BERSAMBUNG
Mahyudin kini sudah dalam perjalanan menuju Batupecah, yang bisa di tempuh lebih cepat dengan adanya jalan alternative, kembali dia boking mobil travel, agar cepat sampai ke tujuan.Ingat Irma yang miliki bukit kembar aduhai, Mahyudin senyum sendiri. Gara-gara kelakuan nakalnya di pantai itu, Irma sampai ngajak dia chek in di sebuah hotel, tapi Mahyudin dengan halus menolaknya. “Esam…Desa Bitahan…!” batin Mahyudin.Tak sampai 3 jam dia kini sudah sampai, karena sudah malam, Mahyudin pun cari hotel untuk nginap.Hanya ada satu hotel berbintang 5 di sini, yakni Hotel Audrey, ke sinilah Mahyudin menuju. Mahyudin tentu saja tak tahu kalau pendiri hotel ini ada hubungannya dengan klan Hasim Zailani.Sang pendiri adalah Oktaviani, anak dari Brandi Hasim Zailani dan Audrey, mantan kekasihnya jaman SMU.Kini hotel tersebut sudah di warisi cucu sang pendiri dan miliki jaringan hotel lainnya di seluruh Pulau Kalimantan hingga Sulawesi dan sahamnya 40 persen milik anak perusahaan Kanah Group.O
Irma tentu saja pangling sekali menatap Mahyudin, kini mereka santai di sebuah warung yang di tata mirip kafe kecil, tempatnya pun tak jauh dari pantai.Tanah Laut memang atau dekat pantai, sehingga banyak berdiri kafe-kafe yang tak jauh dari pantai tersebut.Kafe ini sepertinya justru sengaja di bikin buat orang...pacaran!“Nggak nyangka, kamu sekarang ganteng pakai bingit! Dulu mah kurus, dekil dan pakaian kamu pun…he-he-he maaf, kayak pengemis! Banyak sobeknya, makanya aku suka beli, sekalian nolong kamu waktu itu!” ceplos Irma tertawa.Mahyudin ingat, Irma ini sejak kecil pilih-pilih kawan, dia lebih suka berteman dengan anak orang kaya. Irma sejak kecil matrealistis apalagi ayahnya adalah Kades di kampung ini, dan keluarga Irma di kenal termasuk orkay di desa ini.Diapun bisa dekat dan kenal karena Irma ‘kasian’ dengannya dan membeli gorengan jualannya. Biarpun dari Bibi Bainah ada kekerabatan, tapi sudah lumayan jauh.Mahyudin hanya senyum mesem. “Kamu juga makin cantik Irma, su
Kita tinggalkan sejenak Risna dan Brandi yang makin dekat, kita ikuti perjalanan Mahyudin yang kini baru saja mendarat di Banjarbaru.Tanpa buang waktu, Mahyudin langsung menuju Tanah Laut, yang berjarak 40 kiloan dari ibukota Kalimantan Selatan itu.Dari Pelaihari, ibukot Tanah Laut, Mahyudin yang boking sebuah mobil travel minta di antarkan ke desa di mana dulu dia dan kakaknya, serta Bibi Bainah tinggal.Begitu tiba, Mahyudin hanya bisa memandang ‘sendu’ rumah yang dulu mereka tempati kini sudah rata dengan tanah.Rupanya tanah kebun ini sudah di jual pemiliknya pada pengembang properti. Tanah itu terlihat di patok-patok untuk dijadikan perumahan.Dia pun langsung ziarah ke makam Bibi Bainah dan lama bersimpuh di depan nisan ini.“Bi…siapakah nama ayah kandungku?” gumam Mahyudin, usai berdoa. Mahyudin selama di LPKA memang beberapa kali khatam Alqur’an, sehingga dia hapal ayat-ayat pendek, juga surah Yassin.Saat pergi dari TPU ini dan melewati sebuah pos kamling, Mahyudin terdiam
Beda dengan orang-orang kebanyakan, apalagi wanita, banyak yang klepek-klepek begitu kenalan denganya, apalagi kini dia sudah berstatus duda.Terlebih dia mempunyai klan yang sangat terkenal di republik ini.Tapi anehnya, terhadap Risna, Brandi seolah sengaja tak mau perlihatkan siapa dia sesungguhnya.Biarpun ini sudah berusia lebih 37 tahunan, tapi Brandi tetap tampan dan kharismatik, tubuhnya proporsional, tidak gemuk atau kurus. Begitu sampai di dekat mobil, Risna terkaget-kaget, Brandi masih ada di sampingnya. Saking asyiknya ngobrol, Risna tak sadar Brandi berada di sisinya. “Om…kok ikutin saya ke sini?” tanya Risna heran sendiri dan menunda masuk ke mobilnya, lebih-lebih mereka justru akrab, padahal baru kenal.“Ihh iyaa…ya, padahal aku juga mau terbang ke Surabaya…? Yahh ketinggalan pesawat nihh!” ceplos Brandi sambil tepuk dahinya.Padahal…Brandi pakai private jet, mau kapanpun dia terbang tak masalah.Risna kaget…lalu tertawa kecil.“Terpaksa beli tiket lagi dong, ya udah O
