Zevanya luar biasa takut saat Reynard mengungkungnya, hingga tidak ada sedikit pun ruang bagi Zevanya untuk bergerak menghindar. Ketakutannya menjadi berkali lipat saat jari Reynard mengapit dagu Zevanya agar menatap wajahnya, karena bagian wajah Reynard yang pertama Zevanya lihat adalah matanya. Mata yang mengingatkannya pada Vale dan juga pria pengganti yang Ramon carikan untuknya.Berapa banyak pria bermata biru di dunia ini hingga Zevanya harus bertemu dengan salah satu dari mereka? Mengingatkan Zevanya saja pada dosanya enam tahun lalu.Dan saat ibu jari Reynard mengusap lembut bibirnya, napas Zevanya seketika tercekat, ketakutan semakin mencekamnya. Reynard pun terlihat tidak percaya dengan apa yang barusan pria itu lakukan. Tapi alih-alih menjauhkan dirinya, Reynard malah mendaratkan bibirnya di atas bibir Zevanya.Untuk sepersekian detik, jantung Zevanya seolah berhenti berdetak, sebelum akhirnya berdegup kencang, dan aliran darahnya mengalir dengan desiran menggelitik, tidak
Sulit sekali membuat Zevanya teringat pada dosanya enam tahun yang lalu. Sementara Reynard hanya ingin Zevanya mengingatnya sendiri. Tapi sepertinya wanita itu sudah benar-benar melupakannya. Harga diri Reynard semakin terluka saja dibuatnya.Reynard terus menatap Zevanya selama wanita itu mengompres lukanya. Sampai saat ini, sosok pria yang telah menyekap Reynard dan memberinya obat perangsang belum ditemukan juga. Banyak informasi simpang siur yang anak buah Reynard terima selama proses pencarian, yang hanya mengarahkan mereka pada orang yang salah.Siapapun pria itu, pastinya telah terbiasa melakukan kejahatan, bukannya pelaku kejahatan amatiran. Sekarang ini, Zevanya lah yang menjadi kuncinya. Kalau Zevanya telah mengingatnya nanti, barulah Reynard menanyakan identitas pria itu, juga alasan perbuatan jahat mereka padanya."Apa yang kau lakukan?" tanya Reynard sambil sedikit beringsut di kursinya saat Zevanya meniup lukanya."Supaya cepat kering, Tuan. Supaya saat Pak Marco datang
"Mommy!" pekik Abercio saat Zevanya baru saja membuka pagar rumah Dira."Jangan lari, Sayang. Nanti kamu jatuh!' cegah Zevanya, melihat Abercio sekencang itu membuat perutnya seketika mencelos. Tapi putranya itu tetap lari ke arahnya, hingga tubuh Zevanya terdorong ke belakang ketika tubuh kecil Abercio menubruk dan memeluk kakinya,"Mommy tumben pulang cepat?" tanya putranya itu sambil mendongak untuk menatap wajah Abercio.Zevanya perlahan jongkok hingga wajahnya sejajar dengan wajah Abercio. Senyum lembut penuh kasih tercurahkan pada putranya yang memiliki netra mata sama dengan Reynard. Untung saja wajah Abercio lebih mirip dengan Zevanya alih-alih Reynard.'Mommy sudah menemukan Daddymu, Sayang,' batinnya lirih. Ia tidak dapat memberitahu Abercio mengenai ayah kandungnya itu, sama seperti ia tidak bisa memberitahu Reynard kalau malam itu telah menghasilkan Abercio, meski untuk alasan yang berbeda.Zevanya menguatkan dirinya untuk tetap terlihat ceria di depan Abercio. Ia bertanya
"Aku harus bagaimana, Ra? Kalau aku harus terus bertemu dengannya setiap hari, aku tidak akan sanggup," isak Zevanya."Selama kamu tidak punya uang untuk membayar dendanya, kamu tidak akan bisa lepas darinya, Van. Ck, seandainya saja kamu bisa mengenali pria itu sejak awal, semua tidak akan terjadi."Zevanya menjauhkan sedikit badannya untuk menatap Dira, "Aku tidak sanggup menatap wajahnya saat itu, Ra. Aku tidak mau selalu terbayang wajah pria itu nantinya. Selama kami melakukan hubungan itu, mataku selalu terarah ke tempat lain, atau ke bagian tubuh Tuan Reynard yang lain, itu juga yang menjadi salah satu alasan aku mengetahui bekas luka di sisi kanan Tuan Reynard, karena saat tanganku tidak sengaja menyentuhnya, mataku langsung tertuju ke sana. Aku dapat melihatnya meski dalam kondisi remang-remang.""Kalau kamu bisa melihat bekas lukanya, berarti Tuan Reynard juga bisa melihat wajahmu.""Mungkin lebih tepatnya mematri wajahku ke dalam ingatannya, sampai akhirnya dapat menemukan
"Jadi, Zevanya masih memiliki ayah kandung? Kenapa kau baru mengetahuinya sekarang?" tanya Reynard dalam perjalanan menuju Mansion kakek Nicolai. Asisten kakek Nicolai meminta Reynard datang ke Mansionnya karena kakeknya itu sedang sakit.Meski Reynard tahu apa alasan sebenarnya kakek Nicolai memintanya datang, Masalah pertunangannya dengan Nada lah yang akan mereka bahas nantinya."Maaf, Tuan. Tapi baru kali ini saya sedikit kesulitan mengorek informasi tentang Zevanya. Sepertinya seseorang menyembunyikan informasi apapun melalui kata kunci Zevanya Hector. Bahkan sekedar foto keluarganya pun tidak ada," jawab Marco."Apa ini perbuatan Ramon? Mungkin mereka terlalu malu memiliki keluarga seperti Zevanya, bisa saja mereka mengetahui sifat buruk Zevanya.""Saya tidak yakin, Tuan. Tapi tidak menutup kemungkinan juga seperti itu. Saya akan menyelidikinya lebih dalam.""Minta beberapa anak buahmu untuk selalu mengawasi Zevanya selama dua puluh empat jam. Beritahu aku apapun yang mencurigak
"Sudah diputuskan dan Rey juga sudah setuju untuk pesta pertunangan akan di adakan akhir minggu ini! Jadi Nada, persiapkan dirimu. Kamu boleh mengundang kerabat dekatmu menginap di Mansion ini sampai acara pertunangan itu!" seru kakek Nicolai dengan berapi-api saat mereka semua tengah menikmati makan malam."Syukurlah, akhirnya apa yang kita rencanakan terwujud juga, Tuan Nic," ucap mama Lila sebelum berdiri dan mengangkat gelas minumannya, "Saya bersulang untuk Tuan Rey dan putri saya Nada!"Nada, kakek Nicolai dan Ramon seketika berdiri untuk bersulang, hanya Reynard saja yang tetap duduk di tempatnya dengan kedua mata menatap dingin satu-persatu dari mereka.Hingga saat ini, Reynard belum mengetahui apa yang menjadi alasan kuat kakek Nicolai memilih Nada sebagai calon istri Reynard. Dari segi materi mereka masih di bawah keluarga Avraam. Segi prestasi pun nyaris tidak terdengar apa kelebihan Nada dibandingkan dengan wanita lainnya.Dan terutama kakak laki-laki wanita itu, tidak bi
Makanan kontinental umumnya disajikan dalam tiga tahap, yang diawali dengan hidangan pembuka, hidangan utama, lalu hidangan penutup, dan Zevanya telah membeli semuanya, ia pun langsung menyerahkan makanan itu pada Reynard yang masih menunggunya di tempat yang sama."Hidangan pembuka macam apaan ini?" tanya Reynard saat membuka kotak berisi Canape. Hidangan bite-size yang semula berpenampilan menarik itu, kini terlihat tak berbentuk lagi."Maaf, Tuan. Sebelumnya bentuknya tidak seperti itu. Mungkin banyak guncangan saat saya naik ojek online tadi," jawab Zevanya. Ia harus naik ojek online supaya makanan itu lebih cepat sampai ke tangan Reynard."Kau saja yang makan!" Pria itu menyerahkan semua makanannya ke Zevanya dengan raut wajah kecewa.Bisa-bisanya dia kecewa setelah Zevanya harus menahan angin malam demi bisa membawakan makanan enak untuknya! Belum lagi ia menunggu lama makanan itu untuk sampai ke tangannya."Tapi, saya sudah makan, Tuan.""Terserah kau mau memakannya atau tidak,
"Kalau anda mau sedikit saja menurunkan standar makanan anda dan mencobanya, anda pasti tidak akan melupakan rasanya, Tuan.""Bagaimana bisa menikmati rasanya, kalau melakukannya dengan terpaksa?"Reynard tidak peduli Zevanya mau menyadari sindiran pedasnya itu atau tidak. Yang terpenting, ia telah menyiratkan kebenciannya secara tidak langsung pada wanita itu.Tapi, bagaimana Zevanya mau menyadari sindiran Reynard, kalau Zevanya bahkan tidak mengingatnya? Dan Reynard menjadi semakin dongkol padanya. Sia-sia ia membuang banyak kata untuk wanita yang terlihat setengah melamun itu, sebelum akhirnya bergumam lirih,"Kita tidak mengetahui apa yang mendorong seseorang hingga bersedia melakukan sesuatu di luar keinginannya. Atau seperti ucapan anda barusan, melakukan sesuatu dengan terpaksa. Tapi terkadang seseorang tidak memiliki pilihan untuk menolaknya."Apa Zevanya sudah mengingatnya?Kedua tangan Reynard menekan bahu Zevanya saat mengarahkan wanita itu menghadapnya, "Apa maksud ucapa