LOGIN"Apa? Menikah Dad? Yang bener aja!!!" "Ya, dan ini keputusan Daddy. Jadi kamu nggak bisa menolaknya!" Velove, gadis berusia 22 tahun syok dengan apa yang barusan dia dengar. "Hahaha... Daddy pasti bercanda kan? Jangan bilang aku di jodohin sama om om temannya Daddy?" Velove kesal dengan Mahen sang Daddy, dengan perasaan yang berkecamuk dia lari ke kamarnya dan mengurung diri disana. # "Kita menikah bulan depan. Dan selama sebulan ini kamu harus ikut pindah ke apartemen ku biar aku lebih leluasa mengawasimu!" "Apa tapi kenapa? Aku nggak mau...." "Kenapa? Kamu takut? Kenapa harus takut kalau setelah menikah aku bebas ngapain ngapain kamu!"
View More"Appa? Dad? Yang bener aja. Aku baru masuk kuliah dan Daddy udah jodohin aku!!" pekik seorang gadis dengan keras.
"Ya, dan nanti malam kita akan membicarakan masalah itu. Jadi jangan pergi kemana mana." Velove, memijat keningnya yang berdenyut. Bagiamana tidak. Baru saja dia kembali dari kampus tiba tiba di ajak bicara tentang masalah perjodohan. Astaga, jaman sekarang masih ada perjodohan seperti itu. "Dad, kenapa nggak rundingin dulu sama aku sih. Main di jodohin aja." dumel Velove lagi. " Lagian, kenapa nggak Daddy aja yang nikah lagi. Kenapa malah aku yang di jodohin! " Bugh..... " Aduh! " Velove meringis saat sebuah bantal melayang mengenai kepalanya dan pelakunya adalah sang Mommy. Mata Mommy nya sudah melotot ke arah Velove yang membuat Velove semakin cemberut saat ini. "Kalau bicara yang bener Velove, masak nyuruh Daddy kamu nikah lagi." omel Nesa. Mahen menghela napas berkali kali melihat tingkah laku putrinya ini. Tapi dia tak bisa membatalkan perjodohan yang sudah di atur dengan keluarga calon suami Velove. "Lebih baik kamu istirahat. Biar nanti kamu nggak bikin masalah saat mereka datang ke rumah ini. " Mata Velove melotot mendengar perkataan Daddynya. Bisa bisanya Mahen mengatakan hal seperti itu. "Daddy jahat banget sih, mana pernah aku bikin masalah buat Daddy sama Mommy." cerocos Velove kesal. Mahen lalu bicara panjang lebar mengingat kan bagaimana tingkah Velove selama ini. Mulai dari Velove yang sering mengikuti balap liar dan juga kabur dari rumah. Velove meringis saat Mahen sang papa mengatakan semua kelakuannya selama ini. Semua yang di lakukan Velove dari A sampai Z pun langsung di jabarkan dengan lengkap tanpa ada yang tertinggal. Dan Mahen menatap jengah pada putrinya satu itu. "Kalau kamu lupa biar Daddy ingatkan lagi semua masalah yang pernah kamu bikin Velove. Apalagi saat kamu kuliah di luar negeri sampai kembali ke Indonesia lagi. Jadi jangan pura pura lupa alasan kamu pindah kesini Velove Valensia!" Glek..... Velove meneguk ludahnya kasar, dia tak lupa sama sekali saat tiba tiba asisten Daddynya menangkap basah Velove yang sedang berada di club malam bersama teman temannya. Mahen murka dan saat itu juga Velove di gelandang pulang ke Indonesia. Velove berdehem, dan setelahnya dia menggaruk pelipisnya takut dengan amukan Mahen kali ini. "Oke, Velove istirahat sekarang. Dan panggil Velove saat nanti jodoh yang Daddy siapkan sudah datang." Setelahnya Velove kabur ke kamarnya dengan cepat. Mahen menghela napas berkali kali memikirkan tingkah putri tunggalnya itu. "Dad, Daddy yakin dengan perjodohan ini?" tanya Nesa hati hati. Mahen, mengangguk yakin. Karena Mahen percaya jika jodoh yang sudah di siapkannya ini benar benar akan bisa merubah sifat Velove yang selalu seenaknya sendiri. "Mommy tenang aja, Daddy juga nggak mungkin kan jodohin putri