“Eitt hati-hati dek,” seru laki-laki matang ini, Mahyudin buru-buru balik lagi dan bermaksud bantu kakaknya bangun.“Tak apa Om, aku yang salah,” sahut Risna, yang uniknya malah pegangan ke tangan orang ini, hingga Mahyudin batal bantu kakaknya bangkit. Mahyudin kini hanya nonton saja.“Adek mau kemana,” laki-laki matang ini malah bertanya dan inilah yang bikin Mahyudin terdiam, pegangan pria itu masih berada di tangan kakaknya.“Mengantar adikku yang mau ke Kalimantan, ntuh orangnya” sahut Risna apa adanya.“Ohh begitu, oh ya kenalkan namaku Brandi, nama kamu siapa?!” pria matang ini kenalkan diri.Mahyudin yang dengar pria ini sebutkan namanya, kembali sampai menunda masuk ke area bandara.“Risna namaku Om!” sahut Risna, sambil menarik pelan tangannya, hingga Brandi langsung buru-buru minta maaf dan lepaskan tangan mulus ini.“Din, kamu tak masuk?” Risna malah menatap ke adiknya, yang terpana menyaksikan adegan tadi.Mahyudin malah mendekati keduanya dan senyum kecil, Brandi malah t
“Kamu mau kembali mau jadi pelaut kah?” tanya Risna terkejut.“Bukan…tapi ada yang mau aku cari ka....!” sahut Mahyudin sambil menerima kopi panas yang barusan di bikinkan kakaknya.“Hmm…ceritalah, kaka mau dengar dulu?” kini mereka duduk berhadapan di taman belakang rumah ini.Akhirnya dengan apa adanya Mahyudin ceritakan kakek Incang dan juga pesan-pesannya, untuk cari harta karun, lalu mencari orang yang bernama Ryan Hasim Zailani.“Din, kamu jangan sembarangan membunuh orang lain, emank kamu tahu siapa itu Ryan Hasim Zailanii tu?” potong Risna cepat, wajahnya juga menampakan keterkejutan.Mahyudin tentu saja menggeleng, dia tentu saja tak tahu siapa orang itu. Jangankan kenal, melihat wajah orang yang bernama Ryan Hasim Zailani itu saja dia tak pernah.“Buka ponsel kamu, searching saja di internet, maka kamu akan tahu siapa orang itu!” cetus Risna sambil geleng-geleng kepala."Mungkin karena dia lama di penjara khusus, sehingga tak tahu siapa itu klan Hasim Zailani," batin Risna sa
“Apakah si Paul itu saudaranya kakek Alex White?”Kedua wanita ini saling pandang, kaget juga dengan pertanyaan Mahyudin yang tidak di sangka-sangka ini.“Ma-maaf tuan, ka-kami kurang begitu paham, memang saat hidup si Paul pernah bilang, punya seorang kerabat jauh, namanya Alex So…eh White!”Kembali wanita yang lebih tua dan mengaku bernama Dora dan istri pertama Paul yang bicara. “Pernahkah pria yang bernama Joni White mengunjungi Paul? Jawab saja jangan takut, aku ke sini cuman mau tanya itu?” sahut Mahyudin lagi, sambil menatap kedua wanita ini bergantian.Mahyudin tak sadar, semenjak di beri kajian ilmu kebal bacok oleh kakek Incang, matanya seperti mengandung wibawa yang sangat kuat dan bikin semua orang tunduk. “P-pernah sih, dia ke sini berkunjung seminggu sebelum Paul mati...oleh t-tuan!”sahut Dora lagi.“Kalian tahu di mana sekarang alamatnya?” desak Manyudin lagi tak sabaran, inilah sifatnya yang sulit dia kendalikan, yakni selau ingin serba cepat.Keduanya kompak menggel
Mahyudin kini sudah bisa menghirup udara bebas setelah hampir 6 tahunan di penjara khusus ini, tapi Risna tak bisa menjemputnya, karena ada kesibukan.Tujuan pertama Mahyudin awalnya ingin kembali ke rumah mereka yang di tinggali kakaknya, tapi karena ingin nikmati kebebasannya, ia malah jalan-jalan dulu.Tubuhnya makin jangkung, tidak lagi kurus dan tegap kokoh dengan berat badan proporsional. Brewoknya juga mulai lebat dan di sengajanya tak di cukur, termasuk rambutnya yang mulai gondrong.Di usia 21 tahunan lebih dan sebentar lagi 22 tahunan, Mahyudin benar-benar berubah dari 6 tahunan yang lalu. Tentu saja wajahnya yang sudah makin dewasa, makin tampan saja.Hanya satu yang sama, tatapannya yang makin tajam dan sering terlihat murung!Sambil bawa ranselnya yang di gantung di bahu kanan, Rey sengaja jalan-jalan untuk menikmati kebebasannya. Puas jalan kaki, dia lalu cegat taksi.Bukannya langsung pulang ke rumah, Mahyudin bahkan sengaja turun di daerah Mangga Besar, dia seolah ingin
Mahyudin yang tiba duluan, lalu memeriksa kondisi si Kakek Incang.Begitu Mahyudin raba dada dan lehernya, si kakek kurus tinggi ini memang sudah dingin, tanda baru saja meninggal dunia.Mahyudin memandang wajah kurus pucat si kakek yang sudah beri dia ilmu kebal ini, tapi ia kini terikat sumpah, untuk membunuh Ryan Hasim Zailani.Tak lama tenaga medis yang datang bersama Bu Inge juga tiba dan mereka memastikan, si kakek misterius ini benar-benar sudah meninggal dunia karena serangan jantung, juga akibat kelelahan, selain faktor usia yang sudah renta, lebih 70 tahunan usianya.Mahyudin menatap iba nisan Kakek Incang yang meninggal tanpa ada satupu sanak family yang pernah datang menjenguknya.Mahyudin-lah sebenarnya yang paling penasaran dengan latar belakang kakek Incang ini.Dia pun juga masih ingat dengan sumpahnya, dengan kakek ini, untuk membunuh Ryan Hasim Zailani.“Siapakah sebenarnya Kakek Incang alias Alex White ini? Ahhh iya, aku akan tanya ke Bu Inge saja, pasti si montok it