Jaka, yang sering dihina karena kemiskinannya, diasuh oleh pemulung miskin setelah terpisah dari orangtuanya akibat kecelakaan. Namun, saat jatuh ke jurang di lereng gunung Kelud, ia memperoleh kekuatan dan ilmu bela diri dari Naga Majapahit, mengubahnya menjadi master yang kuat. Tak sampai di sana, Jaka menemukan bahwa dia sebenarnya berasal dari keluarga konglomerat, bukan miskin seperti yang dia kira. Apa yang akan terjadi jika orang-orang yang dulu menghinanya mengetahui identitas Jaka yang sebenarnya?
View MoreBab 1. MAHASISWA MISKIN
"Hai Kuli, cepat kemari!”
Terdengar mahasiswa senior memanggil seorang pemuda yang sedang berjalan di selasar Universitas Matrix.
Mahasiswa yang dipanggil kuli tentu saja tidak menoleh, dia tetap terus berjalan menelusuri Selasar menuju kantin.
Kemudian empat orang mahasiswa Senior langsung menghadang langkah Jaka dengan senyum penuh dengan hinaan terlukis di wajah mereka.
Jaka Kelud langsung berhenti dan menatap keempat mahasiswa senior yang menghadangnya dengan tatapan tidak suka.
Meskipun Jaka merupakan orang miskin, dia tetap tidak suka jika ada orang yang bersikap kasar kepadanya.
Jaka masih bisa mentoleransi orang yang menghina kemiskinannya, akan tetapi jika ada yang berniat mengganggunya maka rasa takut dan rendah dirinya akan menghilang seketika itu juga.
Jaka Kelud sendiri merupakan mahasiswa semester dua, sedangkan mahasiswa senior dan teman-temannya yang menghadang Jaka merupakan mahasiswa semester enam dan merupakan ketua BEM Universitas Matrix.
Mahasiswa yang memimpin para mahasiswa senior ini bernama Yoga yang berasal dari keluarga konglomerat, dengan statusnya ini tentu saja dia selalu memandang rendah setiap mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin.
Apalagi dia tahu kalau Jaka Kelud masuk Universitas Matrix ini menggunakan beasiswa yang membuatnya bisa belajar tanpa harus membayar biaya semester dan lainnya.
“Ada apa kak?”Jaka bertanya dengan sopan ke arah mahasiswa yang menghadang langkahnya.
“Kamu ini benar-benar orang miskin yang tidak tahu diri. Kalau dipanggil tuan muda sebaiknya kamu cepat datang dan mendekat, Dasar orang miskin, apa kamu ingin kami hajar terlebih dahulu agar kamu bisa mendengar saat kami panggil?”
“Betul sekali, kalau jadi mahasiswa yang mengandalkan beasiswa itu jangan terlalu belagu, dasar miskin tapi sok bergaya dasar sombong dan tak tahu diri.”
Jaka yang awalnya sudah menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Yoga untuk menanyakan alasan dia dipanggil segera berniat untuk melanjutkannya langkah kakinya lagi ketika mendengar hinaan mahasiswa senior di depannya.
Tentu saja Yoga tidak senang melihat Jaka ingin melanjutkan langkahnya dan seperti menghiraukan perkataannya.
“Berhenti, kamu mau kemana lagi? Cepat kemari,!”
Yoga yang melihat Jaka menghiraukan perkataan anak buahnya segera melambaikan tangannya sambil berteriak dengan menampilkan ekspresi tidak sukanya.
“Cepat menghadap tuan muda.”
Salah seorang mahasiswa senior yang menghadangnya langsung mendorong dada Jaka untuk segera menghadap Yoga.
Tubuh Jaka sedikit terhuyung terkena dorongan mahasiswa senior yang menghadangnya.
Jaka menatap mahasiswa itu dengan tatapan tidak suka terlihat jelas dari sorot matanya yang tajam.
“Kenapa kakak mendorongku?”
“Ha ha ha ha… lihatlah si Kuli mulai marah, ha ha ha ha…”
Bukannya minta maaf, mahasiswa senior ini malah tertawa penuh dengan hinaan sambil menunjuk ke arah Jaka yang sedang menatap ke arahnya dengan mata penuh tatapan tidak senang.
