"Apa kamu tidak berfikir jika tawaranku juga baik untuk Clayton?" Hanna tersenyum menanggapi ucapan Lidya. "Aku lebih tahu apa yang terbaik untuk anakku, nyonya," sahut Lidya lalu melanjutkan langkahnya.Lidya tak menghentikan Hanna lagi, ia hanya menahan kesal, lalu menatap bingkai foto di meja kerjanya. "Andai kamu masih ada disini, semua tidak akan serumit ini," ucapnya.Langkah hanna terhenti saat hendak masuk ke kamar Clayton. Ia mendengarkan Clayton yang tengah diajak bicara dengan Rena."Tapi mama papa Clay kan baik, omah juga sayang Clay," ucap Rena."Papa sama omah sayang Clay, tapi mama lebih sayang sama Clay," sahut Clay. Entah apa yang mereka bicarakan sebelumnya, tapi Hanna memutuskan untuk mendengarkannya."Tapi nanti kalau mama sudah nggak tinggal lagi di sini bagaimana?" tanya Rena kembali."Clay akan ikut mama," jawab Clayton."Jangan dong. Di sini kan Clay di sayang banyak orang, punya rumah besar, mobil mewah, bahkan kamar Clay banyak mainan yang bagus dan mahal. M
"Cepat buka pintunya!" teriak Kelvin lagi. Dari nada suaranya, ia terdengar tengah terbakar amarah."Kenapa dia?" gumam Hanna. Ia pun turun dari ranjang, melangkah dengan malas menuju pintu kamar untuk membukanya.Klekkkkk….Kunci pintu kamar pun dibuka.Braakkk….Kelvin langsung mendorong pintu tersebut saat mendengar Hanna yang sudah membuka kunci pintunya. Ia mendorong dengan kuat hingga Hanna pun mundur karena kaget."Kamu kena— ahk!" pekik Hanna yang tak bisa menyelesaikan ucapannya, karena Kelvin langsung mendorongnya ke tembok. Kelvin setengah mencekik hingga Hanna kesulitan untuk berbicara. Hana memukul tangan Kelvin, berharap pria tersebut melepaskan cengkraman tangan di leher Hanna."Kamu benar-benar gadis pembawa sial. Sejak bertemu denganmu hingga saat ini ia, aku selalu berhasil sial karenamu," ucap Kelvin pelan tapi penuh penekanan.Hanna bisa mencium aroma alkohol yang menyengat dari nafas Kelvin. Ia yakin jika saat ini Kelvin berada dalam keadaan mabuk."Lepaskan aku,
"Apa maksudmu?" tanya Hanna. Ia mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman Kevin yang mengunci pergerakannya."Maksudku adalah apa yang kamu katakan tadi," sahut Kelvin."Lepaskan aku, brengsek!" umpat Hanna sambil terus berusaha memberontak. Sialnya, tenaganya tak sebanding dengan Kelvin. Kelvin terus mencumbui Hanna meski gadis tersebut terus memberontak. 'Sial, kenapa aku merasa sensasi yang berbeda dengan gadis sialan ini,' batin Kelvin.Kelvin yang merasa kesal pun akhirnya menghentikan ciumannya. Ia menatap Hanna dengan tajam. "Berhentilah memberontak. Sudah seharusnya kamu melayaniku sebagai istriku, Hanna!""Aku hanya istri sekedar status. Dan aku tidak peduli melayani bajinag sepertimu untuk kedua kalinya," sahut Hanna.Tentu saja ucapan Hanna memancing amarah Kelvin. "Sepertinya kamu merindukan caraku menikmati tubuhmu, seperti yang terjadi enam tahun yang lalu," ucap Kelvin.Ia langsung membalikkan tubuh Hanna, membuat secara paksa pakaian Hanna yang hanya sebuah baju t
Kelvin menatap layar ponselnya berulang kali sambil mengucek matanya, memastikan apa yang ia baca."Aku yakin jika aku tidak sedang mabuk saat ini," gumam Kelvin. Ia pun segera membalas pesan dari Rebecca.[Apa kamu yakin?]Kelvin pun langsung mengirimkan balasannya, dan tidak berselang lama sebuah foto dikirimkan oleh Rebecca. Sebuah alat tes kehamilan terlihat jelas di layar, tentu saja itu hanya semakin menambah kebingungan Kelvin, karena ia tak tahu arti dari alat tersebut.Kelvin mendengkus kesal, ia pun langsung menggeser layarnya, menelepon Rebecca."Selamat pagi sayang?" Rebecca menjawab panggilan dengan suara manja. "Apa kamu yakin jika kamu hamil?" tanya Kelvin."Aku kan sudah kasih bukti sama kamu, sayang," jawab Rebecca."Tapi bagaimana mungkin? Bukankah kamu bilang jika kamu selalu menjamin semua itu?""Kenapa kamu terdengar sepanik itu? Jika aku hamil juga kan kita mau menikah. Setidaknya anakmu yang kukandung ini lahir dengan seorang ayah, tidak seperti anakmu yang dik
