapan.Lima sosok bertopeng dari Sekte Tengkorak Api—masing-masing dengan topeng merah, biru, hijau, kuning, dan hitam—mengepung zombie tersebut. Mereka adalah utusan terbaik dari Aliansi Lima Misteri, organisasi rahasia yang ditakuti di seluruh Kekaisaran Bai Feng."Apa-apaan ini?" teriak si topeng merah, Fang Xue. "Siapa yang berani menghalangi misi Aliansi Lima Misteri?"Zombie Duan Meng hanya mengeluarkan geraman rendah, matanya yang kosong namun tajam mengawasi setiap gerakan lawannya."Ini pasti ulah kultivator iblis!" seru si topeng biru. "Hanya penganut aliran sesat yang bisa mengendalikan mayat hidup!"Dari balik pilar kuil yang rusak, lima
Rembulan tenggelam di ufuk barat, menyisakan kegelapan pekat sebelum fajar.Kuil Malaikat Keadilan yang rusak berdiri sunyi, menyimpan rahasia pertarungan yang baru saja terjadi. Aura kematian masih mengambang di udara seperti kabut tipis, menyelimuti reruntuhan dan altar yang rusak.Angin malam berhembus, membawa aroma darah samar yang telah mengering. Kemudian, keheningan itu terusik oleh suara tajam—seperti angin yang terbelah oleh benda-benda yang bergerak cepat.Lima sosok mendarat dengan keras di halaman kuil bagian timur, mengenakan jubah putih bersih dengan sulaman emas."Berhati-hatilah," bisik Tian Zhang dari Sekte Langit Murni. "Ada sesuatu yang tidak beres di tempat ini."Mereka adalah pemimpin lima sekte aliran putih terbesar di Kekaisaran Bai Feng—Tian Zhang, Guang Jian dari Sekte Pedang Cahaya, Xue Mei dari Sekte Bunga Salju, Feng Zhen dari Sekte Angin Sejati, dan Yue Sheng dari Sekte Bulan Suci.Hampir bersamaan, lima sosok berjubah hitam dengan aksen merah darah menda
Rong Tian berdiri di atas bukit rendah, memandang Kota Bian Cheng yang terbentang di bawahnya. Tembok kota yang tinggi dan kokoh menjulang dengan empat gerbang utama yang dijaga ketat oleh prajurit berseragam hitam-merah.Matahari sore menyinari pagoda-pagoda tinggi dan bangunan-bangunan dengan atap melengkung yang khas, menciptakan siluet keras melawan langit kemerahan.Kota Bian Cheng—Kota Perbatasan—berdiri tegak di persimpangan jalur perdagangan utama antara wilayah Utara dan Barat Benua Longhai. Arsitektur kota ini unik, mencampurkan gaya Utara yang formal dengan sentuhan Barat yang lebih kasar.Pedagang dari berbagai penjuru dunia memenuhi jalanan, membawa barang dagangan eksotis dan kabar dari negeri jauh."Jadi ini Kota Bian Cheng," gumam Rong Tian, mengamati arus manusia yang bergerak melalui Gerbang Timur. "Tempat di mana semua rahasia tersembunyi di balik tembok-tembok tinggi."Ia merapikan jubah pelajarnya yang sederhana dan menyesuaikan topi khasnya. Penyamaran sebagai pe
"Tuliskan sebuah puisi tentang perjalananmu ke Bian Cheng. Biarkan aku melihat kemampuanmu."Rong Tian mengambil kuas yang disodorkan, mencelupkannya ke dalam tinta, dan mulai menulis dengan gerakan penuh keyakinan. Ia telah mempersiapkan ini, mempelajari gaya sastra klasik untuk menyempurnakan penyamarannya.Setelah selesai, Guru Lu mengambil kertas itu dan membacanya dengan seksama. Alisnya terangkat sedikit, tanda ketertarikan."Menarik," gumamnya. "Gaya tulisanmu kasar namun memiliki kekuatan tersembunyi. Seperti pedang yang dibungkus kain sutra." Ia menatap Rong Tian dengan pandangan menilai."Baiklah, aku akan menerimamu sebagai murid. Tapi ingat, di paviliun ini, aku yang menetapkan aturan.""Terima kasih, Guru. Saya akan mematuhi semua aturan," jawab Rong Tian."Kau bisa tinggal di kamar kosong di lantai atas. Pelajaran dimulai besok pagi saat matahari terbit," ucap Guru Lu. "Oh, dan satu hal lagi—di Bian Cheng, mata dan telinga ada di mana-mana. Berhati-hatilah dengan apa yan
Selama tiga bulan penuh, Rong Tian tenggelam dalam kultivasi intensif.Waktu seolah kehilangan maknanya di gua itu. Kadang-kadang, sosok muda Xiao Hu muncul di mulut gua, membawa perbekalan dari Kota Biramaki.Ia tidak pernah berani mengganggu gurunya yang sedang dalam kondisi kultivasi mendalam, hanya meninggalkan makanan dan ramuan di dekat pintu masuk sebelum kembali menuruni tebing dengan langkah ringan yang menunjukkan kemajuan qinggong-nya.Xiao Hu sendiri telah mengalami kemajuan pesat. Di bawah bimbingan tidak langsung Rong Tian dan dengan bantuan manual kultivasi dasar yang diberikan padanya, bocah pengemis itu kini telah mencapai Ranah Awal level 3.Tubuhnya yang dulu kurus kering kini mulai menunjukkan otot-otot yang padat, dan matanya yang dulu redup oleh kelaparan kini bersinar dengan kewaspadaan seorang kultivator muda.Yang mengejutkan, Xiao Hu tidak mengikuti jalur kultivasi iblis seperti gurunya.Sebuah manual kultivasi peninggalan Dinasti Xi Tian yang Rong Tian temuk