“Cepat pergi sana menghadap tuan muda Yoga!”
Sekali lagi mahasiswa senior yang menghadangnya menghardik dan terlihat tidak sabar melihat sikap Jaka.
Jaka memandangi keempat mahasiswa senior di depannya dan Yoga yang sedang menatap ke arahnya bersama anak buahnya yang lain dengan silih berganti.
Akhirnya Jaka menghela nafas berat sebelum akhirnya berjalan ke arah Yoga dan menyapanya.
“Hallo kak, ada apa kakak memanggilku.”
“Nah begitu baru anak yang baik, Jadi orang miskin itu jangan belagu. Apa kamu tidak ingin tetap kuliah di Universitas ini? Belikan aku rokok di minimarket, ini uangnya.”
Yoga melemparkan uang lembaran seratus ribu rupiah ke wajah Jaka dengan ekspresi penuh dengan penghinaan tergambar jelas di wajahnya, setelah menyampaikan perkataan penuh dengan ancaman.
Dengan cepat Jaka pergi ke minimarket yang ada di dekat Universitas untuk membeli rokok pesanan Yoga dengan perasaan kesal, setelah memungut uang seratus ribu rupiah di lantai.
Tak lama kemudian Jaka sudah kembali dan menyerahkan sebungkus rokok dan korek api kepada Yoga dengan tatapan datar.
Dalam hati Jaka sebenarnya sangat marah dan benci diperintah oleh Yoga, tapi dia menyadari keadaan dirinya yang hanya mahasiswa miskin bisa kuliah di Universitas ternama ini saja dengan jalur Beasiswa.
Jaka tidak ingin membuat keributan yang akan membuatnya mendapatkan poin dan beasiswa yang didapatkan akan dicabut oleh pihak Universitas.
Hal ini bagi Jaka bukanlah sesuatu yang memalukan, yang penting dia tidak disuruh melakukan perbuatan jahat atau abnormal.
“Ambil kembaliannya untuk kamu saja, sana cepat pergi baumu itu mengganggu penciuman kami.”
Yoga melemparkan uang lima puluh ribu rupiah kembalian membeli rokok ke lantai seperti sebelumnya saat dia menyuruh Jaka untuk membeli rokok.
Hati Jaka langsung memanas melihat sikap arogan kakak seniornya ini, dengan menahan sabar Jaka mengambil uang lima puluh ribu rupiah itu di lantai kemudian pergi meninggalkan mereka tanpa banyak bicara.
“Ha ha ha ha…. dasar pecundang tetap saja pecundang, makanya jadi orang itu jangan terlalu belagu.”
Suara tawa anak buah Yoga menggema di selasar Universitas berbasis teknologi yang sangat ternama di kota Jakarta ini.
Sementara Yoga dan teman-temannya tampak memandangi punggung Jaka sambil bergosip menghinanya.
Dengan cepat Jaka meninggalkan Yoga dan yang lainnya, melanjutkan perjalanannya ke kantin untuk makan siang.
Selepas berkuliah, Jaka yang mesti mencari tambahan langsung menuju area konstruksi tempatnya bekerja paruh waktu dengan bis.
Tak berselang setengah jam, kini terpampang di hadapannya sebuah area konstruksi gedung apartemen lima puluh lantai yang sedang dalam pembangunan.
“Hai Jaka, kamu sudah datang ayo cepat ganti pakaianmu kita mulai kerja.”
“Siap.”
Begitu memasuki lokasi konstruksi, Jaka sudah disambut seorang mandor proyek dengan ramah.
Ketekunan dan sikap kooperatif Jaka selama bekerja di lokasi konstruksi membuat semua rekan kerjanya sangat menyukainya.
Apalagi tidak suka bicara dan tidak suka membantah setiap perintah mandor atau rekan kerjanya yang meminta bantuan.
Bekerja di lokasi Konstruksi adalah pekerjaan paruh waktu yang dilakukan Jaka Kelud Setiap pulang Kuliah, lebih tepatnya Jaka mulai bekerja pukul empat sore hingga sepuluh malam.