kita dengan sembarang orang. Dia tetap berlian Daddy meskipun tingkahnya sering bikin jantungan. " Nesa terkekeh mendengar itu, lalu mereka memilih untuk bersiap. Mereka juga tak ingin membuat malu diri mereka sendiri jika tak ada persiapan sama sekali. # Di dalam kamar, Velove monda mandir seperti sebuah setrika. "Daddy kenapa tiba tiba banget ya jodohin aku kayak gini? Apa mungkin ini pernikahan bisnis?" Velove mengacak rambutnya karena dia mulai panik. Biar bagaimana pun dia belum siap untuk menikah apalagi di umur yang masih 22 tahun. Masa depannya masih panjang, dan apa jadinya jika dia menikah muda. "Oh, ya ampun, otakku nggak bisa mikir sama sekali. Aku harus gimana?? " Velove mulai frustasi, tapi mengingat sikap Daddy nya tadi sudah jelas Mahen tak pernah main main. Velove duduk di sisi ranjang dengan menundukkan kepalanya. Dia ingin kabur dari sana tapi dia akan kabur kemana? Dia belum punya banyak teman disana. Apalagi dia baru kembali dari luar negeri. Velove menghela napas sekali lagi. Bruk..... Tubuhnya jatuh ke ranjang, melihat langit langit. Pikirannya kacau, dia tak bisa berpikir sama sekali saat ini. "Nikah muda ya? Apa enaknya sih?" gumam Velove lirih. Perlahan mata itu tertutup karena mata nya sudah lelah sejak tadi. Dan tak lama Velove masuk ke dalam dunia mimpinya. Velove tertidur pulas meninggalkan pikirannya yang tengah kalut. # Tanpa di rasa waktu sudah menunjukan malam hari. Velove mulai terbangun karena alarm dari ponselnya yang terdengar nyaring. Dia meraih ponselnya dan mematikan alarm itu. Velove bangun dari ranjang dengan keadaan belum sepenuhnya bangun. Tapi perutnya sudah keroncongan minta di isi. "Masih ngantuk, tapi perut sialan ini malah kelaparan!" Velove terus menggerutu tanpa sadar. Dia juga turun ke lantai satu untuk mengambil makanan. Tapi saat dia berada di anak tangga terdengar pekikan keras dari sang mama. "Astaga, Velove... Apa yang kamu lakukan?" Mata Velove langsung membuka sempurna dan otaknya ngeblang seketika. Dia mengerjapkan matanya berkali kali lalu memindai semua orang yang sedang menatapnya aneh. Sampai tatapan matanya bertubrukan dengan salah satu orang yang duduk di dekat Daddy nya. Sedetik, dua detik, Velove masih belum sadar dengan apa yang terjadi padanya dan semua orang yang ada disana. "Velove, kenapa kamu masih pakai piyama?" teriak Nesa lagi Mata Velove membola, dan dia menundukkan wajahnya tersadar dengan apa yang terjadi. " Sialan! " batin Velove. Wajahnya memerah karena malu, apalagi dia berpakaian seperti itu di depan banyak orang. Oh, jangan lupakan penampilan nya yang masih acak acakan bangun tidur. " Mommy, maaf.... Velove ganti baju dulu!! " teriak Velove sambil berteriak lari kembali masuk ke dalam kamarnya. Semua orang menatap bengong pada Velove, Mahen sendiri menutup wajahnya karena syok dengan apa yang di lakukan putrinya. Tapi berbeda dengan satu orang yang terus mengawasi Velove dengan mata elangnya. Senyum samar tercetak disana. "Lucu sekali! " to be continuedMasalah soal Hera sudah di tangani pihak kepolisian. Altares dan Carlos juga sudah menyerahkan semua bukti yang mereka punya. Tak hanya itu saja, perusahaan Hera juga terkena audit dari pihak perpajakan yang di laporkan oleh Mahen tentu saja. Mahen geram karena Hera berani mengganggu putrinya. Seminggu berlalu, dan hari ini bertepatan dengan resepsi pernikahan yang di gelar oleh Altares dan Velove. Sesuai janji mereka beberapa waktu lalu, bahkan semua mahasiswa di kampus yang satu jurusan dengan Velove. Tapi tentu saja acaranya di pisah. Awalnya Velove menolak, tapi karena desakan semua orang akhirnya Velove pasrah. "Sayang, kalau kamu udah capek istirahat aja ya?" Velove mengangguk, wajahnya sudah pucat karena terlalu banyak orang yang datang dan itu membuatnya sesak. "Bawa ke kamar aja Al, yang disini nggak apa apa kalau mau di tinggal." Marko menyuruh Altares membawa Velove masuk ke dalam. Dia tak ingin membuat menantu dan calon cucunya kenapa Napa. Tanpa menung