Rong Tian kemudian beralih ke Tian Guan Zong yang berusaha bangkit dengan bertumpu pada pedangnya.Dengan satu tendangan ringan, ia mengirim pedang itu terbang, membuat Tian Guan Zong jatuh kembali ke lantai. Tangannya yang cepat meraih kubus kristal berisi Benih Rumput Emas dari kantong penyimpanan Tian Guan Zong."Kau... tidak tahu apa yang kau lakukan, anak muda," ucap Tian Guan Zong di antara batuk darahnya. "Kedua harta itu tidak boleh disatukan..."Rong Tian hanya tersenyum tipis, memasukkan kedua harta karun legendaris itu ke dalam kantong penyimpanannya.Kemudian, dengan gerakan yang mengejutkan semua orang, ia melompat tinggi ke udara, menembus atap aula yang terbuat dari kayu keras seolah itu hanyalah kertas tipis.Para tamu undangan bergegas keluar aula, mendongak ke langit untuk melihat sosok Rong Tian yang kini melayang di udara seperti burung rajawali.Cahaya bulan menyinari sosoknya yang gagah, jubah hitamnya berkibar tertiup angin malam. Dengan satu gerakan anggun, ia
Energi qi keemasan berputar di sekitar Rong Tian seperti badai pasir, menyerang dari segala arah dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa.Nyonya Huang dan Tian Guan Zong berusaha bertahan, menggunakan harta karun mereka untuk menciptakan perisai pelindung, namun serangan Rong Tian terlalu kuat dan terlalu cepat."Naga Emas Menyembur," serunya, melanjutkan ke jurus kelima.Energi qi keemasan berkumpul di ujung pedangnya, membentuk kepala naga yang mengaum sebelum melesat dengan kecepatan luar biasa. Lantai aula bergetar hebat saat energi naga itu menyerang, meninggalkan jejak keemasan di udara.Nyonya Huang menggigit bibirnya hingga berdarah, matanya berkilat marah."Tidak kusangka seorang bocah berani menentang dua pemimpin sekte bintang lima sekaligus!" Ia mengaktifkan kekuatan penuh Tablet Emas Langit Barat, menciptakan kubah energi merah keunguan yang melindunginya.Tian Guan Zong tidak kalah murka. Dengan gerakan cepat, ia mengeluarkan seluruh kekuatan Benih Rumput Emas, men
Tian Guan Zong tidak kalah cepat. Tangannya bergerak dalam pola yang berbeda, menciptakan gelombang qi putih kebiruan dengan semburat hijau yang membentuk sembilan bintang bercahaya di sekitarnya."Formasi Bintang Utara," balasnya dengan suara dalam yang bergema.Kedua serangan melesat ke arah Rong Tian dari dua arah berbeda, menciptakan pemandangan spektakuler berupa gelombang energi merah keunguan dan putih kebiruan yang menyatu dalam pusaran mematikan.Udara bergetar hebat oleh kekuatan dahsyat yang dilepaskan, menciptakan angin kencang yang membuat jubah dan rambut para penonton berkibar liar.Namun Rong Tian tetap berdiri tenang di tempatnya, seolah tidak melihat bahaya yang mendekat. Saat kedua serangan hampir mencapainya, ia akhirnya bergerak.Dengan gerakan yang hampir tidak terlihat oleh mata biasa, ia mengaktifkan Jaring Kegelapan, salah satu jurus iblis tingkat tinggi yang ia kuasai."Jaring Kegelapan," bisiknya, suaranya hampir tidak terdengar.Seketika, energi qi hitam pe
Aula Bunga Peony yang megah kini menjadi saksi bisu pertarungan kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah dunia persilatan.Udara terasa berat oleh sisa-sisa energi qi yang saling bertabrakan, menciptakan lapisan tipis kabut spiritual yang berpendar dalam berbagai warna.Lantai marmer yang semula putih bersih kini dipenuhi retakan dan kawah kecil, bukti nyata dari pertarungan dahsyat antara Nyonya Huang Wenling dan Tian Guan Zong.Para tamu undangan berdiri mematung di pinggir aula, wajah mereka pucat oleh ketakutan dan kekaguman. Tidak ada yang berani bersuara, bahkan untuk berbisik.Semua mata tertuju pada tiga sosok yang berdiri di tengah aula: Nyonya Huang Wenling dengan Tablet Emas Langit Barat, Tian Guan Zong dengan Benih Rumput Emas, dan Rong Tian yang baru saja bangkit dari kursi kehormatannya.Nyonya Huang Wenling adalah yang pertama memecah keheningan. Dengan gerakan anggun yang diperhitungkan, ia melangkah mendekati Rong Tian. Gaun hitamnya yang mewah ber