Saat ini Jaka Kelud sudah berganti pakaian kerja dengan helm keamanan terpasang di kepalanya untuk menghindari benda kecil jatuh menimpanya yang akan menyebabkan kecelakaan yang tidak perlu.
Waktu berlalu dengan cepat tidak terasa jam kerja Jaka hampir selesai, saat ini waktu sudah menunjukkan waktu pukul sembilan malam yang berarti satu jam lagi jam kerja Jaka Kelud sudah selesai.
Saat ini Jaka sedang asyik dengan pekerjaannya mengambil batu batu bata dan dipindahkan ke sebuah troli yang akan dibawa ke atas menggunakan crane.
Pada saat sedang asik membungkuk untuk merapikan batu bata di depannya sambil menunggu troli crane yang baru saja naik menuju lantai dua puluh turun lagi untuk kembali mengangkut batu bata, tiba-tiba dari langit turun hujan batu bata.
Brak brak brak…
“Jaka...!”
“Jaka…!”
***
Bab 346. PERJODOHAN “Eh,bukankah itu mobil orang tuaku?” kata Intan saat akan memasukan mobilnya ke halaman Mansion Buwono. Memang benar tebakan Intan, karena sebelumnya Melati Sugiri sudah membuat rencana dengan orang tua Intan. Dia meminta Rustam Warsito dan Camelia Widodo untuk datang kerumahnya, dia juga mengatakan akan menyuruh Jaka Kelud dan Intan Warsito datang juga ke Mansion Buwono. Jaka Kelud yang tidak begitu tahu mobil milik orang tua Intan, tentu saja tidak peduli dengan keberadaan mobil orang tuanya Intan. Jaka Kelud memarkirkan mobilnya tepat disamping mobil orang tua Intan, disusul Intan yang memarkirkan mobilnya di sampingnya. Setelah turun dari mobilnya, Jaka Kelud menunggu Intan keluar dari mobil, kemudian mereka berdua berjalan beriringan memasuki Mansion keluarga Buwono. “Assalamu’alaikum,” kata Jaka Kelud begitu sampai di depan pintu utama Mansion Buwono. Meskipun Mansion ini sudah menjadi rumahnya, akan tetapi Jaka
Bab 345. DIUNDANG MELATI SUGIRI Jaka Kelud mengerutkan keningnya mendengar perkataan Intan, kemudian berkata, “kenapa kamu malah kepikiran setelah mengatakan siapa saya? Kamu tidak salah, lambat laun kedua orang tuamu pasti akan tahu juga.” Mendengar perkataan Jaka Kelud, perasaan Intan langsung merasa lega seakan beban yang dipikulnya sudah menghilang. Waktu berlalu dengan cepat, akhirnya jam perkuliahan pun usai setelah seharian serius mendengarkan pembelajaran dari dosen. Saat mereka sedang berjalan menuju tempat parkir, ponsel Intan bergetar sebagai tanda kalau ada orang yang meneleponnya. Buru-buru Intan mengambil ponselnya yang ada di dalam tasnya, begitu melihat siapa yang menghubunginya dia segera berkata kepada Jaka Kelud, “Tante Melati menelepon, saya angkat sebentar.” Jaka Kelud hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda kalau dia mengijinkan Intan untuk menerima panggilan dari Melati Sugiri. Dia juga penasaran dan ingin tahu apa ya
Bab 344. KETERKEJUTAN MELATI SUGIRI “Uhuk… uhuk…” Camelia pura-pura terbatuk untuk menghilangkan kegugupannya mendengar perkataan Melati Sugiri. Orang tua mana yang tidak marah, jika mendengar ada orang yang berani memarahi anaknya. Camelia dan Rustam pun menyadari hal ini, sehingga mereka seakan membisu tidak bisa menjawab pertanyaan Melati Sugiri. “Maafin kami jeng Mel, kami sebelumnya tidak tahu kalau Jaka Kelud itu adalah Rangga Buwono anakmu. Karena itulah Rustam memarahi Jaka malam kemarin.” “Kalian ini, bukankah kalian sudah tahu kalau Jaka Kelud itu adalah Rangga anakku dari penuturan Intan? Kenapa kamu masih saja memarahi anakku?” “Bukan begitu jeng Mel, kemarin malam suami saya belum tahu kalau Jaka Kelud adalah Rangga Buwono anak kamu. Kami baru tahu hal ini setelah nak Jaka Kelud pulang dan kami akan memarahi Intan. Saat itulah Intan menceritakan siapa Jaka Kelud itu,” perasaan Camelia Widodo seakan menjadi lega setelah mengatakan h
