Share

Bagian 14: Kekejaman Sang Rentenir

“Mbakyu, apa yang bisa kubantu?” celoteh Bawang Putih antusias.

Kepalanya celingak-celinguk. Sementara itu, tubuh yang mulai menunjukkan tanda-tanda kedewasaan itu bergerak lincah di antara karung-karung berisi herbal. Aku terkekeh melihat tingkahnya.

“Tolong cucikan cabe jawa di sana, ya, Putih.”

“Siap!”

Bawang Putih tampak langsung mengangkut keranjang berisi cabe jawa. Ya, aku memang hendak membuat jamu cabe puyang. Kunyit dan lempuyang sudah siap sedia sejak kemarin, sedangkan cabe jawa baru saja kupanen tadi pagi.

“Putih berangkat dulu, ya, Mbakyu!” seru Bawang Putih sambil tancap gas ke luar bilik kerja.

“Hati-hati!” pesanku setengah berteriak.

Bawang Putih tidak menyahut karena memang sudah menghilang dari pandangan. Aku menggeleng. Beberapa hari lalu, dia tercebur ke sungai karena terlalu semangat membantuku memetik buah ara. Semoga saja, anak itu belajar dari pengalaman agar lebih berhati-hati.

“Yap! Saatnya mengolah sampel lagi!”

Aku langsung merajang kunyit dan lemp
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status