"Benarkah?" sahut Kelvin. Ia pun tidak tahu alasan, kenapa Rebecca di larang masuk menemuinya.Dua orang yang mengikuti Rebecca pun masuk ke dalam setelah mengetuk pintu, dan saat itu juga Kelvin menoleh ke arah mereka."Kalian melarangnya masuk?" tanya kelvin bernada dingin pada dua karyawati yangasuk ke dalam ruangannya."Maaf tuan, kami hanya menjalankan tugas yang diberikan oleh nyonya besar, agar melarang nona Rebecca menemui anda," jawab salah satu dari mereka."Kenapa?" tanya Kelvin lagi."Karena anda sudah menikah, dan nama baik keluarga besar Wirautama menjadi taruhannya, jika nona Rebecca terus menerus menemui anda.""Dan karena itulah nyonya besar menugaskan kami untuk menghalangi nona Rebecca menemui anda."Kelvin menghela nafas. "Kalian keluarlah, aku akan bicara dengannya," ucap Kelvin meminta kedua karyawati tersebut keluar.Setelah mereka keluar, Kelvin pun menoleh ke arah Rebecca. "Kamu membiarkan mereka keluar begitu saja?" tanya Rebecca sebelum Kelvin sempat bicara
Rebecca kembali menoleh ke arah ruangan Kelvin sambil berdecak kesal. "Bahkan dia tak mengejarku," gumamnya.Rebecca melangkah sambil menahan kesalnya. Namun ditengah langkahnya, ia kembali berhenti saat melihat dua karyawati yang mencegahnya tadi.Rebecca menghampiri keduanya. Plaakkk… plaakkkk…. "Ini untuk kalian yang berani mencegahku datang ke ruangan Kelvin," ucapnya ketus.Kedua karyawati tersebut hanya bisa menunduk sambil menahan sakit di pipinya. Mereka tak berani mengatakan apapun pada Rebecca, bahkan yang melihat pun tak berani menatap ke arahnya.Rebecca bersikap seolah ia pun berkuasa, hingga arogan pada semua karyawan di perusahaan tersebut, dan mewajibkan mereka untuk menghormatinya.Setelah melampiaskan kekesalannya pada dua karyawati tersebut, Rebecca pun berlalu. Ia semakin di buat kesal saat melihat mobil avanza yang diberikan Kelvin padanya."Seharusnya mobil butut ini sudah berganti Tesla, kalau bukan gara-gara gadis sialan dan si tua bangka itu," gerutu Rebecca.
"Apa kamu berniat mencelakainya?" tanya Rebecca."Bisa dikatakan begitu. Bukankah itu cara terbaik agar wanita itu terpisah dari anaknya? Memisahkan mereka selamanya, dan saat itu juga kamu punya tempat untuk menggantikan posisinya," jawab Jeremy.Rebecca terdiam sejenak. Mungkin rencana Jeremy terdengar kejam dan menakutkan untuknya, tapi sepertinya hanya itu jalan terbaik yang harus ditempuh agar rencananya mendapatkan Kelvin berhasil tanpa ada halangan.Rebecca menatap Jeremy dengan senyuman. "Maka lakukanlah secepatnya. Aku tidak sabar untuk bisa menikmati harta Kelvin, dan membuktikan pada situa bangka itu jika hanya aku yang pantas di jadikan menantu olehnya," sahut Rebecca."Jadi, apa kamu masih gelisah memikirkan pernikahanmu dengan Kelvin?" tanya Jeremy. Ia bertanya dan tangannya menjelajah paha mulus Rebecca."Aku merasa sedikit tenang, karena yakin jika rencana kita akan segera berhasil. Ahk!" pekik Rebecca yang hampir menyerupai sebuah desahan saat Jeremy menyentuh bagian
Rebecca tak mengerti apa yang sebenarnya ada di pikiran Jeremy, tapi ia yakin jika Jeremy pasti akan melakukan sesuatu yang beresiko. Rebecca tak peduli, yang penting baginya adalah membuat Kelvin segera menikahinya, dan ia pun menuruti Jeremy untuk menanggapi permintaan Kelvin.Sementara di rumah Kelvin, Haris yang tengah meminta Rena untuk segera meninggalkan rumah besar tersebut, hanya menatap datar gadis di hadapannya yang sedang menangis.Haris menemui Rena di kamarnya karena gadis tersebut tak kunjung mau keluar dari kamar. "Kak haris, tolong jangan pecat saya. Saya janji akan menjaga Clayton lebih baik lagi, dan menghormati nona Hanna," ucap Rena."Cepat bereskan pakaianmu, atau kamu tinggalkan saja. Aku tidak punya waktu untuk menunggumu lebih lama lagi," jawab Haris tanpa merespon rengekan Rena."Tapi, aku belum bertemu nyonya besar dan nona Rebecca," ucap Rena lagi."Percuma juga kamu menunggu mereka. Pertama, nyonya besar baru pulang lusa, dan nona Rebecca tidak akan data