Share

Siapa yang Lebih Pandai?

"Tenang saja, cucuku. Kau hanya perlu merasakan sakit sekali saja, yaitu pada saat luka itu tergores di pergelangan tanganmu. Di situlah kau mengikat jiwa madumu. Kini dia telah jadi milikmu," jelas Mbah. "Rasanya memang sangat sakit, tapi itulah yang namanya pengorbanan."

"Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya?" tanyaku.

"Saat Harum kembali sadar, dia akan menurut padamu. Kau bisa memberinya setetes poison lagi, lalu dia akan berhalusinasi lagi. Kau bisa menyiksa jiwanya selama yang kau inginkan. Tetapi ingat, ketika kau sudah selesai bermain-main, berikanlah jiwanya pada kami." Kali ini, Nyimas yang berbicara.

"Menyiksanya? Menyiksa apanya, Nyimas! Dia bahkan hanya terbaring lemas dan mengeluarkan air mata. Aku tak mendengarnya menjerit kesakitan seperti yang kualami!" protesku.

Mbah dan Nyim
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status