Namun, Tian Guan Zong tidak bergerak hingga detik terakhir.Dengan gerakan cepat yang hampir tidak terlihat, ia mengangkat telapak tangannya, menciptakan perisai qi putih kebiruan berbentuk bintang delapan sudut."Perisai Bintang Utara," ucapnya tenang.Bunga peony bertabrakan dengan perisai bintang, menciptakan ledakan energi kedua yang lebih kuat dari sebelumnya. Lantai marmer di bawah kaki mereka retak lebih dalam, serpihan-serpihan kecil melayang ke udara sebelum jatuh kembali seperti hujan kristal.Tanpa jeda, Tian Guan Zong melancarkan serangan balasan. Ia mencabut pedangnya dengan gerakan cepat, menciptakan suara berdenting yang tajam membelah udara. Pedang panjang berwarna biru langit itu berkilau tertimpa cahaya, memancarkan aura suci yang membuat beberapa kultivator iblis mundur dengan tidak nyaman."Pedang Pemurnian Langit," serunya, mengayunkan pedang dalam gerakan melintang.Sebuah gelombang qi putih kebiruan melesat dari ujung pedangnya, membentuk bulan sabit raksasa yan
Sosok tinggi besar melangkah masuk dengan langkah mantap yang membuat lantai marmer bergetar.Ia mengenakan jubah putih bersih dengan bordiran awan biru yang rumit, kontras dengan rambutnya yang putih seperti salju namun wajahnya yang tampak tidak lebih dari empat puluh tahun.Matanya yang tajam seperti elang memancarkan aura kewibawaan yang tidak bisa dibantah, sementara tangannya yang besar menggenggam sebuah pedang panjang dalam sarung berwarna biru langit."Tian Guan Zong!" bisik beberapa orang dengan suara terkesiap."Pemimpin Sekte Cahaya Surgawi dari Gunung Lima Awan!""Kultivator legendaris dari Utara!"Bisikan-bisikan kagum dan ketakutan memenuhi aula saat sosok legendaris itu melangkah maju dengan tenang.Di belakangnya, belasan murid Sekte Cahaya Surgawi berpakaian biru langit mengikuti dengan sikap hormat, membentuk formasi yang rapi dan teratur.Wajah Nyonya Huang mengeras, senyum percaya dirinya lenyap digantikan ekspresi waspada. Tangannya yang tadinya terulur untuk men
Kesunyian yang mencekam menyelimuti Aula Bunga Peony setelah pertarungan spektakuler antara Nyonya Huang Wenling dan Guru Negara Long Jian.Udara terasa berat oleh sisa-sisa energi qi yang bertabrakan, menciptakan lapisan tipis kabut spiritual yang berpendar kemerahan di bawah cahaya lentera kristal.Guru Negara Long Jian telah dibawa keluar oleh murid-muridnya, meninggalkan bekas darah yang mengering di lantai marmer putih sebagai pengingat akan kekuatan luar biasa sang pemimpin Sekte Hehuan.Nyonya Huang Wenling berdiri di tengah panggung dengan postur sempurna, gaun hitamnya yang mewah tidak menunjukkan sedikit pun kusut meski baru saja menyelesaikan pertarungan.Wajahnya yang cantik dihiasi senyum tipis penuh kepuasan, matanya yang tajam menyapu seluruh ruangan dengan tatapan seorang penguasa yang yakin akan kekuasaannya.Seperti air sungai yang mengalir setelah bendungan terbuka, bisikan-bisikan mulai memenuhi aula. Para anggota sekte iblis tidak bisa menyembunyikan kegembiraan m
Dengan satu gerakan anggun, kedua tangannya terangkat ke atas. Sembilan bunga peony yang melayang di sekitarnya tiba-tiba bergabung, membentuk satu bunga raksasa yang ukurannya sebanding dengan pedang qi Long Jian.Bunga itu berputar dengan kecepatan luar biasa, menciptakan pusaran energi yang menarik debu dan partikel cahaya ke dalamnya."Peony Abadi: Pengurai Surga dan Bumi," bisiknya, namun suaranya terdengar jelas di seluruh aula yang kini sunyi senyap.Bunga peony raksasa itu melesat ke atas, langsung menuju pedang qi Long Jian. Udara di sekitarnya bergetar hebat, menciptakan gelombang suara yang membuat telinga berdenging.Cahaya merah keunguan dan biru keperakan bertabrakan di udara, menciptakan ledakan energi yang membutakan untuk sesaat.Saat semua orang bisa melihat kembali, pemandangan yang menyambut mereka membuat napas tercekat. Pedang qi Long Jian telah hancur berkeping-keping, serpihan-serpihannya melayang di udara seperti kristal es yang perlahan jatuh ke lantai.Semen