Bab 343. MERASA BERSALAH “Anak kampung? Siapa yang kamu maksud sebagai anak kampung?” terdengar suara Melati Sugiri yang dari speaker ponsel. Begitu mendengar perkataan Melati Sugiri, tanpa sadar Camelia Widodo menepuk-nepuk mulutnya dengan perlahan setelah merasa kalau perkataannya barusan yang mengatakan Jaka Kelud sebagai anak kampung sangatlah terlalu lancang. “Aduh… kenapa mulut ini bisa keceplosan begini? Apa yang harus saya katakan kepada Melati Sugiri?” kata Camelia Widodo dengan wajah panik sambil menatap Rustam Warsito yang juga ikut panik saat mendengar perkataan Melati Sugiri. “Jeng… jeng… jeng Lia… ada apa? Kenapa jeng Lia diam?” terdengar suara Melati Sugiri yang merasa penasaran dengan apa yang dilakukan Camelia Widodo yang tidak langsung menjawab pertanyaannya. Segera saja Camelia tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Melati Sugiri. “Eh, iya, maaf saya sedang ada pikiran jadi omongan saya jadi ngelantur. Harap jeng Melati memaklum
Bab 342. AIR MATA BAHAGIA Melihat ekspresi kedua orang tuanya yang terlihat sangat penasaran, bukannya langsung mengatakan apa yang baru saja tadi dia katakan, Intan malah pura-pura tidak mendengar dan kembali menggigit sandwich di tangannya. Melihat sikap cuek Intan, Rustam Warsito yang sudah tidak sabar ingin segera membentak saat tangannya mulai bergetar sambil menunjuk ke arahnya. Akan tetapi Camelia segera menatap wajah suaminya dengan tatapan tajam, seakan memberi kode kalau dia tidak boleh berkata kasar kepada Intan. Benar saja setelah mendapat tatapan tajam dari Camelia, Rustam seperti katak yang di injak tubuhnya langsung terdiam tidak berani mengeluarkan suara. Setelah memberi peringatan kepada Rustam, Camelia kembali menatap Intan dan berusaha membujuk untuk menceritakan berita yang sangat mengejutkan ini. “Intan… please… ibu ingin dengar lagi apa yang tadi kamu katakan? Apa yang kamu katakan tadi beneran?” Setelah bersikap cuek unt
Bab 341. KABAR MENGEJUTKAN TENTANG JAKA KELUD “Intan, kamu dengar ibu ngomong apa?” kata Camelia Widodo mengeraskan suaranya sambil menatap Intan yang sedang asik mengolesi selai di roti tawarnya sambil menepuk paha anak gadisnya yang duduk disampingnya. Intan segera menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke ibunya dalam diam, tatapannya menyiratkan sebuah arti kalau dia tidak ingin membahas soal tadi malam. Camelia menatap wajah Intan dengan tajam, dalam benaknya mulai menebak kalau anak gadisnya ini sedang dilanda cinta. Hanya saja cinta yang dimiliki anak gadisnya sepertinya salah sasaran, karena Intan mencintai anak kampung yang tidak jelas . Setelah menghela nafas perlahan, Camelia mulai membuka percakapan, “Intan tadi malam kamu habis darimana?” Intan tidak langsung menjawab pertanyaan ibunya, dia terlebih dahulu menggigit roti di tangannya dan mengunyahnya perlahan dan menelannya, barulah dia membuka mulutnya. “Intan main kerumah Jaka Kel
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments