John mengusap pipi Soraya. Dengan berbisik ia berkata, "Kau ingin bukti apa, hah? Aku pasti akan membuktikannya." Soraya percaya kalau lelaki itu berkata serius. Ekspresi dan tatapan mata John sangat meyakinkan tapi ia tidak mau terikat dengan lelaki yang sama sekali belum dikenalinya. "Lupakan saja, aku hanya bercanda. Ayo, sebaiknya kita minum saja. Aku ingin mabuk malam ini, John. Aku ingin melupakan masalah yang kuhadapi saat ini. Itulah sebabnya aku ke sini, minum sampai mabuk hingga tak sadarkan diri. Kalau bisa aku meninggal karena minuman-minuman ini." Lelaki itu terkekeh. Ia meraih botol minuman yang tadi dan mengisi gelas Soraya. "Memangnya ada asalah apa? Pasti karena pria sampai kau ingin mati saja. Iya, kan?" Soraya tertawa. Setelah tawanya hilang ia segera menelan semua isi gelasnya lalu meletakkan benda itu ke atas meja. "Ya, pria yang telah membuat hidupku seperti ini. Dia juga yang membuat ibuku masuk penjara." John hanya diam. Bukannya menjawab perkataan Soraya
John sudah melarangnya untuk tidak menghabiskan semua minuman yang tersedia, tapi Soraya bersikeras dan menghabiskan semuanya.Sebagai lelaki yang sudah jatuh cinta pada pandangan pertama John hanya bisa menuruti apa yang diinginkan Soraya. Yang terpenting bagi John saat ini adalah kebahagiaan wanita itu karena tujuannya ingin membahagiakan Soraya. Sejak melihat Soraya dia sudah jatuh cinta dan dia tidak akan pernah melepaskan Soraya.Sekarang, sambil membopong tubuh Soraya John membawa wanita itu ke sebuah hotel berbintang. Karena sejak awal ia sudah menginap di hotel tersebut, John tak perlu check-in lagi dan langsung membawa Soraya ke dalam kamarnya."Ternyata tubuhmu berat juga, Sayang," keluh John seraya meletakkan tubuh Soraya ke atas ranjang. Tahu wanita itu akan merasa panas akibat alkohol yang dikonsumsinya, John melonggarkan ritsleting gaun Soraya biar wanita itu terasa nyaman, "Oke, sekarang kau bisa tidur nyenyak." John hendak turun dari ranjang dan menarik selimut untuk m
Waktu sudah menunjukkan pukul dua malam. Soraya yang tiba-tiba terbangun langsung ke kamar mandi untuk mengeluarkan semua yang dirasakannya.John sudah terlelap. Meski tidak mabuk, tapi alkohol yang dikonsumsinya cukup membuat lelaki itu mengantuk. Ia tidur di sofa dengan tubuh bagian atas yang telanjang. Tak mau keperkasaannya menuntut ketika tidur seranjang bersama Soraya, John memilih tidur di sofa dengan celana pendek dan selimut yang menutupi setengah tubuhnya.Setelah mencuci muka dan membersihkan semua badannya Soraya akhirnya keluar dan kembali tidur. Namun saat hendak menaiki ranjang matanya menangkap sosok yang sedang tertidur di sofa dengan tubuh menghadap langit-langit kamar."John," lirihnya sambil tersenyum. Ia kembali membayangkan perkataan lelaki itu saat mengatakan, bahwa dia tidak mendekati Soraya bukan karena ingin tidur bersama. Dan sebagai perempuan ia tak menyangka jika John memilih tidur di sofa daripada dengannya, "Sepertinya kau memang harus dipaksa agar mau t
Soraya memang merasa sakit, tapi membayangkan uang dan kekayaan John membuat rasa sakit itu hilang. Ia memejamkan mata saat lelaki itu berhasil menyatuhkan tubuh mereka dan bergerak mengikuti irama serta cinta yang muncul dari lubuk hati mereka yang paling dalam.***Bias mentari pagi terpapar tepat di wajah Soraya. Tubuhnya yang masih telanjang di balik selimut kini mulai bergerak akibat rasa panas yang mengenai wajahnya. Soraya terbangun. Matanya perlahan terbuka kemudian tertutup lagi.John yang baru saja keluar kamar mandi dengan handuk melingkar di pinggang kini mendekati ranjang dan memeluk Soraya. "Selamat pagi, Sayangku."Soraya tersenyum dan balas memeluknya. "Pagi juga.""Bagaimana tidurmu, apa kau tidur nyenyak?"Soraya melepaskan pelukan kemudian menatap John penuh cinta. "Sangat nyenyak. Saking nyenyaknya aku sudah tak tahu apa yang terjadi selanjutnya."John mengusap pipi Soraya. "Kau pasti sangat kesakitan ya semalam? Maafkan, tapi aku sendiri tak bisa mengontrol gairah
Frustasi mendengar Dean telah menikahi Kensky Soraya pergi ke kelab malam untuk melampiaskan dan membuat dirinya kembali mabuk.Jika sebelumnya ia hanya ingin keluar untuk menghirup udara segar karena bosan sendirian menunggu John, Soraya kini sedang menikmati minuman di dalam kelab hingga dirinya bisa menghalaukan pikiran soal Kensky dan Dean.Untung saja John memiliki insting yang kuat. Lelaki itu mencari Soraya sampai akhirnya ia menemukannya di kelab malam yang sama saat mereka bertemu."Soraya, ayo pulang. Kau kenapa ke sini tanpa meminta ijin padaku, hah?" John membopong tubuh Soraya dan membawanya ke dalam mobil."Dean ... kau benar-benar brengsek, Dean. Kau benar-benar pria brengsek."Ucapan yang terlontar dari mulut Soraya membuat John menoleh. "Dean? Siapa dia, Soraya?"Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil. Soraya berbaring di bangku penumpang. Sementara John duduk di bangku kemudi tepat di sampingnya."Dean ... kenapa kau menikah dengan Kensky? Kenapa kau mengkhianat
Soraya tahu lelaki itu pasti marah dan ia tidak suka hal itu terjadi. "Aku harus melakukan sesuatu biar John percaya padaku. Oh, John, kumohon jangan marah padaku," Wanita itu turun dari ranjang kemudian mengikuti John ke kamar mandi. Dilihatnya lelaki itu sedang mengeringkan wajah dengan handuk, "Sebenarnya___" "Kau tidak perlu menceritakannya, Soraya. Aku mengerti." "Tidak, John. Aku tidak mau kau salah paham." Lelaki itu mendekati, memegang kedua lengan Soraya. "Aku tidak apa-apa, Soraya. Aku percaya padamu. Meskipun kau tidak menceritakannya aku bisa mengerti." Lagi-lagi Soraya menggeleng kepala. Dengan mata berkaca-kaca ia menceritakan siapa Dean dan Kensky sebenarnya kepada John tanpa rahasia. "Semua salah ibuku. Dia terlalu percaya pada Dean, padahal lelaki itu hanya memanfaatkannya. Dia juga berjanji pada ibuku akan menikahiku, tapi ibuku membatalkannya karena suatu kejadian di mana ibuku dalam posisi harus memilih. Saat itu dia ingin meminta bantuan Dean dan membatalkan p
Sakit hati karena John telah meninggalkannya, Soraya setiap malam menghabiskan waktu di kelab malam untuk minum-minum. Ia bahkan tak tanggung-tanggung menghabiskan uang yang diberikan John kepadanya."Semua laki-laki itu sama. Dia pikir dengan memberikan kartu ini bisa membuatku bahagia? Kau salah besar, John."Saat ini Soraya sudah mabuk dan tanpa ia sadari ada lelaki yang sudah mendekatinya. Bahkan saking mabuknya, ia sudah tidak sadar saat lelaki itu membawanya ke kamar hotel.Semenjak itulah Soraya menjadi benci pada dirinya sendiri dan kepada setiap semua lelaki. Namun baginya untuk bertahan hidup dengan uang John tidak akan selamanya. Uang yang ada di dalam black card itu sudah hampir habis dan Soraya sudah tidak punya uang lagi. Jalan satu-satunya adalah menjadi wanita penghibur. Karena lumayan banyak lelaki yang sering mendekatinya di kelab itu, Soraya memanfaatkan kedekatan mereka dengan memberikan tarif bagi siapa yang ingin dilayaninya."Kalau tahu dengan profesi ini akan m
Soraya tak sanggup untuk bergerak. Harga diri dan rasa hormat pada diri sendiri kontan meluap. Ia merasa seperi balon yang awalnya sangat besar, tapi lama kelamaan semakin menyusut karena ada lubang kecil tak terlihat."Sejak kapan kau menjadi seperti ini, Soraya?"Lelaki yang ternyata adalah John tetap berdiri sambil menatap Soraya.Soraya hanya diam. Ia tak sanggup menjawab apa yang baru saja ditanyakan John kepadanya dan rasa malu yang semakin menjulang tinggi."Aku mengerti," kata John, "Ayo, duduklah, aku ingin bicara."Soraya menurut dan membiarkan John mengunci pintunya. Perlahan ia berjalan dan berdiri di dekat ranjang. Kepalanya bahkan terus menunduk karena tak sanggup menatap wajah John yang ekspresinya sulit diartikan."Sudah berapa lama kau bekerja di sini?" tanya John.Soraya hanya diam tak menjawab. Ia merasa hina pada dirinya sendiri dan tak punya harga diri karena melihat sosok yang bersamanya saat ini. Seandainya lelaki itu bukan John, mungkin ia sekarang sudah telanj