Di dalam kamar itu, Hera masih bersikukuh jika dia bersama dengan Altares. Dan dari rekaman CCTV saja sudah terlihat jika dari awal Altares sudah bersama istrinya. Sedangkan Hera sudah bersama laki laki itu. Gongnya adalah, rekaman suara Hera yang merencanakan menjebak Altares juga terdengar disana. Hera panik begitu juga dengan asistennya. Hera menyambar selimut untuk menutupi tubuhnya. Dia berjalan cepat ke arah Altares tapi beberapa anak buah Carlos menghalanginya. "Minggir, kenapa kalian menghalangi jalanku??" "Anda di larang mendekati tuan muda dan nona muda kami. Anda dan semua yang berhubungan dengan anda sudah di blacklist dari akses perusahaan dan semua yang terkait kerjasama dengan tuan Altares." Semua orang yang mendengar itu langsung menjauh dari Hera. Mereka tak ingin terkena imbas dari apa yang di lakukan Hera saat ini. Tubuh Hera terhuyung ke belakang dan hampir saja jatuh jika tak ada asistennya yang menahan tubuhnya. Velove menaruh kepalanya di dad
Di depan mereka semua Hera terlihat menikmati apa yang dia lakukan. Bahkan saat sang laki laki mulai bangun dan melahap dua buah benda bulat itu. Assisten Hera syok, benar benar syok dengan apa yang dia lihat. Terlebih yang bersama Hera bukan Altares seperti yang mereka rencanakan. "Ada apa ya?" Suara Velove yang baru saja datang membuat semua orang menoleh. Dan asisten Hera yang melihat ada Altares disana memeluk pinggang wanita yang baru saja bertanya itu semakin kaget. Terlebih disana juga ada Carlos bersama seorang perempuan. Hera yang mulai terganggu dengan suara berisik dari sekitarnya membuka matanya perlahan. Matanya membola saat melihat semua orang tengah menatapnya dengan keadaan yang tak biasa. Tapi terlihat jika Hera masih menikmati Hujaman di bagian miliknya. "Ah ... Altares lebih keras!" Hera sengaja mengatakan itu karena ingin di dengar banyak orang tanpa tahu apa yang terjadi. Sedangkan semua orang yang sedang melihat Hera saling pandang. Velove dan
Carlos kembali dengan panik, dia mencari Altares tapi tak menemukannya. Begitu juga dengan Arra yang mencari keberadaan Velove. "Aduh, mereka berdua kemana?" Arra dan Carlos kelimpungan mencari keberadaan Velove terutama. Arra khawatir karena Velove sedang hamil. Jangan sampai Velove terluka. "Carlos, Velove kemana? Aduh mati aku!" Arra terlihat frustasi tapi kemudian matanya membola saat melihat Altares yang berjalan sempoyongan. Arra segera menghampiri Altares tapi langkahnya tertahan saat melihat ada orang yang membuntuti Altares pergi. "Sial, perempuan itu sudah melakukan rencananya." Arra mencari Carlos dan saat dia melihatnya dia langsung menarik tangan Carlos untuk mengikuti nya menyusul Altares. "Carlos disana!" Carlos terkejut tapi dia mengikuti arah pandang Arra. Dimana di depannya ada Altares yang tengah pergi dari ruang pesta itu. "Cari Velove sampai ketemu." Arra mengangguk, dia berjalan cepat mencari Velove. Sedangkan Carlos sudah menyusul






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviews