Beranda / Urban / Pewaris Naga Majapahit / Bab 101. SALING TAK PERCAYA

Share

Bab 101. SALING TAK PERCAYA

Penulis: MN Rohmadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-16 21:12:59

Bab 101. SALING TAK PERCAYA

“Montir mobil?” sahut pria paruh baya yang ditanyai Jaka dengan ekspresi bingung terlihat di raut wajahnya.

Jaka menganggukkan kepalanya sebagai tanda kalau apa yang ditanyakan adalah benar adanya.

“Apa itu montir mobil? Saya tidak mengerti apa yang kamu tanyakan. Oh iya, memangnya kamu siapa dan datang dari mana?” tanya pria paruh baya yang bertelanjang dada dan sedang duduk di teras rumah model kuno yang terbuat dari kayu jati.

Kali ini Jaka yang dibuat bingung dengan jawaban pria paruh baya itu. Kemudian Jaka berkata, “Perkenalkan saya Jaka Kelud dari kota Jakarta. Kedatangan saya kemarin, karena saya mau minta tolong kalau mobil saya mogok dan tidak bisa berjalan.”

“Mobil? Mogok? Sebenarnya apa yang kamu sebutkan tadi, saya benar-benar tidak tahu apa maksudnya.”

Nafas dada tampak berat mendengar jawaban pria tua itu, yang Jaka tidak tahu sebenarnya dia sedang bertanya pada sosok Lelembut di depannya yang merupakan soso
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 102. PENCERAHAN

    Bab 102. PENCERAHAN “Mbah Marijan, ternyata anda tinggal di sini. Jadi anda ketua kampung di desa ini?” tanya Jaka dengan wajah berbinar. Tentu saja Jaka sangat senang disaat dia sedang kesulitan untuk mencari pertolongan, pada saat ini juga dia bertemu dengan seseorang yang dikenalnya. “Jaka Kelud, tidak saya sangka ternyata kamu datang mengunjungi gubug reotku ini,” kata Mbah Marijan dengan senyuman menghiasi wajahnya. Sementara itu jawara penjaga rumah Mbah Marijan tampak terdiam dan keheranan menyaksikan interaksi tuannya dengan anak muda yang baru datang ini. Kemudian Mbah Marijan mengajak Jaka memasuki pendopo rumahnya yang ternyata sangat megah seperti pendopo kerajaan. Padahal Mbah Marijan hanya seorang kepala kampung atau lurah di desa Suramadu. Seperti apa kemegahan dan keindahan istana kadipaten maupun istana kerajaan, jika pendopo rumah seorang kepala kampung saja sudah begini mewah dan indahnya. Jaka memandangi ukiran antik di setia

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 103. KEMBALI KE DIMENSI MANUSIA FANA

    Bab 103. KEMBALI KE DIMENSI MANUSIA FANA Jaka yang mendengar penuturan mbah Marijan tampak termangu dan terdiam, otaknya segera mengingat apa yang terjadi pada dirinya beberapa waktu yang lalu. Akhirnya dia menyadari kalau di dalam tubuhnya ada sesuatu yang membuatnya sangat memahami dan sangat cepat menguasai ilmu beladiri silat, meskipun hanya sekedar menonton dari video aplikasi online. “Iya mbah, kalau di pikir-pikir saya juga heran, bagaimana mungkin saya bisa menguasai ilmu silat dengan sangat mudah, meskipun hanya melihat setiap jurus dan cara bertanding para jago silat melalui video online.” “Nah itu maksud mbah, Karena kamu sudah datang sendiri ke tempat mbah, maka mbah akan mengajari cara agar kamu bisa membangkitkan kekuatan yang ada di dalam tubuhmu. Apakah kamu mengikuti saran dan petunjuk dari mbah?” ucap mbah Marijan dengan tatapan serius ke arah Jaka Kelud. “Mau mbah, tentu saja saya mau diberi petunjuk oleh mbah Marijan, kalau tidak merep

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 104. KEMBALI KE RUMAH

    Bab 104. KEMBALI KE RUMAH Sambil mengemudi pikiran Jaka kembali ke tempat aneh yang bernama desa Suramadu dan bertemu dengan mbah Marijan. Jaka sangat tahu kalau tempat yang baru saja dia datangi bukanlah mimpi, tapi sebuah tempat yang merupakan desa wisata, itu yang ada dalam pikiran Jaka. Jaka tidak menyadari kalau dia sudah berada di dimensi lelembut itu selama tujuh hari lamanya, Jaka menganggap baru sebentar saja, padahal tujuh hari di dimensi lelembut sama dengan tujuh bulan di dimensi manusia fana. Jaka tentu saja belum menyadari hal ini, dia mengemudikan mobilnya untuk pulang. Tak lama kemudian sampailah Jaka di depan pintu gerbang rumahnya, sepasang mata Jaka membelalak tidak percaya melihat apa yang ada di depannya. “Aneh, kenapa rumahku ditumbuhi banyak sekali rumput liar? Apakah saya salah mendatangi rumahku?” gumam Jaka saat akan membuka pintu gerbang rumahnya. Jaka tidak jadi membuka pintu gerbang rumahnya, dia mengedarkan pandangannya ke se

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 105. MENYADARI APA YANG TERJADI

    Bab 105. MENYADARI APA YANG TERJADI Sambil mengemudi, Jaka mulai membaca pesan-pesan yang masuk ke ponselnya. Seketika matanya membelalak lebar seakan tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Karena dalam catatan pesan yang masuk, ada pesan yang masuk ke ponselnya sejak satu bulan, dua bulan, tiga bulan hingga banyak yang tujuh bulan yang lalu, sesuai dengan dokumen pengiriman pesan serta panggilan telepon yang masuk ke ponselnya. “Gila, ini benar-benar gila. Sebenarnya ponselku yang salah dan error atau memang saya yang lupa tidak pernah membuka pesan yang masuk? Tapi tidak mungkin, bukankah kemarin saya berkunjung ke desa wisata Suramadu baru semalaman saja? Dan ponselku kebetulan lowbat, tapi kenapa catatan waktu di ponsel tertulis kalau pesan yang masuk memang itu adanya?” Ciiit…. Dalam bingungnya, Jaka segera melihat waktu serta tanggal dan bulan yang muncul secara otomatis di ponselnya. Seketika mata Jaka membelalak sangat lebar dan tan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 106. KEMBALI KE KAMPUS

    Bab 106. KEMBALI KE KAMPUS “Betul, ini adalah ide yang bagus untuk mendapatkan saran dari Intan tentang apa yang terjadi dalam tujuh bulan ini.” Kemudian menekan tombol panggil pada ponselnya, segera saja panggilannya sudah ada yang menerimanya. “Hallo… ini siapa?” terdengar suara lembut dari seorang wanita yang menjawab panggilan telepon Jaka. “Hallo, ini Jaka,” sahut Jaka dengan penuh semangat, dia sangat mengenali suara Intan meskipun dia sudah tidak bertemu selama tujuh bulan, menurut tanggalan di dunia fana. “Jaka?... Apa?... kamu Jaka… Jaka Kelud?” teriak Intan dari seberang ponselnya. Pagi ini Intan sedang mengemudikan mobil kesayangannya menuju kampus Universitas Matrix, ketika tiba-tiba saja ada panggilan masuk kedalam ponselnya. Awalnya Intan merasa terkejut melihat nama orang yang meneleponnya, dengan rasa penasaran dia menerima panggilan telepon Jaka. Begitu dia mendengar suara Jaka yang sudah lama tidak terdengar seketika memb

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 107. AJIAN PENAKLUK JIWA

    BAB 107. AJIAN PENAKLUK JIWA Mahasiswa itu terus memperhatikan Jaka dan Intan yang menghiraukan mereka dan terus berjalan menuju kantor dosen. Tak lama kemudian Jaka dan Intan sampai juga di kantor dosen Saras. Begitu sampai di kantor dosen, orang yang mereka cari sepertinya belum berangkat, sehingga Intan mengajak Jaka menunggunya. “Jaka, sebaiknya kita menunggu bu Saras terlebih dahulu. Bagaimanapun juga kamu juga tidak tahu akan masuk kelas ke semester tiga atau mengikuti mata kuliah semester satu bersama mahasiswa baru,” ucap Intan yang mencari kursi untuk duduk menunggu kedatangan dosen Saras yang ada di luar kantor. Sambil menunggu kedatangan dosen Saras, Intan menanyakan apa sebenarnya yang terjadi dengan Jaka, hingga tiba-tiba saja menghilang tidak ada kabar berita selama tujuh bulan lamanya. Dengan terus terang, Jaka menceritakan apa yang terjadi. Meskipun berterus terang, Jaka tidak menceritakan pertemuannya dengan mbah Marijan di dimensi Le

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 108. MENGELUARKAN KEMAMPUAN TERSEMBUNYI

    Bab 108. MENGELUARKAN KEMAMPUAN TERSEMBUNYI Sebenarnya Jaka bisa langsung memerintahkan Rektor Agus untuk langsung menerimanya masuk kelas bersama teman-temannya. Akan tetapi Jaka tidak melakukan itu, karena dia ingin saat dia diterima masuk kelas, tidak ada pelanggaran hukum dan kedisiplinan. Karena itulah Jaka berusaha menaklukan jiwa dan pikiran Rektor Agus dengan lembut, sehingga dia bisa berpikir secara logis dan tidak langsung menerima begitu saja bisikan yang masuk ke otaknya. “Begini saja, terima Jaka masuk ke kelas yang sama dengan temannya, tapi beri dia ujian susulan kenaikan semester tiga. Dan satu lagi, cabut beasiswanya sebagai hukuman atas ketidak disiplinannya selama ini.” Bisikan itu kembali masuk ke otaknya bersamaan dengan rasa sakit yang menyerang kepalanya. “Siapa kamu? Kenapa kamu bisa masuk ke pikiranku,” kata Rektor Agus dalam benaknya. “Aku? Aku adalah jiwa bersih dan jiwa baik yang ada di dalam tubuhmu, atau yang lebih dikenal

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 109. AJIAN LAMPAH LANGIT

    Bab 109. AJIAN LAMPAH LANGIT Saking senangnya Jaka melompat begitu saja keatas, dan tanpa sadar lompatannya sangatlah tinggi hingga melewati genteng rumahnya yang berlantai tiga. Wuss… Tentu saja Jaka sangat panik ketika tubuhnya tiba-tiba saja melesat ke atas dengan sangat cepat melewati atap rumahnya dan terus naik hingga ketinggian seratus meter. Jaka segera mengatur nafas dan emosinya untuk mengontrol gerakan tubuhnya yang melayang di udara. Setelah nafasnya kembali normal dan menghilang rasa kagetnya, dengan perlahan Jaka berusaha mempraktekkan ilmu Ajian Lampah Langit yang membuatnya bisa melayang di udara hampa. Setelah menghentikan daya lontar tubuhnya, Jaka berusaha menapakkan kakinya di atas udara dan ajaibnya, seketika itu juga udara yang di injak kakinya langsung memadat. “Wah hebat, ternyata ilmu yang diberikan guru Naga sangat hebat,” ucap Jaka sambil berjalan-jalan di atas udara kosong sambil menari. Saking senangnya bisa berjal

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21

Bab terbaru

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 179. MIMPI ANEH

    Bab 179. MIMPI ANEH “Pak dokter, apakah yang anda katakan ini betulan?” sambil memegangi tangan dokter Sasongko, Sugeng Buwono berkata dengan ekspresi penuh dengan tanda tanya. Dokter Sasongko tersenyum, kemudian menganggukan kepalanya alih-alih menjawab pertanyaan kakek Sugeng Buwono. Begitu mendapat jawaban dari dokter Sasongko, seketika semua orang langsung tersenyum gembira, kecuali dua orang yang sedang memasang ekspresi gembira tapi palsu. “Pak dokter, cepat antar saya ke ruang ICU untuk bertemu dengan suamiku,” dengan rasa gembira yang meluap, Melati Sugiri segera meminta dokter Sasongko untuk memimpin jalan menuju ruang ICU. Akhirnya semua orang di ruang VVIP, segera pergi ke ruang ICU untuk melihat keadaan Rustam Buwono. Karena baru saja tersadar dari komanya, sehingga Rustam Buwono masih dibiarkan tinggal di ruang ICU, agar bisa di pantau kesehatan dengan lebih intensif lagi. Seketika ruang ICU dipenuhi dengan keluarga Buwono yang me

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 178. PRANA PENYEMBUHAN

    Bab 178. PRANA PENYEMBUHAN “Nah, sepertinya saraf kecil itu yang menyebabkan pendarahan otak dan ada memar di otaknya yang perlu disembuhkan. Dan itu juga masih ada sisa darah yang belum dibersihkan,” gumam Jaka Kelud dengan mata terus memeriksa seisi kepala Rustam Buwono. Setelah memastikan luka yang ada di dalam kepala Rustam Buwono, tangan Jaka Kelud yang menempel di ubun-ubun kepalanya segera saja menyalurkan energi Prana ke bagian kepalanya. Keajaiban segera terjadi, sesaat setelah Jaka Kelud menempelkan tangannya di kepala Rustam Buwono. Sisa-sisa darah yang belum tuntas di bersihkan di dalam otak, secara ajaib menghilang dan keluar dari batok kelapa berubah menjadi uap. Dengan Mata Prananya, Jaka Kelud bisa memastikan setiap luka di dalam kepala Rustam Buwono kembali normal dan mengalami peremajaan dengan sangat ajaib. Rasa hangat dari Prana Jaka Kelud langsung membuat kinerja saraf serta jaringan yang ada di kepala Rustam Buwono menjadi beker

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 177. MATA PRANA X RAY

    Bab 177. MATA PRANA X RAY Dokter Sasongko menatap pemuda di depannya dengan tatapan curiga sambil menanyakan profesi Jaka Kelud. “Saya bukan seorang dokter, tapi saya bisa memberi pertolongan pertama kepada seseorang yang terluka.” “Ha ha ha ha…. kamu ini lucu sekali anak muda. Memangnya Rumah Sakit ini disamakan dengan sekolahan yang hanya mengajarkan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan? Tolong anak muda, kalau bicara itu lihat situasi dan tempatnya,” kata dokter Sasongko dengan nada mengejek. Jaka kelud sama sekali tidak tersinggung ataupun marah dengan perkataan dokter Sasongko. Tentu saja dia tahu maksud dari perkataannya yang merendahkan kemampuan pengobatan yang dimilikinya. Jaka tidak menyalahkan jalan pikiran dokter Sasongko yang merupakan seorang profesor atau ahli bedah otak yang sangat terkenal. Sedangkan pada saat ini Rustam Buwono sedang di tangani olehnya, bahkan dia juga sedang berusaha dengan keras untuk menyembuhkan luka

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 176. DI USIR DARI KANTOR DOKTER

    Bab 176. DI USIR DARI KANTOR DOKTER Petugas bagian Informasi itu tidak langsung menjawab pertanyaan Jaka Kelud, dia malah memandangi sosok Jaka Kelud dari atas sampai bawah dengan tatapan curiga. “Bapak ini apanya pak Rustam kalau boleh tahu?” “Saya kenalannya, kebetulan saya sedang menjenguk bersama teman saya di ruang VVIP nomor sepuluh.” “Oh, bapak beneran temannya pak Rustam?” Nada bicara karyawan bagian Informasi terdengar mulai ramah, setelah Jaka Kelud mengaku sebagai temannya Rustam Buwono. “Tentu saja benar, untuk apa saya berbohong tidak ada untungnya.” “Ha ha ha ha… maaf, saya hanya tidak ingin memberikan informasi kepada yang tidak berkepentingan saja. Tunggu sebentar biar saya cek dulu.” Kemudian petugas bagian informasi segera sibuk di depan komputernya dan terlihat sedang mengetik sesuatu di keyboardnya. Tak lama kemudian, petugas itu segera memandang kearah Jaka Kelud. kali ini tatapannya terlihat serius, sebelum akhirn

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 175. SUGENG BUWONO KEPALA KELUARGA KONGLOMERAT BUWONO

    Bab 175. SUGENG BUWONO KEPALA KELUARGA KONGLOMERAT BUWONO “Bukan gadis itu, kalau gadis itu saya sudah tahu. Maksudku siapa anak muda itu,” kata kakek Sugeng Buwono sambil menatap kearah Jaka Kelud yang sedang berdiri sambil menyandarkan punggungnya di dinding Rumah Sakit. “Oh dia. Dia itu temannya Intan,” kata Melati Sugiri sambil tersenyum ke arah Jaka kelud kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke Sugeng Buwono atau ayah mertuanya. “Iya, saya juga tahu dia temannya nak Intan. Kan dia datang ke Rumah Sakit ini bersama nak Intan, yang saya ingin tanyakan adalah apakah kita pernah mengenal dia atau keluarganya?” Begitu mendengar perkataan Sugeng Buwono, semua orang seketika memusatkan pandangannya ke arah Jaka Kelud, dan memandangnya dengan tatapan penuh selidik. Sementara itu Jaka Kelud yang sedang menjadi pusat perhatian semua orang tampak serba salah, dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal sambil tersipu malu. Melati Sugiri yang mendapat per

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 174. RUSTAM BUWONO KECELAKAAN

    Bab 174. RUSTAM BUWONO KECELAKAAN Dan benar saja ketika teriakan itu baru saja berhenti, tiba-tiba saja. Blar….!!Sebuah ledakan yang cukup keras terdengar di tengah jalanan, diikuti dengan terangkatnya mobil milik wanita cantik itu yang meledak seperti terkena bom mobil. Warga yang berdiri terlalu dekat dengan mobil yang meledak tersambar api yang menyambar, sehingga wajah mereka menghitam dengan rambut dan pakaian yang terbakar. Seketika itu juga kepanikan melanda di sekitar mobil yang meledak. Sementara itu Jaka Kelud tampak tersenyum senang, melihat kejahilannya membuahkan hasil. Dengan meledaknya mobil wanita cantik yang sok berkuasa dan tidak mau mengganti kerusakan mobil Intan Warsito yang ditabraknya, maka kekesalan Intan pasti akan terobati. Jaka segera menjalankan mobilnya meninggalkan tempat dia parkir, sementara itu Intan Warsito yang sudah melajukan mobilnya lebih dulu, sudah tidak terlihat. Sesampainya di kampus, tern

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 173. MEMBERI HUKUMAN WANITA CANTIK

    Bab 173. MEMBERI HUKUMAN WANITA CANTIK Intan warsito balas mengejek wanita cantik itu sambil melirik ke arah Jaka kelud dengan ekspresi penuh dengan kemenangan. Siapapun orangnya tentu saja sangat senang, jika dalam menghadapi suatu masalah kedatangan orang yang dikenalnya. Dengan kedatangan orang yang dikenalnya, maka urusan akan lebih mudah, karena akan ada yang mendukungnya. Demikian juga dengan Intan Warsito dalam pikirannya, keberaniannya untuk minta ganti rugi atas kerusakan mobilnya semakin menjadi-jadi saja. Brak…! “Cepat kamu ganti kerusakan mobilku, atau kita berurusan dengan pihak Polisi.”Dengan kuat Intan Warsito menggebrak kap mesin mobil wanita cantik itu, sambil memperlihatkan sikap serius kalau dia minta ganti rugi. “Ha ha ha ha… mau dibawa ke pihak Polisi? Baiklah, mari kita lapor Polisi dan lihat apakah Polisi akan membantumu? Hi hi hi hi….” Wanita cantik itu sama sekali tidak takut, saat diancam untuk dilaporkan ke piha

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 172. INTAN YANG APES

    Bab 172. INTAN YANG APES Tangan Jaka Kelud segera diangkat ke atas langit, sedangkan mulutnya terlihat sedang bergerak-gerak seperti sedang membaca mantra. Langit yang sebelumnya cerah, tiba-tiba saja dipenuhi awan hitam yang bergerak dari segala arah dan menumpuk di atas gedung PT Nusa Bangsa. Jegler…! Blarr…!Suara petir menggelegar dan saling bersahutan membuat penduduk bumi ketakutan, melihat fenomena aneh yang baru saja mereka lihat. Petir menyambar-nyambar di susul turunnya air hujan dari langit yang langsung deras begitu saja, tanpa didahului gerimis seperti biasanya. Petir yang bersahutan bahkan menghantam trafo listrik, sehingga alam seketika menjadi gelap gulita meskipun saat ini masih siang hari. Bahkan ada tiang listrik yang roboh terkena hantaman petir yang menyambar dari langit. Tubuh Jaka Kelud yang berdiri di atap gedung sudah basah kuyup, akan tetapi dia tidak memperdulikannya. Sekali lagi tangan Jaka Kelud mengibas k

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 171. MENGHILANGKAN JEJAK

    Bab 171. MENGHILANGKAN JEJAK Dalam sekejap semua orangnya Raden Tukimin yang ada di ruang meeting menghilang, demikian juga dengan para mayat yang tergeletak diatas lantai. Bahkan Jaka Kelud juga ikut menghilang dari ruang meeting, kemudian muncul lagi di sebuah lembah yang sangat dalam yang bersuhu sangat dingin. “Dimana ini?” Terdengar suara orang berteriak kebingungan dengan tubuh menggigil dan gigi bergemeletuk saking dinginnya suhu udara di tempat mereka sekarang berada. “Di pintu neraka, ha ha ha ha….” “Bocah apa yang kamu lakukan kepada kami?” teriak seorang pria yang tidak asing bagi Jaka Kelud. Rombongan orang yang sedang berdiri dengan tubuh menggigil tentu saja Raden Tukimin dan anak buahnya yang masih hidup, yaitu para pengacara dan sekretarisnya. “Saya tidak bicara apa-apa, hanya berbicara apa adanya. Sekarang lihat apa yang ada di bawah kalian,” kata Jaka Kelud dengan nada santai. Begitu mendengar perkataan Jaka Kelud, me

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status